Puluhan Lukisan ‘Mega’ Dipamerkan, Gus Marhaen Sebut Megawati Perajut Demokrasi di Indonesia

 Puluhan Lukisan ‘Mega’ Dipamerkan, Gus Marhaen Sebut Megawati Perajut Demokrasi di Indonesia

Gus Marhaen didampingi Perbekel Desa Dangin Puri Klod, Made Sada, menjelaskan terkait lukisan yang dipamerkan. (ist)

DENPASAR – baliprawara.com

Museum Agung Bung Karno, menggelar pameran puluhan lukisan ‘Megawati’, bertempat di Galeri Museum Agung Pancasila, di Jalan Pegangsaan Timur, Desa Dangin Puri Klod, Denpasar Timur. Pameran ini digelar bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Presiden kelima RI, sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Kamis 23 Januari 2025.

Pameran ini akan berlangsung selama satu bulan, dengan menampilkan total sekitar 60 lukisan raksasa dari berbagai macam ukuran. Puluhan lukisan ini, bisa disaksikan langsung masyarakat umum secara gratis.

Gus Marhaen selaku penggagas pameran yang juga Ketua Yayasan Kepustakaan Bung Karno menyebut kalau Megawati layak mendapat gelar sebagai perajut atau penyulam demokrasi di Indonesia.

“Kalau Ibu Fatmawati dikenal sebagai pahlawan penjahit bendera merah putih, Megawati layak mendapatkan gelar sebagai perajut alias penyulam daripada demokrasi di Indonesia,” kata Gus Marhaen, saat membuka pameran, Kamis 23 Januari 2025, dihadiri puluhan undangan termasuk para mahasiswa.

Gelar perajut yang dimaksud kata Gus Marhaen bukan tanpa alasan. Ia pun memberi contoh, saat Megawati masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, dia tidak diktator saat berkuasa. Demikian juga saat Pilpres 2004 Megawati yang saat itu bertarung sebagai incumbent dan akhirnya dinyatakan kalah, dia pun menerimanya secara legowo.

“Nah ini merupakan salah satu contoh pemimpin yang baik. Jangan sampai ada pemimpin lain dimulut lain di hati. Itu malah lebih kejam daripada penjahat bahkan demagog,” tegas Gus Marhaen.

Pengunjung melihat lukisan tentang Megawati, di Galeri Museum Agung Pancasila.

Gus Marhaen sebagai pekerja sejarah pun menyebut Megawati merupakan sosok pemimpin dan tokoh yang sangat konsisten menjaga republik ini. “Karena itu, hari ini merupakan momen yang sangat serius dan penting karena rakyat Indonesia terutama generasi muda dan mahasiswa menjadi tahu perjalanan sosok Megawati Soekarnoputri dalam jejak digital yang dituangkan dalam lukisan raksasa dalam pameran ini,” papar Gus Marhaen.

See also  Minat Profesi Satwa Liar Rothscildi FKH Unud gelar Kuliah Umum Herpetologi 2022

“Ini sebenarnya merupakan sesuluh yang tidak main-main untuk diikuti kalau kita masih sepakat dengan negara republik. Kalau ingin menjadi negara oligarki, negara kerajaan, negara di luar republik, ya sudah kita tunggu saja kehancuran dan kekacuan republik ini,” lanjut Gus Marhaen.

Dikatakan, para pelukis pada pameran ini, merupakan maestro dari berbagai daerah, salah satunya maestro Nyoman Gunarsa. Dalam lukisan Gunarsa tergambar saat Megawati memomong anaknya Prananda Prabowo di sela-sela beliau merasa bahagia dan tidak bahagia, karena disisi lain mendapatkan kelahiran putranya tapi di lain sisi kehilangan suaminya.

Perayaan HUT ke-78 Megawati yang digelar secara sederhana ini, Gus Marhaen mengajak para mahasiswa yang hadir termasuk juga Perbekel Desa Dangin Puri Klod, I Made Sada untuk tumpengan dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun mendoakan Megawati agar tetap sehat dan panjang umur karena pemikiran-pemikiran berdemokrasi yang sehat masih dibutuhkan oleh bangsa ini. Yang menarik, dalam acara kemarin, Gus Marhaen mengajak pengunjung pemeran terutama yang pria untuk “tos” menikmati kopi bercampur arak seperti yang sering dilakukan Gubernur Wayan Koster, saat menjabat.

Sementara itu, I Gede Pradnyanata Adhi Dharma, salah satu mahasiswa dari Universitas Pendidikan Nasional bersama teman-temannya, mengaku senang dan bangga bisa diundang dalam pameran sekaligus ikut merayakan HUT ke-78 Megawati Soekarnoputri. “Setelah melihat lukisan yang dipajang ini, kami jadi tahu perjalanan Ibu Megawati dari belum lahir, jadi anak-anak, remaja hingga beliau bisa menjadi pemimpin di negeri ini,” ujarnya. (MBP)

 

redaksi

Related post