Puluhan Penari Topeng, Iringi Prosesi Pelebon maestro Topeng Tugek Carangsari

 Puluhan Penari Topeng, Iringi Prosesi Pelebon maestro Topeng Tugek Carangsari

Puluhan seniman penari topeng, turut mengiringi prosesi Pelebon Maestro Topeng Tugek Carangsari.

MANGUPURA – baliprawara.com

Sang maestro Topeng Tugek Carangsari I Gusti Ngurah Windia, (75), Pria asal Banjar Pemijian, Carangsari, Petang, Badung itu telah berpulang. Namun, karisma sang maestro sebagai guru dan tokoh yang menginspirasi, masih melekat di kalangan seniman. Sehingga, pada upacara pelebon untuk mengantar almarhum ke peristirahatan terakhir, Kamis 23 Desember 2021, juga diiringi dengan penampilan tari baris, tari topeng, dan tabuh baleganjur.

Puluhan seniman, terlihat turut mengiringi kepergian almarhum yang sering disapa IGN Windia dengan menarikan topeng bondres. Dilanjutkan mempersembahkan badong (kostum topeng) dan sebuah penglocokan (alat untuk menghaluskan sirih pinang) kepada almarhum ini wujud apresiasi seniman badung maupun Bali.

Sejak Kamis pagi, persiapan keberangkatan layon sang maestro ke Setra Bebalang Desa Adat Carangsari. Sekitar pukul 11.50 Wita layon almarhum, dikeluarkan dari rumah duka di Banjar Pemijian, Desa Carangsari menuju bade yang akan mengantarkan ke setra. Pada saat bersamaan, para penari baris dan topeng dengan berbagai macam karakter juga keluar dari rumah duka dan bersiap mengiringi menuju setra. Begitu juga dua barung gambelan baleganjur saling bersahutan di sepanjang perjalanan menuju setra.

 

Tiba di Setra, para penari baris langsung menari di depan bade berisi layon IGN Windia. Saat layon siap untuk diaben, para penari topeng kemudian mulai pentas dengan berbagai karakter, mulai dari karakter lingsir, lucu, bongol, hingga bibir sumbing. Sembari menari mendekati bade, mereka melantunkan tembang karya almarhum ‘Manyelonte tindakane tayung-tayung. Nilotama peliatne tunjung biru’. Tembang ini dulunya terkenal mengiringi Topeng Tugek Carangsari di setiap pentas.

See also  Imigrasi Ngurah Rai Amankan 7 WNA saat Operasi "JAGRATARA"

Dari informasi yang dihimpun, kabarnya almarhum sebelum kepergiannya, sempat ngayah di Pura Dalem Desa Carangsari. Setelah itu kondisi almarhum menurun dan akhirnya meninggal pada Minggu 12 Desember 2021, di RSD Mangusada akibat komplikasi kadar gula tinggi, paru-paru, dan penurunan fungsi ginjal. Kepergian pria kelahiran 31 Desember 1946 ini, meninggalkan istri tercinta Desak Ayu Suriati dan empat orang anak, yakni I Gusti Ayu Putri, I Gusti Ayu Sari, I Gusti Ngurah Putra, dan I Gusti Ngurah Artawan, serta 12 orang cucu.

 

Ditemui di sela prosesi, salah seorang Seniman I Made Agus adi atau Agus Cupak yang merupakan satu dari ribuan orang yang menjadi murid Maestro Topeng Tugek Carangsari, menilai sosok IGN Windia adalah seniman multitalenta. Setiap nafas almarhum adalah berkesenian dan berkarya. Ia juga menceritakan, Almarhum sangat terbuka kepada siapa pun, tidak hanya seniman Bali, bukan hanya seniman topeng, bahkan semua jenis kesenian lain. 

“Karena pengalaman beliau luar biasa yang membawa harum nama seniman Bali. Saya ingat kata-kata beliau dengan sebongkah kayu berbentuk topeng ini, saya tau luar negeri.  Itu kata beliau kepada saya dulu,” ujar Gus Cupak.

Para seniman topeng yang turut hadir pada prosesi ini, berjanji untuk meneruskan perjuangan merawat kesenian Bali. Penghormatan ini membuat pihak keluarga sang maestro terharu. Anak bungsu almarhum, I Gusti Ngurah Artawan, mengatakan penampilan tari topeng ini merupakan apresiasi yang tulus dari para seniman dalam mengantar kepergian almarhum menuju sunia loka. (MBP)

See also  Buka Rakor se-Badung, Sekda Adi Arnawa Dorong Bumdes Kembangkan Potensi Desa

 

redaksi

Related post