SouthEast Asia Red Cross and Red Crescent Meeting 2024 Digelar di Bali, Perkuat Sinergi Hadapi Krisis Iklim
MANGUPURA – baliprawara.com
Saat ini, sejumlah negara tengah menghadapi merebaknya epidemi baru, yaitu penyakit Monkeypox atau Mpox. Bahkan, sejumlah kasus juga telah terjadi di Indonesia dan Thailand. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bersama, karena Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global.
Untuk itu, perlu diperkuat sinergi, jejaring, dan kerja sama antar lembaga. Baik itu perhimpunan nasional, ASEAN, mitra Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, pemerintah, sektor swasta, maupun pemangku kepentingan lainnya, untuk menghadapi tantangan kemanusiaan.
Isu tersebut menjadi agenda penting yang akan dibahas pada event South-East Asia (SEA) Meeting Red Cross and Red Crescent 2024, di Bali. Palang Merah Indonesia (PMI) dalam hal ini, menjadi tuan rumah pertemuan yang diikuti oleh perhimpunan nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dari 11 negara di Asia Tenggara. Diantaranya yaitu Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Filipina, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar,dan Indonesia.
Pertemuan tahunan ini, digelar pada 2-7 September, di Bintang Bali Resort, Kuta, Badung. Adapun tema yang diangkat yakni, “Stronger Together for Climate Resilience and Recovery” atau “Lebih Kuat Bersama untuk Ketahanan dan Pemulihan Iklim”.
Menurut Sekretaris Jenderal PMI, A.M. Fachir, pertemuan ini menjadi momentum penting bagi Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, untuk memperkuat kolaborasi. Selain itu juga untuk menghasilkan upaya-upaya konkret dalam menghadapi tantangan kemanusiaan terbesar saat ini, yaitu krisis iklim.
Krisis ini menurutnya telah menjadi persoalan global yang mendesak dan memengaruhi semua aspek kehidupan. “Ini adalah bencana global yang memerlukan respon global, terutama dari kita, para pembawa misi dan mandat kemanusiaan,” jelas Fachir, Selasa 3 September 2024, saat memberikan keterangan kepada wartawan.
Lebih lanjut dikatakannya, pertemuan ini juga akan membahas potensi krisis kesehatan yang mungkin terjadi. Mengingat kata dia, beberapa tahun lalu, dunia mengalami pandemi Covid-19 yang telah merenggut banyak nyawa, dan menyebabkan kerugian sosial serta ekonomi yang parah.
“Poin penting lainnya yang akan dibahas adalah peran perhimpunan nasional dalam memberdayakan dan mendidik masyarakat, agar mereka tidak hanya siap dan tangguh menghadapi potensi krisis, tetapi juga mampu berkontribusi dalam pengurangan risiko, terutama melalui tindakan adaptasi lingkungan,” bebernya didampingi Vidi SM.,selaku Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi PMI Provinsi bali.
SouthEast Asia Red Cross and Red Crescent Meeting 2024 terbagi kedalam empat pertemuan; (1) SEA Youth Forum, yang dihadiri oleh perwakilan pemimpin muda dan relawan, (2) SEA First Aid Network, yang dihadiri oleh para praktisi pertolongan pertama, (3) SEA National RCRC Societies – IFRC Engagement with ASEAN, yang dihadiri oleh pimpinan Sekretariat ASEAN, Presiden dan Sekretaris Jenderal perhimpunan nasional, serta Wakil Tetap Negara Asean untuk ASEAN; dan (4) SEA Leaders Meeting, yang dihadiri oleh pimpinan perhimpunan nasional, Delegasi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), serta Komite Internasional Palang Merah (ICRC). (MBP)