Ratusan Pemuda Desa Adat Ababi, Ikuti Tradisi Nyeret Sambil Menghunus Keris

 Ratusan Pemuda Desa Adat Ababi, Ikuti Tradisi Nyeret Sambil Menghunus Keris

Sejumlah pemuda menghunus keris ke atas, pada tradisi Nyeret, Desa Adat Ababi, Karangasem. (ist)

AMLAPURA – baliprawara.com

Desa Adat Ababi, Kabupaten Karangasem, Bali, ternyata memiliki tradisi unik yang masih dipertahankan hingga saat ini. Disebut unik, karena tradisi ini, lain daripada yang lain, dan tak dimiliki daerah lain. 

Desa setempat menyebutnya dengan nama Tradisi Nyeret. Yang mana, tradisi ini merupakan rangkaian upacara Aci Pengayu-ayu yang digelar di desa setempat, bertepatan dengan hari Purnama Kapat dalam kalender Bali. Para peserta Nyeret ini, dengan membawa sebilah keris, diangkat ke atas sambil berjalan sejauh 6 km.

Tradisi ini biasanya digelar setiap satu tahun sekali, tepatnya 2 hari setelah hari Purnama Sasih Kapat, Rabu 12 Oktober 2022. Tak hanya itu, sehari sebelum purnama Kapat, desa setempat juga menggelar prosesi melasti ke Segara Jasri atau pantai Jasi. 

 

Menurut penuturan Kelian Adat Desa Ababi, I Gede Pasek Ariana, pada tradisi Nyeret ini Krama yang hadir, mulai dari anak, orang tua, bahkan teruna-teruni. Seluruh peserta pada tradisi ini, akan mengenakan udeng berwarna merah, serta mengenakan saput poleng (kain motif kotak hitam-putih). Setelah lalu mereka berjalan sejauh 6 kilometer sembari menghunus keris. 

Sebelum ngayah nyeret, ratusan peserta berkumpul di Pura Puseh Desa Adat Ababi, untuk melakukan persembahyangan bersama. Persembahyangan ini dilakukan untuk memohon restu agar saat dalam perjalanan, berjalan lancar. Usai persembahyangan, peserta kemudian menuju jalan sambil menghunus keris dan diangkat keatas. “Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali dan digelar 2 hari setelah Purnama Sasih Kapat,” katanya, Rabu 12 Oktober 2022.

See also  Insiden Di Pelabuhan Nusa Penida, Kemenhub Siapkan Sejumlah Langkah Antisipasi

Lebih lanjut ditambahkannya, selama proses nyeret ini berlangsung, peserta dilarang berbicara kotor. Hal ini kata dia, penting diperhatikan, untuk membangkitkan semangat ngayah prosesi yang sudah ada sejak jaman dahulu dan turun-temurun ini. “Tradisi Nyeret ini sangat sakral, warga dan teruna-teruni yang ikut ngayah dilarang berbicara kotor,” ujarnya. (MBP6)

redaksi

Related post