Puluhan Tahun Bali Terlena dengan Pariwisata, jadikan Pandemi Momen Kembangkan Potensi Kelautan dan Perikanan

 Puluhan Tahun Bali Terlena dengan Pariwisata, jadikan Pandemi Momen Kembangkan Potensi Kelautan dan Perikanan

DENPASAR – baliprawara.com

Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono, menyampaikan kalau Bali selama puluhan tahun, terlena dengan gelimang pariwisata. Sehingga agak meminggirkan sektor kelautan dan perikanan sebagai satu tumpuan perekonomian. Padahal kata Wahyu, banyak sekali ruang di Bali yang bisa dikembangkan. 

Pihaknya berharap, dengan tim ahli yang disiapkan, bisa bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi kelautan dan perikanan. Potensi kelautan, perikanan tangkap akan dijadikan modal utama dan budidaya dengan orientasi ekspor. “Kita harus ada upaya antara pemerintah pusat dan daerah sebagai booster.  Pariwisata jalan terus tapi masalah kelautan juga jangan ditinggalkan,” kata Menteri Wahyu saat kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono beserta jajaran di Gedung Gajah, Rumah Jabatan Jayasabha, Denpasar pada Kamis (25/3). 

Pihaknya juga berupaya untuk membuat kampung-kampung budidaya perikanan air tawar dan payau dengan berbasis pada  kearifan lokal di Bali. Menteri Trenggono juga menaruh perhatian khusus kepada garam produksi Bali yang dihasilkan dengan cara-cara yang masih alami dan tradisional, namun memiliki kualitas tinggi juga keunikan tersendiri. “Produk garam yang diproduksi di Kusamba, Tejakula hingga pemuteran tersebut terkenal memiliki kandungan mineral yang tinggi dengan cita rasa khas atau dikenal juga dengan ‘garam artisan’ atau ‘garam gourmet’,” bebernya.

Sementara, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan terima kasih atas komitmen pemerintah pusat khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang turut serta dalam upaya pemulihan ekonomi Bali akibat terdampak pandemi Covid-19. “Kami sudah melakukan pembahasan dengan para ahli, akademisi di Bali untuk menyeimbangkan struktur fundamental pembangunan Bali, antara pariwisata, pertanian dan kelautan beserta industrinya,” katanya.

Dikatakan Gubernur, pihaknya  sangat bersyukur terhadap upaya nyata KKP membantu sektor kelautan Bali. Di mana bukan saja mengembangkan hulu ke hilirnya, tetapi juga diharapkan mampu menjadi industri baru di Pulau Dewata.  “Ini adalah ekonomi kerakyatan. Dan mungkin ini sudah waktunya dikembangkan di saat yang tepat. Pandemi juga punya hikmah untuk momentum yang tepat untuk menyentuh dan menggali kembali sektor pertanian dan kelautan,” ujarnya. 

Dijelaskan pula oleh Gubernur Koster bahwa pihaknya telah mempunyai konsep matang untuk merealisasikan pembangunan yang mensinergikan ketiga sektor tumpuan ekonomi Bali tersebut. “Bali tradisi pertanian, budaya pertaniannya sangat kuat. Ada subak sebagai warisan budaya yang (sayangnya, red) ditinggal karena maraknya dunia pariwisata. Karenanya pertanian, produk unggulan branding Bali seperti terlupakan. Untuk itu, kita buatkan skenario pengembangan produk pertanian bali dari hulu sampai hilir,” terangnya. 

Termasuk untuk sektor perikanan dan kelautan, pria asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng ini menyusun suatu konsep yang nantinya akan secara efektif memaksimalkan potensi-potensi kelautan dan perikanan Bali. “Ternyata Bali ini pulaunya kecil tapi potensi kelautannya besar. Ada keunikan dan keragaman yang luar biasa. Ini belum pernah digali secara serius sebagai kebijakan dengan program yang dikembangkan dari hulu sampai hilir,” jelas Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini. 

Menurutnya pandemi Covid-19 ini membuat banyak mata terbuka bahwa kedepan Bali tidak bisa dan tidak boleh lagi untuk terus-menerus tergantung hanya pada sektor pariwisata. Karena sektor ini meskipun mampu mendatangkan pendapatan yang besar, namun sangat sensitif pada peristiwa-peristiwa alam maupun non alam. “Ada bom, virus, erupsi, bahkan yang gunungnya bukan di Bali, bisa mengganggu kedatangan wisatawan kita,” sebutnya. 

See also  Tiga Kabupaten dan Kota di Bali, Kembali Tambah Kasus Kematian

“Dan kini pandemi Covid-19 ini yang paling lama, yang paling besar dampaknya bagi pariwisata dan ekonomi kita,” imbuhnya. (MBP)

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *