Ritual Bernuansa Magis, Desa Adat Legian Gelar Prosesi Mesuci
MANGUPURA – baliprawara.com
Tidak seperti hari-hari biasa, pada Kamis 3 Februari, menjadi hari spesial bagi umat hindu di Desa Adat Legian. Pasalnya, bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon Wuku Menail dalam perhitungan kalender Bali, di Desa Adat Legian, dilakukan ritual suci, bernuansa magis, yang dinamakan Ngerehang atau Mesuci Laksana, di Setra atau Kuburan Desa Adat setempat.
Sejak pukul 20.00 wita, sejumlah ruas jalan menuju Setra Legian, telah ditutup sementara. Dalam prosesi yang membutuhkan suasana hening ini, seluruh lampu penerangan jalan dan lampu perumahan warga juga turut dipadamkan sementara. Tak satupun terlihat adanya cahaya maupun suara-suara bising saat prosesi mulai digelar di dalam Setra. Suasana Magis, terlihat sekitar pukul 24.00 wita, saat pelawatan kemudian menuju ke prosesi berikutnya dan berakhir di pura Agung Desa Legian.
Bendesa Desa Adat Legian, A.A. Made Mantra, yang ditemui usai prosesi mengatakan, ritual suci, bernuansa magis ini, dinamakan Ngerehang atau Mesuci Laksana,yang dipusatkan di Setra atau Kuburan Desa Adat setempat. Terkait dengan pelawatan atau petapakan Ida Batara, Ida Tedung Jagat. Yakni Ida Ratu Ayu/Barong, Dewa Paksi Patla, Dewa Rangda dan Dewa Rarung. “Itu prosesnya sudah dilakukan melalui sejumlah tahapan. Hari ini (Kamis-red) merupakan puncak acara yang sudah dilaksanakan mulai pagi hari,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk makna dari upacara ini adalah, memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa semoga selalu berkenan memberi panugrahan dan kekuatan untuk alam semesta yang diwujudkan dalam petapakan atau sesuhunan Desa Adat, yang sudah barang tentu sebagai penyejuk, memberikan kerahayuan, keselamatan, kedirgayusan, untuk masyarakat Legian. “Ini sebagai permohonan Keselamatan, Kerahayuan, dan Kesejahteraan Buana Agung dan Buana Alit di Legian, khususnya dan di Bali pada umumnya serta di Nusantara secara global,” terangnya.
Untuk orang-orang yang terlibat dalam prosesi ini kata dia, merupakan orang-orang khusus, yang disiapkan berdasarkan wahyu. Ini tentunta tidak bisa sembarangan, karena sudah ada orang-orang khusus yang melakoni ritual suci ini.
Dalam pelaksanaannya, dirinya mengakui kalau prosesi ini tidak tentu waktunya. Tergantung pawuwus, pawisik atau sabda dari tuhan melalui krama yang terpilih. Yang mana, prosesi ini terakhir dilaksanakan pada 3 tahun lalu. “Biasanya mereka yang menjadi penyungsung petapakan yang diritualkan ini yang menerima pawuwus,” bebernya.
Rangkaian prosesi, sejak pagi, mereka yang terlibat ini, diupacarakan dulu, melalui prosesi madengen-dengen, mejaya jaya. Ini dikatakan memiliki makna agar dalam menjalankan prosesi untuk ritual ini, mendapatkan keselamatan dan kerahayuan. Upacara ngerehan ini pun melibatkan 694 KK dari lima ribuan warga yang ada di Desa Adat Legian. Artinya, penerapan protokol kesehatan pun dilakukan dalam upaya penanganan Covid-19 di Bali. (MBP)