Prof. Karja: Walter Spies Bawa Spirit Kebaruan dalam Dunia Senirupa

 Prof. Karja: Walter Spies Bawa Spirit Kebaruan dalam Dunia Senirupa

Prof. Wayan Karja

GIANYAR – baliprawara.com

Seratus tahun lalu, seniman
Jerman, Walter Spies pertama kali menginjakkan kakinya di tanah pertiwi Bali. Dalam lanskap budaya Bali, nama Walter Spies tak asing lagi.

Bagi guru besar ISI Bali yang juga perupa, Prof. Dr. Wayan Karja, kedatangan Walter Spies banyak mewarnai lanskap budaya Bali, utamanya dalam bidang senirupa dan seni tari.
Dalam dunia senirupa, kehadiran seniman multitalenta tersebut membawa spirit pembaharuan. Walter Spies mengenalkan pola seni Barat, utamanya arah naturalis, fantasi, dan imajinatif. Sehingga gambar wayang, dan rerajahan misalnya, bergeser menjadi pemandangan keseharian di desa-desa di Bali.

Dalam dunia senilukis, Walter Spies menumbuhkan kesadaran tentang waktu pada lukisan, misalnya suasana pagi, dengan cahaya yang masuk di sela-sela pepohonan menggambarkan alam di pagi hari.

Dalam bidang seni tari, kehadiran Walter Spies membawa pembaruan ke arah pengembangan. Tari Cak yang dikenal seperti sekarang ini, tak lepas dari sentuhan Walter Spies dan seniman Wayan Limbak dari Desa Bedulu Gianyar.

Sementara itu penulis, pembuat film dan kurator asal Swiss, Michael Schindhelm dalam jumpa pers pameran ROOTS di Museum ARMA Jumat (23/5/2025) mengatakan, seratus tahun yang lalu, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian Bali menjadi rumah barunya hingga ia meninggal secara tragis selama pendudukan Jepang, yakni pada tahun 1942 saat usianya 47 tahun. Walter Spies telah berteman dengan banyak seniman penting di Jerman. Ia pernah mengadakan pameran di Berlin dan Amsterdam, dan terlibat dalam pembuatan film horor pertama di dunia yaitu Nosferatu.
Namun, kenyataannya Walter Spase hampir terlupakan dalam sejarah seni Barat.
Tetapi di Bali, banyak orang masih mengingatnya hingga saat ini. Para seniman menjadikan gaya realisme magisnya sebagai model. Sebagai penari dan koreografer, Spies berperan dalam pengembangan tari lokal yang sangat populer yakni Kecak.
Bagi para kolektor serta pemilik galeri menghormatinya atas inisiatif terbentuknya Pita Maha.
Walter Spies cukup terkenal selama hidupnya. Charlie Chaplin mengunjunginya di daerah tropis, seperti halnya Barbara Hutton, seorang wanita terkaya di Amerika saat itu. Penulis Vicky Baum tinggal bersamanya, dan antropolog Margaret Mead dapat melanjutkan studinya di pulau itu bersama suaminya Gregory Bateson juga berkat bantuan Spies.
Walter Spies juga terlibat dalam proyek pariwisata pertama di Bali pada tahun 1920-an dan 1930-an. Seperti kemudian, di banyak bagian belahan dunia, warisan budaya lokal dihadirkan sebagai daya tarik bagi para pelancong dari negeri-negeri jauh. Selama krisis ekonomi global, ketika koloni-koloni Hindia Belanda juga mengalami kesulitan, pariwisata ditemukan sebagai sumber pendapatan baru. Saat ini, Bali menjadi penerima manfaat sekaligus korban dari pariwisata massal global.
Ketika Walter Spies datang ke Bali, kehidupan sosial penduduk setempat sepenuhnya merupakan produk budaya mereka. Budaya dan kehidupan pada dasarnya adalah satu dan sama. Seperti halnya, setiap orang adalah seniman. Spies kemudian bertemu dengan bakat-bakat luar biasa seperti seniman I Gusti Nyoman Lempad dan penari sekaligus koreografer Wayan Limbak. Bersama mereka dan masih banyak yang lainnya, Spies mengupayakan modernisasi seni Bali dan menyadari pula pada saat yang sama bahwa seni tersebut harus dilindungi dari amukan imperialisme Barat. (MBP2)

See also  Dukung Kegiatan Pemuda Kota Denpasar, Wawali Arya Wibawa Buka Kesambi Futsal Competition

Redaksi

Related post