Suasana Sakral Warnai Prosesi Nangluk Merana Desa Adat Kuta
MANGUPURA – baliprawara.com
Suasana sakral, terlihat saat rangkaian prosesi Nangluk Merana yang digelar Desa Adat Kuta, Rabu 30 November 2022. Rangkaian upacara yang digelar serangkaian rahina Kajeng Kliwon, Sasih Kanem, dalam kalender Bali ini, bertujuan untuk pembersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
Menurut Penuturan Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista, makna dari kegiatan ini adalah, untuk membersihkan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Pasalnya saat ini, memasuki sasih Kanem dalam kalender Bali. Yang mana dalam sasih ini, biasanya mulai masuk musim hujan dan rawan dengan wabah penyakit. “Untuk itulah melalui nangluk merana, digelar pecaruan Panca Sata Medurga, agar unsur negatif yang ada di Kuta, bisa dikembalikan ke tempat masing-masing,” bebernya.
Upacara Nangluk Merana tahun ini, kembali digelar secara normal, setelah sebelumnya, selama dua tahun hanya digelar secara Ngubeng akibat Pandemi Covid-19. Seperti prosesi yang digelar sebelum masa pandemi, rangkaian upacara dimulai dari pagi hari, yang diawali di pantai Kuta yakni di depan pura segara. Disana menurut Wasista, digelar prosesi nangluk di segara, sekaligus nuwur tirta di tengah laut, yang kemudian dipundut ke Pura Dalem Kahyangan. “Untuk prosesi kedua dilaksanakan di catus pata, yang digelar bersamaan mulai pukul 06.00 Wita sampai selesai,” kata Wasista
Untuk di Desa Adat Kuta, terdapat sebanyak 13 banjar, yakni Banjar Pelasa, Banjar Temacun, Banjar Pemamoran, Banjar Pengabetan, Banjar Pering, Banjar Tegal, Banjar Buni, Banjar Teba Sari, Banjar Jaba Jero, Banjar Anyar, Banjar Mertha Jati, Banjar Pande Mas, dan Banjar Segara. Untuk prosesi pelawatan dari masing masing banjar, dimulai dari Banjar Pelasa, yang dilaksanakan dari jalan Majapahit Kuta, yang mana ada tiga lokasi, yakni Gebyog Kaler, Gebyog Tengah dan Kebyog Kelod.
Selanjutnya dari banjar pemamoran dan banjar Temacun, dilanjutkan di depan pasar Kuta atau Depan Pura Desa, dan kedua di depan banjar Temacun. Untuk banjar Pande Mas, dilaksanakan di catus pata Bemo Corner, dilanjutkan di Unggan-unggan dan menuju ke Pura Dalem Kahyangan. Sementara itu, Pelawatan dari banjar tegal dilaksanakan di dua lokasi, yakni pertigana Buni Sari dna pertigaan Pasar Seni Kuta.
Pelawatan dari Puri Satria Dalem Kaleran, dilaksanakan di perempatan pasar senggol Kuta dan di perempatan SD 1 Kuta. Yang terakhir, pelawatan dari pura lamun dan tanjung pikatan, merupakan Pelawatan Barong Landung, dilaksanakan di patung baruna dan di perempatan jalan Satria di Ujung Selatan.”Jadi semua wilayah di wewidangan Kuta, telah dilaksanakan serentak Rabu ini. Puncaknya oleh ida pedanda dari Griya Telabah, setelah semua pelawatan ada di Pura Dalem Kahyangan,” bebenrya.
Usai semua rangkaian di pura Dalem Kahyangan selesai digelar, semua Pelawatan akan kembali ke masing-masing payogan. “Saat kembali ke masing-masing payogan, di jaba tengah Pura Dalem Kahyangan, juga digelar prosesi nyambleh kucit butuan. Ini merupakan prosesi yang sangat sakral,” ucapnya.
Setelah semua pelawatan kembali ke payogan, para kelian, Kelian maksan pelawatan, akan nunas tirta dan akan dipundut ke masing-masing banjar. Kemudian nantinya akan ditunas oleh masing-masing masyarakat untuk di percikkan ke masing-masing merajan. Tak hanya itu, para pelaku usaha di Kuta, juga turut berpartisipasi dengan memasang sanggah cucuk di depan tempat usahanya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, ritual Nangluk Merana ini, telah masuk dalam kalender tahunan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung. Karena menurutnya, ini merupakan tradisi warisan yang perlu dilestarikan,, seperti sejumlah tradisi di Badung yang telah terlebih dahulu masuk dalam kalender tahunan. “Ini memang merupakan salah satu tradisi yang perlu dilestarikan, selai juga menjadi bagian untuk menarik wisatawan,” katanya. (MBP1)