Staf di Kecamatan Kutsel Diberi Pelatihan Bahasa Inggris untuk Tingkatkan Kapasitas SDM

Suasana pelatihan bahasa inggris untuk staf di Kecamatan Kuta Selatan. (ist)
MANGUPURA – baliprawara.com
Kuta Selatan, Badung yang merupakan daerah tujuan wisata internasional, selalu berkaitan dengan orang asing. Untuk itu, staf kecamatan Kuta Selatan (Kutsel), diberikan pelatihan bahasa asing, sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Pelatihan tersebut dilaksanakan secara gratis bekerjasama dengan volunteer Sekolah Bintang Timur Nusa Dua yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) asal Jerman.
Pelatihan tersebut menurut Camat Kuta Selatan, Ketut Gede Arta, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan staf dalam menguasai bahasa asing. Terutama bahasa Inggris yang menjadi bahasa pergaulan internasional.
Hal tersebut menurutnya penting dilakukan, mengingat Kuta Selatan merupakan daerah tujuan wisata internasional yang bersentuhan langsung dengan pelayanan kepada orang asing. “Kemampuan berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris ini harus kita kuasai, mengingat Kuta Selatan merupakan daerah tujuan wisata. Pelayanan kita juga sering bersentuhan langsung dengan orang asing,” kata mantan Sekretaris Camat Kuta ini, Senin 3 Maret 2025.
Membiasakan berkomunikasi Inggris menurutnya perlu dilakukan dan harus dimulai. Karena itu pihaknya bekerjasama dengan Sekolah Bintang Timur Nusa Dua untuk melaksanakan pelatihan bahasa inggris. Hal itu dilaksanakan secara gratis oleh 6 orang WNA Jerman yang merupakan volunteer magang mengajar terkait pertukaran pelajar.
Pelatihan yang diajarkan berupa percakapan sehari-hari, untuk secara bertahap dilanjutkan materinya. Pelatihan dilaksanakan setiap hari Jumat selama 1,5 jam dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Untuk tahap awal, staff yang diberikan pelatihan diutamakan bagi mereka yang bersentuhan dengan pelayanan publik. “Pegawai kami pada umumnya mengerti dan paham bahasa Inggris. Namun kadang mereka tidak percaya diri. Ini yang kita asah agar terbiasa,” terangnya.
Animo staf untuk mengikuti pelatihan tersebut diakuinya cukup tinggi. Karena itu pelatihan akan dilaksanakan berkelanjutan secara bertahap. Apabila peserta sudah mahir, mereka diharapkan juga dapat melatih hal serupa kepada perangkat lainnya di kelurahan dan desa, sehingga bahasa tidak menjadi kendala dalam menjalankan tugas. (MBP)