Saat Nyepi, Terjadi Penurunan Secara Nyata Konsentrasi Gas Polutan dan Partikulat Debu
MANGUPURA – baliprawara.com
Terkait hari raya Nyepi tahun caka 1944, pada 3 Maret 2022 lalu, telah dilakukan observasi kualitas udara untuk menghitung persentase penurunan emisi pada saat Nyepi tersebut. Dari data observasi real pada saat Nyepi tersebut, diharapkan dapat menjadikan pembuktian bagi masyarakat dan dunia mengenai usaha penurunan emisi di Indonesia untuk perubahan iklim.
Dari pengukuran kualitas udara pada hari Nyepi, hasil awal pengukuran secara umum menunjukkan terjadinya penurunan secara nyata konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang bervariasi pada setiap lokasi pada saat Nyepi 2022 dibandingkan hari normal. Observasi ini dilakukan oleh tim Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG bekerjasama dengan Balai Wilayah III BMKG, UPT Provinsi Bali, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar, DLH Kota Denpasar dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara (P3E) KLHK. Adapun 3 lokasi untuk diobservasi selama 6 hari, sebelum hingga sesudah Nyepi, yakni di Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Karangasem.
Pengukuran tersebut menggunakan peralatan untuk mengukur partikel debu total (TSP) menggunakan HAZ-DUST EPAM – 5000 dan Met One, sedangkan Multigas Sensync untuk mengukur karbon monoksida (CO) dan Karbon dioksida (CO2). Lokasi pengukuran dipilih yang mewakili daerah urban dan sub urban. Namun demikian, hingga saat ini belum ada angka pasti mengenai penurunan konsentrasi gas polutan dan partikel debu. Namun, berdasarkan statistik jika dibandingkan dengan hari biasa, terlihat jelas bahwa terdapat penurunan konsentrasi sepanjang Hari Raya Nyepi.
Menurut PIC Pengamatan Nyepi, Danang Eko Nuryanto dari Puslitbang BMKG Jakarta, mengungkapkan kondisi penurunan gas polutan sebagai contoh yang sudah berlangsung sebelum Nyepi 2022 dibanding tahun 2017, akibat pandemi maka sejumlah tempat wisata tak ramai seperti sebelumnya. “Kalau kita lihat indikasi ini terlihat ada perbedaan, kami nanti perlu membuat lebih lanjut lagi karena kalau dilihat untuk CO di Denpasar sangat tinggi sekali di hari normal pada tahun 2017. Sedangkan di hari normal tahun ini tidak terlalu jauh dengan saat Nyepi. Artinya kondisi pandemi ini bisa menurunkan CO cukup signifikan dibanding saat sebelum pandemi,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho mengatakan bahwa, untuk kadar CO di Denpasar hari-hari sebelum dan sesudah Nyepi menunjukkan konsentrasinya tinggi. Dan saat Nyepi, kadar CO-nya cukup rendah jika dibandingkan dengan hari-hari sebelum Nyepi atau hari biasa.Hal ini tentu menunjukkan cukup signifikan penurunan konsentrasi CO-nya.
“Kualitas udara pada saat hari raya Nyepi pada tahun 2022 ini mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi pada saat kegiatan G20. Maksudnya adalah hasil pengamatan pada saat Nyepi untuk kualitas udara di Provinsi Bali ini tentunya akan menjadikan informasi yang valid, karena ini bukan merupakan asumsi tetapi berdasarkan hasil data yang dilaksanakan Puslitbang di lapangan,” kata Cahyo.
Hasil data di lapangan bahwa kondisi kualitas udara di Bali jika tanpa aktivitas secara signifikan akan jauh di bawah kondisi kualitas udara Bali pada saat normal umumnya. Tentunya hal ini akan memberikan kontribusi nyata bahwa perubahan iklim benar-benar nyata telah terjadi di Provinsi Bali. Walaupun seperti diketahui, Bali merupakan daerah tujuan destinasi wisata internasional. Harapannya penggunaan emisi gas rumah kaca juga bisa dikendalikan. (MBP1)