Serangkaian Diesnatalis, Rektor UHN Gusti Bagus Sugriwa Beserta Jajaran Tanam Pohon Suwi dan Matoha

 Serangkaian Diesnatalis, Rektor UHN Gusti Bagus Sugriwa Beserta Jajaran Tanam Pohon Suwi dan Matoha

BANGLI – baliprawara.com

Serangkaian perayaan Diesnatalis ke-5 UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Rektor beserta jajarannya melaksanakan kegiatan penanaman pohon di areal kampus pusat Bangli, Jumat 23 Mei 2025. Dua jenis pohon yang ditanam untuk penguatan eko-teologi dan ekologi yakni pohon Suwi dan Matoha.

“Penanaman pohon sebagai penguat eko-teologi ini penting dilaksanakan seperti arahan Menteri Agama Prof. K.H Nasarudin Umar,” ujar Rektor UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si. didampingi Ketua Program Pasca Sarjana UHN, Prof. Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag.

Dikatakannya, setiap individu perlu memiliki kesadaran yang berkesinambungan dalam menjaga kelestarian alam. Pepohonan mampu memberikan sejuta nafas bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan bumi beserta penghuninya.
Penguatan ekologi ini sangat penting dan mengandung unsur studi, tentang hubungan antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungan sekitarnya. Kemudian makna eko-teologinya mencakup beberapa aspek penting misalnya tentang interaksi antara organisme dengan faktor lingkungan seperti tanah, air, udara, dan organisme lain. Proses ini bisa memberikan kesadaran kepada manusia betapa pentingnya pepohonan sebagai paru-paru bumi.
Makna Spiritual

Kemudian kedua pohon yang ditanam itu memiliki makna sangat penting bagi kehidupan umat manusia.
Pohon Suwi memiliki makna penting dalam budaya dan spiritualitas umat Hindu di Bali. Pohon ini dianggap suci dan memiliki beberapa makna simbolis.
Pohon Suwi sering dikaitkan dengan kesuburan dan kemakmuran. Dalam upacara adat dan ritual keagamaan, pohon ini digunakan sebagai simbol untuk memohon kesuburan tanah dan kemakmuran bagi masyarakat.
Daun pohon Suwi memiliki aroma yang harum dan sering digunakan dalam upacara keagamaan untuk membersihkan dan mengharumkan ruangan. Ini melambangkan kesucian dan keharuman spiritual.
Pohon Suwi juga digunakan dalam pengobatan tradisional Bali. Bagian-bagian pohon ini dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

See also  Sambut Imlek, Ada Promo Potongan Angsuran Kredit Motor di Dealer Honda Bali

Dalam konteks spiritual, pohon Suwi bisa melambangkan perjalanan spiritual manusia. Seperti pohon yang tumbuh dan berkembang, manusia juga diharapkan untuk terus tumbuh dan berkembang dalam spiritualitasnya.

“Pohon Suwi memang memiliki banyak makna dan fungsi dalam kehidupan umat Hindu di Bali, baik dalam aspek spiritual, budaya, maupun keseharian. Oleh karena itu kami mengajak peserta PPPK-ASN, para mahasiswa, dan jajarannya melakukan doa bersama sebelum menanam pohon Suwi tersebut,” ujarnya.

Demikian juga pohon Matoa (Pometia pinnata). Matoa merupakan pohon penting di Indonesia, terutama di Papua. Buah Matoa merupakan salah satu sumber makanan bagi masyarakat lokal. Buahnya yang manis dan kaya nutrisi.
Pohon Matoa juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kayunya yang berkualitas dan tahan lama. Kayu Matoa sering digunakan untuk konstruksi dan kerajinan tangan.

Dalam beberapa budaya lokal, pohon Matoa bisa melambangkan kekuatan dan ketahanan karena umurnya yang panjang dan kemampuan adaptasinya yang baik terhadap lingkungan.
Pohon Matoa berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Mereka menyediakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan lainnya.
Di beberapa komunitas adat, pohon Matoa mungkin memiliki makna spiritual atau ritual tertentu, seperti menjadi bagian dari upacara adat atau simbol dalam cerita rakyat. (MBP2)

Redaksi

Related post