Refleksi Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi
DENPASAR – baliprawara.com
Tahun 2020, bisa disebut sebagai babak kemerosotan dari kehidupan banyak orang. Pasalnya, banyak Bisnis yang tutup, perusahaan-perusahaan terpaksa gulung tikar, dan juga rencana yang harus tertunda menjadi bukti jika hidup memang sedang tidak baik-baik saja.
Seluruh aspek kehidupan, seakan “lumpuh” sementara akibat Covid-19, tak terkecuali bidang pendidikan. Di Indonesia sendiri, persoalan mengenai bidang pendidikan selama pandemi ini juga tidak bisa dianggap sepele.
Semenjak Covid-19 makin menyebar luas di tanah air, masyarakat diharuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah saja. Hampir segala aktivitas seperti belajar dan bekerja pun berubah cara pelaksanaannya dari yang biasanya tatap muka menjadi via daring. Bahkan, tak sedikit pelajar ataupun guru yang merasa terbebani karena hal ini.
Penyesuaian atau adaptasi dengan keadaan yang baru ini, jelas butuh waktu. Terlebih bagi mereka yang tidak terlalu familiar dengan gadget ataupun internet. Pembelajaran dengan metode daring pun dianggap kurang efektif oleh sebagian besar orang tua. Walau jika dilihat sekilas, study from home terkesan fleksibel karena tidak mengharuskan siswa untuk pergi ke sekolah atau intitusi pendidikan.
Namun kenyataannya, hal ini malah menimbulkan masalah baru. Sulitnya memperoleh akses internet bagi peserta didik yang tinggal di daerah pedesaan, ditambah fakta tidak semua pelajar memiliki perangkat yang bisa digunakan untuk mengikuti pembelajaran daring.
Menurut Dosen Sosiologi Universitas Udayana, Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel, S. Sos., M.Si., mengakui jika metode daring ini belum efektif. Menurutnya, metodenya masih harus disesuaikan dengan adaptasi yang belum tuntas saat ini. Saat ditanya mengenai kesibukannya selama pandemi, pihaknya mengungkapkan beberapa kegiatan yang dilakukan disamping mengajar para mahasiswa. Pihaknya bersama teman-teman dari Jaringan Penggiat Literasi Digital (JAPELID) membuat kampanye anti hoax atas informasi-informasi yang terkait dengan Covid-19. “Tak hanya itu, kami juga mengajak anak-anak untuk belajar di rumah dan membantu mereka memahami mengapa keadaan bisa jadi seperti ini,” ungkapnya.
Amanda menuturkan, jika situasi seperti ini, membuat kita sadar akan betapa butuhnya kita dengan orang lain. Di saat interaksi langsung dengan sesama menjadi terbatas, kita dapat menggunakan sosial media. “Walau harus tinggal di rumah saja, kita masih dapat memperoleh berbagai info serta melakukan banyak hal lain pula dengan waktu luang yang kita punya,” bebernya.
Lebih lanjut kata Amanda, jika harus mendefinisikan tahun 2020, mungkin paling tepat untuk menyebutnya sebagai tahun dimana banyak hal tidak berjalan sesuai yang sebagian besar orang inginkan. Namun, hal tersebut jangan sampai menjadi alasan untuk berhenti dan menyerah. Mari tetap semangat dalam menjalani keseharian walau kadang terasa membosankan. “Berpikir positif. Harus yakin keadaan inilah yang akan membuat dirimu menjadi orang yang lebih baik dan juga kuat,” pungkas Amanda.
Penulis : Afifah Zakiyah Ilham, Mahasiswi The London School of Public Relation (LSPR) Bali.