RSHP FKH Unud dan PDHI Cabang Bali Gelar “Lameness in Cattle”

 RSHP FKH Unud dan PDHI Cabang Bali Gelar “Lameness in Cattle”

DENPASAR – Baliprawara.com

Pandemi covid-19 memaksa orang untuk melakukan pengurangan interaksi langsung atau gerak masyarakat dalam upaya mengurangi penyebaran virus tersebut. Namun hal ini tidak menyurutkan kita berbagi pengetahuan. Kondisi ini juga dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali untuk meningkatkan wawasan medik veteriner di Bali dan berbagi pengetahuan/knowledge sharing pada acara pendidikan kedokteran hewan berkelanjutan dalam hal kepincanagn pada sapi yang digelar secara online pada Minggu (15/05/2022).

Acara pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan dan dikoordinasi oleh RSHP Udayana dan PDHI Cabang Bali tersebut dibuka dengan sambutan oleh Direktur RSHP Udayana, Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes., yang dihadiri oleh dokter hewan praktisi hewan besar dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. Webinar ini menghaditkan narasumber Drh. Nyoman Oka Widiarta, M.Si. dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung. 

Dalam sambutan, Prof. Puja menyampaikan, kondisi peternakan di Bali sekarang ini terancam penyakit mulut dan kuku. Hal ini bersamaan dengan wabah PMK di Pulau Jawa. Karena itu, topik yang diangkat pada acara pendidikan berkelanjutan ini sangat tepat, mengingat kepincangan merupakan salah satu gejala penyakit mulut dan kuku (PMK).

 

Oleh karena itu, dokter hewan harus terbiasa dengan keadaan kepincangan ini. Sangat penting dokter hewan memiliki pemahaman yang baik tentang keadaan ini. Prof. Puja berharap melalui webinar pendidikan berkelanjutan ini peserta mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana mengenali dan memperlakukan dengan tepat bilamana dijumpai sapi dalam kedaan pincang. Pendidikan berkelanjutan ini juga  dimaksudkan agar dokter hewan akan lebih percaya diri dalam pengamatan dan penanganan kepincangan

See also  Jelang HUT Ke 60, Korem 163 Wira Satya Gelar Upacara Penjamasan Duaja

Sementara itu Narasumber, Drh. Oka menyampaikan, masalah kaki merupakan masalah kesehatan utama bagi banyak peternak sapi. Kepincangan sapi menyebabkan kinerja yang buruk dan kerugian ekonomi yang besar. Nutrisi, pakan, kandang, lingkungan, penyakit yang menyertai, pengaruh genetik dan faktor manajemen semuanya merupakan predisposisi sapi terhadap masalah ini.

Insiden terbesar kepincangan melibatkan kaki, dan di antaranya, melibatkan kaki belakang. Penyebab paling sering kepincangan adalah laminitis, dermatitis digital, dan busuk kaki. Karena masing-masing sapi seringkali memiliki lebih dari satu penyebab kepincangan pada saat yang bersamaan, penting untuk memahami berbagai jenis kepincangan serta protokol pengobatan dan pencegahannya.

Secara khusus, Drh. Oka menyampaikan, PMK harus menjadi perhatian kita mengingat sapi Bali merupakan satu-satunya aset sapi kita. Ketika kita melihat ada kepincangan kita harus berpikir penyakit PMK. Ini sebagai salah satu bentuk kewaspadaan kita terhadap kasus PMK. Pada akhir pemaparannya, Drh Oka menyampaikan bahwa keberhasilan terapi kepincangan tergantung kecepatan deteksi terjadinya kepincangan. (MBP/Unud.ac.id)

 

tim redaksi

Related post