Tak Produksi Akibat Hujan dan Cuaca Ekstrim, Petani Garam di Amed Memilih Pekerjaan Lain
AMLAPURA – baliprawara.com
Petani garam di Kabupaten Karangasem, Bali, saat ini terpaksa beralih profesi menjadi nelayan, peternak, hingga buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu dilakukan, karena saat ini mereka terpaksa berhenti produksi garam untuk sementara.
Bahkan, mereka tidak berproduksi sejak dua bulan terakhir, yakni mulai bulan Desember 2022 lalu. Mereka terpaksa menghentikan produksi. Karena kondisi cuaca buruk yang terjadi belakangan ini, termasuk juga musim hujan. Diperkirakan, mereka baru bisa kembali memproduksi garam pada pertengahan tahun 2023 ini.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Garam Amed, I Nengah Suanda, tidak menampik hal itu. Menurunnya para petani telah menghentikan produksi sejak 2 bulan, mulai bulan Desember 2022. Kondisi ini diperkirakan masih berlanjut hingga beberapa bulan kedepan, yakni bulan April atau Mei 2023.
“Kemungkinan petani baru bisa kembali melakukan produksi garam pada pertengahan tahun 2023. Yakni sekitar bulan April atau Mei saat kembali musim panas,” ucap Nengah Suanda, Jumat 10 Februari 2023.
Lebih lanjut kata Suanda, pada peodldo para petani masih memiliki stok garam yang bisa dijual. “Meskipun saat ini petani garam tidak melakukan produksi, tapi sebagian besar masih memiliki stok,” kata Suanda.
Selain itu para petani selain menjual garam Mereka memilih beralih profesi menjadi nelayan, peternak, hingga buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab, produksi garam baru bisa kembali dilakukan saat musim panas tiba. (MBP6)