Sesuaikan Kondisi Siswa, Waktu Pelaksanaan MPLS di SLB Negeri 1 Badung Dibatasi

Kegiatan MPLS di SLB Negeri 1 Badung, Senin (21/7). (ist)
MANGUPURA – baliprawara.com
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi siswa baru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Badung untuk tahun pelajaran 2025/2026, telah dimulai, Senin 21 Juli 2025. Pelaksanaan MPLS dilaksanakan selama tiga hari, hingga Rabu 23 Juli 2025.
Kepala SLB Negeri 1 Badung Ni Nyoman Suwastarini, mengatakan, MPLS tahun ini diikuti oleh anak-anak dari berbagai jenjang, mulai dari TK, kelas 1 SDLB, kelas 7 SMPLB, kelas 9 SMALB hingga siswa pindahan. Di hari pertama MPLS, pihak sekolah menghadirkan narasumber dari Puskesmas Kuta Selatan untuk memberikan sosialisasi pola hidup sehat.
Selain itu, materi juga diisi oleh pihak kepolisian yang mengajarkan tata tertib berlalu lintas, pengenalan rambu-rambu, serta edukasi seputar SIM bagi siswa SMA yang sudah berusia 17 tahun. Di hari berikutnya, kegiatan MPLS diisi dengan materi seputar penggunaan internet sehat, kesiapsiagaan bencana, pengenalan ekstrakurikuler, pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan sekolah, hingga perkenalan guru dan staf.
Lebih lanjut dikatakan, kegiatan MPLS dibatasi hingga pukul 11.00 Wita setiap harinya, menyesuaikan kondisi siswa yang berasal dari jenjang berbeda. “Kami padatkan materi agar anak-anak terbiasa di kelas masing-masing. Untuk anak TK dan SD tentu tidak memungkinkan sampai siang,” karanya..
Tahun ini, Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Badung mencatat adanya peningkatan jumlah peserta didik baru pada tahun ajaran 2025/2026. Dari sebelumnya hanya menerima sekitar 55 anak, tahun ini total siswa baru yang diterima mencapai 75 anak.
Suwastarini menjelaskan jika mayoritas siswa baru berasal dari kategori anak berkebutuhan khusus tunagrahita atau hambatan berpikir. “Peningkatan jumlah siswa ada. Yang paling banyak dari anak keterbatasan tunagrahita atau hambatan berpikir,” terangnya.
Adapun rincian peserta didik baru yang diterima tahun ini di antaranya tersebar di berbagai jenjang dan kategori kebutuhan khusus. Untuk tingkat TKLB B terdapat 3 anak tunarungu yang seluruhnya merupakan siswa baru.
Di tingkat SDLB, terdapat 3 anak tunarungu di kelas 1 SDLB B, 15 anak tunagrahita di kelas 1 SDLB C, dan 1 anak tunadaksa di kelas 1 SDLB A. Selain itu, ada pula siswa pindahan tunagrahita di kelas IV SDLB C sebanyak 5 anak dan di kelas VI SDLB C sebanyak 1 anak. Untuk jenjang SMP Luar Biasa, di kelas VII SMPLB B terdapat 2 anak tunarungu dan di VII SMPLB C tercatat 18 anak tunagrahita. Sementara itu, di jenjang SMA Luar Biasa, X SMALB B menampung 9 anak tunarungu dan X SMALB C menerima 18 anak tunagrahita.
Suwastarini mengaku penerimaan siswa baru ini tidak hanya datang dari pendaftar reguler, tetapi juga siswa pindahan dari beberapa sekolah umum, seperti SDN Benoa hingga SD di Sukawati. Berdasarkan laporan psikolog, sebagian besar siswa pindahan tersebut memiliki IQ di bawah rata-rata, yakni sekitar 65. Kondisi ini mendorong orang tua maupun sekolah asal untuk mengarahkan anak-anak tersebut agar mendapatkan pendidikan yang lebih sesuai di SLBN.
“Jadi sekolah negeri semakin peduli kepada siswanya bahwa anak ini harus mendapatkan penanganan pendidikan yang lebih tepat sehingga lebih baik diarahkan ke SLBN,” tambahnya. (MBP)