Sampah Kiriman Mulai Menepi di Pantai Kuta, Didominasi Batang Kayu

 Sampah Kiriman Mulai Menepi di Pantai Kuta, Didominasi Batang Kayu

Kondisi sampah kiriman mulai penuhi pantai Kuta.

MANGUPURA – baliprawara.com

Hujan yang melanda sejak sepekan lalu, membawa banyak material sampah dari kawasan Hulu melalui aliran sungai. Dengan terkumpulnya sampah ini serta seiring musim angin barat, sampah kiriman ini, kini mulai menepi di Pantai Kuta. 

Sampah kiriman ini, sebagian besar berupa batang dan ranting pohon. Kondisi tumpukan sampah ini, terlihat cukup parah, karena sampah kayu menutup sebagian pasir pantai Kuta, sejak Selasa 25 Oktober 2022.

Sayangnya, proses evakuasi masih memiliki kendala, karena faktor pasang air laut yang masih tinggi. Selain itu, ditambah kondisi abrasi, dan loading alat yang cukup terkendala karena pengerjaan proyek penataan Pantai Kuta. 

Dikonfirmasi terkait sampah kiriman ini, Koordinator Evakuasi Dini Sampah Laut (Desalut) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, I Made Gde Dwipayana mengungkapkan, sampah kiriman sebenarnya sudah mulai menepi sejak 6 Oktober 2022 lalu. Namun munculnya pertama kali cenderung menjamah area pantai utara. Seperti Pantai Cemagi, Pererenan, Batu Bolong, Berawa, serta Petitenget. 

 

Sementara untuk sampah kiriman di pantai Seminyak, Kuta dan Legian mulai muncul sejak Selasa ini. “Untuk di Samigita, memang yang paling parah dari tahun ke tahun memang di Pantai Kuta. Tapi di pantau utara hampir sama kondisinya. Biasanya saat musim sampah kiriman kecenderungan biasanya hampir merata kondisinya, itu sepanjang 16 Km pantai barat dari Pantai Cemagi sampai Jimbaran,” katanya saat ditemui di Pantai Kuta.

Diakuinya, kondisi sebaran sampah kiriman tergantung dari kondisi angin dan arus laut. Namun penyebab utama hal itu dipengaruhi oleh faktor hujan di hulu dan banjir di hilir, yang kemudian membawa sampah ke laut. Biasanya kata dia, sampah kiriman ini muncul pada akhir November, atau pada saat awal musim hujan. Namun tahun ini, kondisinya mendahului 1 bulan yakni bulan Oktober, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara, untuk puncak musim sampah kiriman di pantai barat, biasanya terjadi pada bulan Desember-Januari dan berakhir pada bulan April.

See also  Ratusan Wisatawan Rela Antri untuk Bisa Berpartisipasi Melepas Tukik di Pantai Kuta

Lebih lanjut dikatakannya, sejak awal kemunculan sampah kiriman tahun ini, pihaknya mengaku telah mengangkut sekitar 20 truk sampah yang setara dengan 40 ton. Sampah itu ada yang sudah diangkut dan ada yang masih dikumpulkan di Stop Over (STO) sebanyak 25 truk atau 50 ton. Rata-rata sampah kiriman yang muncul di seluruh pantai barat, mencapai 10 ton. Untuk mengatensi sampah tersebut, sebanyak 400 orang personil tenaga kebersihan telah disiagakan bersama 4 unit alat berat loader, 2 unit beach cleaner, 40 armada truk, dan 1 alat excavator. 

 

Namun, dirinya tidak memungkiri kalau evakuasi sampah kiriman lebih sulit dibandingkan periode musim sampah sebelumnya. Salah satunya karena berkurangnya lebar pantai akibat abrasi. Selain itu, untuk menurunkan alat berat, pihaknya juga harus memperhitungkan soal pasang surut air laut.

Sementara itu, untuk penanganannya masih dilakukan dengan pola yang sama seperti sebelumnya. “Kita bagi tenaga kebersihan dan tempatkan di sejumlah zona pantai,” bebernya. 

Dari pantauan di lapangan, sampah kiriman yang bermunculan didominasi oleh sampah organik berupa ranting, batok kelapa, dan bahkan kayu gelondongan. Sampah tersebut sebagian besar terkonsentrasi di depan Pura Segara Pantai Kuta sampai depan area Setra Asam Celagi.

Proses penanganan sementara dilakukan oleh DLHK Badung dengan memotong kayu gelondongan. Evakuasi kayu besar juga dibantu oleh pihak proyek Samigita dengan menerjunkan alat excavator darat dan dibantu alat crane. (MBP)

See also  Ratusan Ton Sampah Serbu Pantai Kuta dan Legian Akibat Cuaca Ekstrem

 

redaksi

Related post