Prihatin Fenomena Sampah Kiriman Pantai, ST Paramartha Kusuma Ingatkan Masyarakat Melalui Ogoh-ogoh “Unda Cor”

Ogoh-ogoh “Unda Cor” ST Paramartha Kusuma, Banjar Ketapang, Kedonganan.
MANGUPURA – baliprawara.com
Kondisi alam terutama air yang semakin tercemar akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, menginspirasi Sekaa Teruna (ST) Paramartha Kusuma, Banjar Ketapang, Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, dalam membuat ogoh-ogoh. Dengan mengangkat tema Air, untuk menyambut tahun baru caka 1947, pemuda setempat mengambil judul “Unda Cor” yang memiliki arti Kutukan yang mengalir. Judul ogoh-ogoh yang diangkat untuk tahun ini, memiliki makna mendalam untuk mengingatkan manusia agar selalu menjaga kelestarian air.
Menurut Komang Adi Darmana, sebagai ketua Pemuda ST Paramartha Kusuma, tema ogoh-ogoh yang diangkat untuk tahun ini, berkaca pada kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Apalagi di kawasan pantai Kedonganan yang setiap tahun selalu mendapat sampah kiriman berupa sampah plastik, tentu tema ini sangat sesuai dengan kondisi di lapangan.
“Ogoh-ogoh Unda Cor lahir dari keprihatinan atas fenomena sampah kiriman yang hampir setiap tahun mengotori pesisir Kedonganan. Sampah yang datang ini bukan sampah baru, melainkan sudah berusia beberapa tahun. Fenomena ini menjadi keresahan bagi warga Kedonganan, sehingga kami ingin mengangkatnya dalam bentuk ogoh-ogoh,” katanya saat ditemui usai penilaian ogoh-ogoh kabupaten Badung, Jumat 7 Maret 2025..
Lebih lanjut kata dia, tema Unda Cor ini memiliki makna untuk menyadarkan masyarakat, supaya tidak membuang sampah sembarangan dan selalu menjaga ekosistem yang ada di laut atau di danau. “Seluruh masyarakat kami harapkan agar selalu menjaga ekosistem dan menjaga kelestarian air, supaya kita bisa menikmati air itu hingga ke generasi berikutnya,” ucapnya.
Diungkapkan Adi, ada tiga karakter yang ditampilkan pada karya ogoh-ogoh ini. Pertama ada karakter manusia yang memiliki sifat selalu ingin merusak lingkungan dengan membuang sampah sembarangan ke saluran air. Karakter kedua adalah sosok raksasa berupa ikan besar yang diibaratkan sebagai penguasaan laut yang marah karena ulah manusia yang suka merusak alam. Kemudian karakter ketiga ada sosok Dewi Air yang juga marah terhadap ulah manusia yang merusak ekosistem air.
“Pada tema yang diangkat, manusia ini diceritakan ingin membuang sampah sembarangan dan ingin merusak ekosistem air. Ikan besar sebagai simbol wabah yang disebabkan dari pencemaran pembuangan sampah seperti banjir atau istilah dalam bahasa Bali ‘Blabar’. Sedangkan Dewi Gangga, yang melambangkan dewi air dan gelombang air yang murka akibat ulah manusia perusak lingkungan,” bebernya.
Ogoh-ogoh dengan tinggi 4,5 meter dari atas beti, dan berat 60 kg lebih ini kata dia, dikerjakan selama 2,5 bulan dari bulan Desember 2024 lalu. Adapun bahan yang digunakan, beberapa ada yang dari bahan organik yakni dari eceng gondok dan juga bahan ramah lingkungan.
Sedangkan, bagian tersulit dari pembuatan ogoh-ogoh ini ada pada bagian sisik ikan. Hal itu karena, mereka harus membuat hingga 400-500 sisik ikan sebelum akhirnya dipasang pada badan sosok raksasa. “Yang paling susah itu sisik ikannya, karena kami harus membuat satu persatu, harus sabar biar hasilnya sama semua,” ucapnya.
Melalui ogoh-ogoh ini, pihaknya berharap kepada semua masyarakat, untuk selalu menjaga ekosistem air terutama lautan supaya kita bisa menikmati hingga generasi berikutnya. “Harapan kedepan kepada seluruh ST di Bali dan Badung khususnya, agar selalu kompak untuk bisa mewujudkan karya seni yang dibanggakan oleh masyarakat. Untuk masyarakat juga kamu minta untuk bisa menjaga ekosistem air,” harapnya.
Sementara itu, Jro Adat Banjar Ketapang, I Wayan Sabar, mengapresiasi kreativitas yang terus berkembang di Banjar Ketapang. Terkait tema yang diangkat kata dia, sangat relevan dengan fenomena sampah kiriman yang selalu terjadi di Kedonganan.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat agar selalu menjaga kebersihan, dengan tidak membuang sampah sembarangan. “Air adalah sumber dasar kehidupan, sehingga kebersihannya harus dijaga agar tidak ada lagi sampah kiriman di laut maupun sungai,” ujarnya. (MBP1)