Singapore Airlines Dinobatkan Menjadi Indonesia Leading International Airline
Jakarta – baliprawara.com
Singapore Airlines (SIA) telah dinobatkan sebagai “Indonesia Leading International Airline” dalam ajang Indonesia Travel & Tourism Awards (ITTA) 2019. Penghargaan ini mempertegas komitmen SIA untuk menyediakan pengalaman perjalanan terbaik di dunia kepada para pelanggan kami di Indonesia.
Pada bulan November 2019, jumlah penumpang yang diangkut oleh SIA Group (diukur dalam pendapatan penumpang per kilometer) meningkat sebesar 8,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Yakni melampaui pertumbuhan kapasitas (diukur dalam jumlah kursi yang tersedia per kilometer) sebesar 4,4%. Sementara Tingkat keterisian penumpang (PLF) mengalami peningkatan sebesar 3,1 poin persentase menjadi 84,9%.
Senior Associate, Media Relations, Kartika Honggono mengatakan, PLF Singapore Airlines mengalami peningkatan sebesar 2,8 poin dengan persentase dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 84,7%. Jumlah penumpang yang diangkut meningkat sebesar 10,2% dibandingkan dengan tahun lalu, berbanding dengan peningkatan kapasitas sebesar 6,6%. “PLF meningkat pada seluruh rute selama periode peak season akhir tahun . Berbagai upaya dilakukan untuk tetap berfokus pada RASK (pendapatan per tempat duduk yang tersedia – kilometer),” katanya.
Sementara itu lanjut dia, jumlah penumpang yang diangkut oleh SilkAir mengalami penurunan sebesar 4,5% seiring dengan penurunan kapasitas sebesar 8,7%. Hal ini menyebabkan pertumbuhan sebesar 3,6 poin persentase pada PLF menjadi 80,5%. Kata dia, kapasitas menurun dikarenakan sepuluh rute SilkAir telah dialihkan kepada Scoot. Pertumbuhan kapasitas yang kuat pada rute-rute di wilayah Australia diimbangi oleh pertumbuhan lalu lintas udara.
PLF Scoot mengalami peningkatan sebesar 3,5 poin persentase menjadi 86,7% seiring dengan jumlah penumpang yang diangkut juga tumbuh sebesar 5,5%, berbanding dengan peningkatan kapasitas sebesar 1,1%. Peningkatan kinerja Scoot di wilayah Asia Tenggara serta rasionalisasi kapasitas pada rute-rute di China yang mengalami pelemahan menyebabkan PLF lebih tinggi pada wilayah Asia Timur. Asia Barat mencatat adanya peningkatan permintaan, sementara wilayah lainnya diuntungkan dengan adanya lalu lintas penghubung yang lebih kuat.
Sedangkan, tingkat keterisian kargo (CLF) mengalami penurunan sebesar 3,9 poin persentase, yang disebabkan oleh penurunan lalu lintas kargo (diukur dalam ton beban kargo per kilometer) sebesar 7,2%, melebihi pertumbuhan kapasitas sebesar 1,5%. CLF di seluruh wilayah rute mengalami penurunan kecuali Amerika. (praw)