Tari Kecak Ogoh-ogoh, Dongkrak Jumlah Kunjungan ke GWK Selama Akhir Tahun

MANGUPURA – baliprawara.com

GWK Cultural Park terus berbenah Seiring dengan mulai dibukanya beberapa destinasi wisata di Bali. Guna menyambut para wisatawan, sebagai salah satu ikon Bali, GWK Cultural Park berkomitmen untuk menyuguhkan berbagai karya seni budaya Bali kepada para pengunjung.

Hal ini sejalan dengan visi dan misi GWK Cultural Park untuk menjadi destinasi wisata terbaik yang mendukung pelestarian dan perkembangan seni budaya di Bali. Di bulan Desember ini, GWK Cultural Park dengan bangga mempersembahkan pertunjukan Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana, yang akan menjadi Signature Art Performance di GWK Cultural Park. 

 

Berbeda dengan Tari Kecak pada umumnya, Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana, merupakan sebuah karya seni tari kreasi yang menyuguhkan Kolaborasi Tari Kecak dengan Kesenian Ogoh-Ogoh. Yang menarik adalah, tidak ada biaya tambahan untuk menyaksikan pementasan Tari Kecak ini.

“GWK Cultural Park secara konsisten dan berkelanjutan selalu menampilkan budaya Bali sebagai konten utamanya. Mulai dari penampilan Tari Kecak, sampai ke Lomba Ogoh Ogoh, Lomba Sketsa dan juga lomba tari yang sukses sudah kami lakukan. Pada masa sebelum pandemi kami menampilkan secara rutin Sendratari Bali di Amphitheater, namun di masa pemulihan pandemi ini kami masih menjajaki lebih lanjut. Demikian pula dengan Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana yang saat ini kami pentaskan setiap Jumat, Sabtu dan Minggu. Apabila kondisi semakin membaik, pertunjukan Tari Bali di Amphitheater akan kembali dipentaskan setiap hari,” kata Andre Prawiradisastra, selaku Marketing & Event Division Head GWK Cultural Park, ditemui di sela pementasan tari Kecak, Minggu 26 Desember 2021.

See also  Bidik Pebisnis Eropa, Imigrasi Kukuhkan PARQ sebagai Duta Layanan Keimigrasian

Disinggung mengenai jumlah kunjungan, sejak mulai dibuka kembali, jumlah kunjungan ke GWK terus meningkat. Apalagi dengan adanya pementasan tari kecak Ogoh-ogoh, ternyata juga mendongkrak jumlah kunjungan ke GWK. Hal itu terlihat dari jumlah pengunjung paling banyak, pada Sabtu 25 Desember yang jumlahnya mencapai 2500. Jumlah ini kata dia melebihi target sebelumnya. Bahkan untuk Weekday jumlahnya mencapai 1000 kunjungan. Jika melihat data sampai tanggal 23 Desember, jumlah kunjungan sudah mencapai hampir 40 ribu pengunjung. Sampai akhir tahun nanti, jumlah kunjungan ditargetkan bisa mencapai 20 ribu orang. 

 

“Pengunjung hampir 98 persen dari wisdom semua, dari Jakarta, semarang, Surabaya, Yogyakarta. Untuk rombongan juga sudah mulai, berdatangan. Tentu dengan adanya pementasan tari kecak ini, akan menjadi bagian dari fasilitas yang diberikan yang sudah include dengan tiket masuk. Akhir tahun ini ada tiket promo 85 ribu sudah include dengan pertunjukan kecak,” kata Andre menambahkan.

Untuk tahun depan, pihaknya mengatakan, akan kembali digelar agenda annual, kalau kondisi pandemi sudah membaik. sepeti ogoh-ogoh festival, GWK Festifal, bahkan untuk akhir tahunnya, juga akan disiapkan event. Mengingat tahun 2019 pernah ada acara akhir tahun, yang dihadiri sampai sebanyak 17 ribu pengunjung. “Kita ingin mengulangi suksesnya acara tahun baru di GWK,” yakinnya.

Pertunjukan tari kecak di GWK Cultural Park merupakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang belum pernah ada di tempat lain yaitu Tari Kecak kolaborasi dengan Ogoh-ogoh. Kenapa membuat kolaborasi ini? Karena kita ingin menyuguhkan diferensiasi atau perbedaan dengan tempat lain dan dapat menjadi alternatif bagi yang sudah pernah menonton tari kecak tetapi yang ada di GWK Cultural Park ini berbeda. “Dan pertunjukan ini juga dalam rangka memanfaatkan trafik kunjungan akhir tahun yang setiap tahun pasti banyak kesini. Maka dari itu kita suguhkan sesuatu yang berbeda saat ke GWK Cultural Park,” jelas Andre.

See also  Menlu Retno : Pandemi Datang Saat Demokrasi di Banyak Negara Mengalami Kemunduran

 

Pertunjukan tari Kecak ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan domestik. Seperti yang disampaikan Adi dan Ateng. Kedua pengunjung ini menyampaikan apresiasi dengan adanya pementasan tari Kecak yang ditampilkan di GWK Cultural Park. “Tariannya bagus, keren yang pasti unsur budayanya tetap terjaga dan jalan ceritanya juga bagus. Pasti kita ingin kesini lagi,” kata mereka.

Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung, GWK Cultural Park menerapkan protokol kesehatan (CHSE) bagi wisatawan dan pengunjung. Yang mana, para penari juga wajib untuk mengenakan masker dan face shield saat tampil sesuai dengan aturan protokol kesehatan. Demikian pula dengan wisatawan yang berkunjung ke GWK Cultural Park diwajibkan melakukan check in pada aplikasi PeduliLindungi atau menunjukkan sertifikat vaksin, wajib mengenakan masker serta mematuhi aturan pembatasan jarak selama di dalam kawasan. Selain itu dilakukan pula pemindaian suhu tubuh, dengan diberikan stiker penanda bagi wisatawan yang suhu tubuhnya tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan.

GWK Cultural Park optimis bahwa industri pariwisata di Bali akan dapat bangkit kembali dengan upaya yang tepat, dengan disertai konsistensi untuk mewujudkan iklim wisata yang berorientasi pada keamanan serta kenyamanan wisatawan. Tentunya upaya-upaya ini juga harus sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam membangkitkan dunia pariwisata nasional. (MBP1)

 

redaksi

Related post