Sumatika, Wartawan yang Fotografer Berpulang

Wayan Sumatika
DENPASAR – baliprawara.com
I Wayan Sumatika, wartawan yang fotografer berbakat asal Berembeng Tabanan, pergi untuk selama-lamanya Minggu 6 April 2025 dini hari pukul 02.30 Wita. Kaget menerima kabar bahwa kawan baik yang dulu sama-sama berkiprah di Bali Post ini berpulang, saya menghubungi saudaranya, Nyoman Aptika yang pelukis, Minggu (6/4) pagi.
Kabar itu dibenarkan Aptika bahwa Ian Sumatika panggilan akrab almarhum, menghembuskan nafas terakhir di IGD RS Prof. Ngoerah, Sanglah Denpasar setelah dirujuk dari RS BaliMed. “Ya. Wayan meninggal karena serangan jantung. Sebelum Nyepi lalu, Sumatika sempat mengeluh sakit. Kini jenazahnya sudah di rumah duka, Banjar Berembeng Tabanan. Menurut rencana almarhum akan diaben tanggal 14 April 2025,” kata Aptika.
Selama hidupnya, Sumatika dikenal sosok multitalenta. Selain berkiprah dalam dunia jurnalistik, pria kelahiran 30 April 1971 itu seorang forografer yang karya-karyanya sering memenangkan perlombaan, bahkan di tingkat internasional. Tak hanya itu, Sumatika juga menyukai dunia senirupa (dulu sering melukis dengan media beludru), kemudian belakangan menggeluti dunia seni suara. Ia juga dikenal penyayang binatang peliharaan dan tanaman hias.
Awalnya Sumatika bergabung menjadi wartawan di Denpasar Post, kemudian ditarik ke Bali Post. Cukup lama karya jurnalistiknya, terutama bidang seni budaya, menghiasi halaman koran Bali Post. Di luar profesi itu, Sumatika menggeluti dunia fotografi.
Setelah lama bergabung di Bali Post, laki-laki yang memilih melajang itu memutuskan resign dari Bali Post kemudian menetap di kampung halamannya, Berembeng Tabanan. Sambil hunting foto, lulusan magister Unud ini mengisi hari-harinya dengan bernyanyi. Mengcover lagu-lagu penyanyi, kemudian diunggah di FB. Terakhir ia mengcover lagu berjudul “Bunga Surgawi”.
Pengalaman Menarik
Saya punya pengalaman menarik dengan Sumatika saat ditugaskan meliput upacara melasti serangkaian Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih beberapa tahun silam.
Selama tiga hari perjalanan pemelastian Ida Bhatara dari Pura Besakih ke Segara Watu Klotok Klungkung, kemudian mererep satu malam di salah satu parahyangan di Kota Semarapura dan semalam di salah satu pura di Tebola, di hari ketiga kembali lagi ke Pura Besakih, kami liput.
Selama tiga hari itu saya mesti membonceng Sumatika dari Denpasar menuju Karangasem dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra X tahun perakitan 2000.
Hasil peliputan itu kami tulis untuk diterbitkan keesokan harinya. Seusai meliput, kami mampir ke Kantor Bali Post Biro Klungkung untuk mengetik berita tersebut kemudian dikirim via modem ke redaksi agar lebih awal bisa diedit redaktur. Setelah itu kami balik ke Denpasar. Begitu seterusnya selama tiga hari Denpasar -Karangasem PP. Sungguh pengalaman yang menarik dan susah dilupakan.
Terakhir saya sempat menghubungi Sumatika via WA pada 9 Desember 2024, mengabarkan bahwa saya ikut pameran lukisan bersama saudaranya, Aptika di salah satu villa di Pantau Pasut, Tabanan. Saat itu dia bilang barusan datang dari Denpasar karena ada rapat komunitas fotografer. Dia juga mengabarkan bahwa ia menetap di Berembeng sambil hunting foto.
Kini, semua itu tinggal kenangan. Selamat jalan Sumatika. Moga antar menuju sunialoka dan damai di alam keabadian. (MBP2)
.