Ratusan Penyuluh Bahasa Bali Terima SK PPPK, Suarmaja: Awalnya Kami Dikira Petugas Sensus

 Ratusan Penyuluh Bahasa Bali Terima SK PPPK, Suarmaja: Awalnya Kami Dikira Petugas Sensus

Wayan Suarmaja

DENPASAR -baliprawara.com

Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan SK 4.351 PPPK dan 89 CPNS Pemprov Bali, Rabu (28/5) di Taman Budaya Bali, Art Center Denpasar.
Dari ribuan SK itu, sebanyak 608 Penyuluh Bahasa Bali menerima SK PPPK. Masih tersisa 16 orang, karena belum genap masa pengabdian dua tahun, serta 2 orang mendaftar pada formasi CPNS.

Di balik kegembiraan para Penyuluh Bahasa Bali menerim SK, terbersit cerita sedih, karena satu orang penyuluh atas nama I Gde Nyana Kesuma yang menjadi Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Gianyar meninggal sebulan sebelum penerimaan SK tersebut. Tepat pada saat penyerahan SK ini persiapan upacara pengabenannya dimulai.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali I Wayan Suarmaja, S.Pd.B mengatakan, dengan diangkat menjadi pegawai P3K, Penyuluh Bahasa Bali mendapatkan ruang yang sama dalam pengakuan status kepegawaiannya saat ini. Dengan adanya status baru ini, selaku koordinator ia berharap para Penyuluh Bahasa Bali mendengarkan arahan Gubernur Bali dan Sekda Bali saat penyerahan SK secara simbolis di Taman Budaya, agar lebih disiplin, dan lebih kreatif dalam melaksanakan kewajibannya. Kemudian, selalu siap melayani masyarakat dan mendukung program-program Pemerintah Provinsi Bali.

Lalu, seperti apa ikhwal kehadiran Penyuluh Bahasa Bali dalam upaya melestarikan, mengembangkan dan memuliakan bahasa, aksara dan sastra Bali?

Diangkat pertama kali sejak 1 Juli tahun 2016, oleh Pemrov Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Penyuluh Bahasa Bali ditugaskan di desa/kelurahan di seluruh Bali.
“Awal ditugaskan, kami mendapatkan tantangan yang cukup lumayan, mulai dari kami dikira petugas sensus, mahasiswa KKN dan petugas pajak, serta petugas-petugas yang lainnya,” ujar Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, I Wayan Suarmaja.
Anggapan itu muncul karena saat awal mulai bertugas, Penyuluh Bahasa Bali melakukan pendataan terkait dengan potensi desa/kelurahan pada bidang bahasa, aksara dan sastra Bali. Yang didata di antaranya para tokoh pelestari dan praktisi bahasa, aksara dan sastra Bali seperti seniman, dalang dan sekaa-sekaa.
Kemudian mendata potensi aksara dan sastra Bali seperti koleksi naskah/lontar masyarakat dan cerita rakyat yang berkembang di desa/kelurahan tersebut.

See also  Rektor Unud Beri Aprisiasi kepada Mahasiswa FKH

Melalui pendataan tersebut Penyuluh Bahasa Bali kemudian melakukan beberapa kegiatan di masyarakat seperti kelompok-kelompok belajar nyurat dan membaca aksara Bali, konservasi lontar (pembersihan koleksi masyarakat), belajar bersama dalam dharmagita, dan yang lainnya.
“Khusus untuk lontar kami melakukan kegiatan tersebut di rumah pemilik langsung, tidak ada naskah pemilik yang dibawa ke luar dari rumah pemilik, sehingga pemilik bisa melihat langsung proses yang kami lakukan. Dalam bidang sastra lisan, kami juga mendokumentasikan beberapa cerita yang berkembang di masyarakat dengan melakukan wawancara kepada masyarakat dan menuliskan apa adanya sesuai ingatan narasumber. Ini kami lakukan agar cerita tersebut terdokumentasikan saja dahulu, dikarenakan beberapa narasumber kami sudah cukup berumur,” katanya.

Kehadiran Penyuluh Bahasa Bali di desa atau kelurahan untuk mengajak masyarakat belajar kembali dan melestarikan bahasa aksara dan sastra Bali. Dari semua kegiatan yang dilakukan sudah barang tentu tantangannya cukup beragam. Beberapa masyarakat masih memiliki pandangan bahwa belajar bahasa, aksara dan sastra Bali tidak menghasilkan atau menguntungkan, kuno, kampungan dan sebagainya. Sehingga di awal mulai bertugas, penyuluh bahasa Bali cukup susah mengajak masyarakat kembali belajar dan melestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali. Tetapi mereka tetap berusaha sampai akhirnya saat ini masyarakat sudah mulai terbuka dan merasakan keberadaan penyuluh bahasa Bali.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi hari ini, penyuluh bahasa Bali juga berinovasi dan terus belajar. Dengan keterbatasan yang dimiliki dari pengetahuan dan alat tentang teknologi, penyuluh bahasa Bali mencoba melakukan sosialisasi (penyuluhan) melalui media digital dan memperbanyak konten-konten digital dengan harapan semua orang bisa belajar dan dari mana saja bisa mengaksesnya, tidak dibatasi tempat dan waktu.
“Bagi yang senang belajar aksara Bali kami telah membuat beberapa bentuk font aksara Bali yang bisa digunakan untuk mengetik menggunakan aksara Bali. Bagi yang senang dengan cerita bergambar kami telah membuat cerita anak bergambar yang lakonnya kami ambil dari cerita lisan yang berkembang di masyarakat. Bagi yang senang berdiskusi kami telah melakukan live straming di beberapa sosial media dan interaktif dengan beberapa radio. Dari semua yang kami lakukan memang belum semuanya sempurna, untuk itu sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun dari masyarakat untuk bersama-sama melestarikan salah satu warisan kebudayaan Bali ini,” ujarnya.

See also  Pasien Sembuh di Bali Bertambah 64 Orang, Pasien Positif Bertambah 101 Orang

Ke depan, Suarmaja berharap Penyuluh Bahasa Bali bisa melakukan kegiatan pelestarian ini lebih baik lagi dengan dukungan semua pihak, pemerintah, masyarakat dan industri di Bali.
‘Kami berharap industri juga terlibat dalam pelestarian budaya Bali, mulai dari menjaga lingkungan Bali dikarenakan lingkungan yang baik akan menimbulkan kratifitas, dan kegiatan budaya akan bisa berjalan dan berkembang dengan baik pula. Bagi masyarakat Bali mari kita eling atau ingat kembali dengan apa yang kita miliki, perbaiki yang keliru pertahankan yang baik dan kembangkan yang perlu kita kembangkan, agar tidak menyesal di kemudian hari karena hilang atau dimanfaatkan oleh orang lain. Banyak hal dari Bahasa, Aksara dan Sastra Bali yang masih sangat relevan dalam kehidupan dewasa ini. Mari kita bersama-sama ini tanggung jawab kita bersama sebagai pewaris dari leluhur Bali,” harap Suarmaja.

Bulan Bahasa Bali

Bulan Bahasa Bali yang digelar setiap bulan Februari, salah satu ajang untuk pemuliaan bahasa, aksara dan sastra Bali. Itu sesuai dengan amanat Pergub Bali No. 8 tahun 2018.
Menurut Suarmaja, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali saat ini dirasa sudah cukup berhasil membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap bahasa, aksara dan sastra Bali. Hal ini dapat dilihat dari cukup antusiasnya masyarakat terlibat dalam kegiatan, seperti mengikuti lomba-lomba saat pelaksanaan Bulan Bahasa Bali.
Dengan adanya lomba semua peserta yang terlibat sudah barang tentu mereka belajar sebelumnya. Dengan demikian, sekian orang mulai lagi belajar bahasa, aksara dan sastra Bali.
Saat ini pelaksanaan Bulan Bahasa Bali menjadi ajang adu gengsi antar banjar khusunya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa/kelurahan. Belakangan, makin banyak orang yang terlibat mulai dari anak usia dini hingga lansia, dari pemerintahan desa hingga adat, dari anak-anak sekolah hingga seniman. (MBP2)

Redaksi

Related post