Tari Kecak Perempuan Inovatif, Ikon Perdamaian Sebagai Media Promosi Pantai Jerman

MANGUPURA – baliprawara.com

Pantai Jerman, Kecamatan Kuta, Badung, yang lokasinya hampir berdekatan dengan landasan pacu Bandara Ngurah Rai, selama ini dikenal memiliki pantai yang indah. Bahkan, pantai berpasir putih ini, juga sering menjadi lokasi bertelur penyu. 

Meski sudah dikenal baik di kalangan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, namun masyarakat setempat terus berinovasi dengan menampilkan karya seni yang tentu bisa menjadi sesuatu yang unik. Salah satunya melalui sebuah terobosan berupa pementasan Kecak Perempuan Inovatif. Tari Kecak perempuan yang tergolong baru ini, nantinya diharapkan akan menjadi Ikon pantai Jerman.

Penampilan perdana tarian kecak perempuan inovatif ini, telah dipentaskan sebelumnya pada tanggal 18 November, serangkaian pembukaan Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival. Tarian ini kemudian kembali dipentaskan di hadapan masyarakat setempat, Jumat (25/11). Bahkan, tarian kecak ini, sukses menarik perhatian pengunjung yang hadir pada kesempatan tersebut. 

Di balik kesuksesan penampilan Kecak Perempuan Inovatif ini, ada Tokoh Masyarakat Pejuang Perempuan yang menggagas yakni Ni Luh Gede Sri Mediastuti. Ide untuk tari kecak perempuan ini berawal keinginannya untuk memotivasi ibu-ibu PKK Banjar Segara Kuta, agar bisa menari kecak. Upaya ini dilakukannya untuk menanamkan prinsip bahwa, bukan hanya laki-laki saja yang bisa menari kecak, tetapi para perempuan juga harus bisa.

“Kami belajar dari keluarga dari masyarakat apa yang harus kita kerjakan karena ini adalah gender. Bukan laki-laki saja yang bisa tetapi perempuan harus bisa. Jangan hanya bisa memasak tetapi juga bisa menari. Inilah yang terjadi karena perempuan ini adalah turunnya kebersamaan, menjadi duta perdamaian, dan jika tidak ada perempuan maka tidak akan bisa mendamaikan dunia,” ujar Ni Luh Gede Sri Mediastuti yang juga Ketua PKK Kelurahan Kuta dengan semangat.

See also  Tinjau Kawasan Pantai Jerman, Wapres Ma'ruf Amin Dukung UMKM di Bali

Lebih lanjut dikatakan Mediastuti yang juga anggota DPRD Badung ini, Cerita yang ditampilkan pada pementasan kecak ini, mengangkat cerita tentang tokoh Srikandi. Yant mana menuruntya, seperti diketahui, Srikandi ini merupakan perempuan sebagai sosok perdamaian. “Kalau umumnya, pementasan tari kecak biasanya mengangkat cerita Ramayana, namun cak perempuan ini mengangkat cerita Srikandi yang dikolaborasikan dengan tari kontemporer,” ucapnya.

Kedepan, pihaknya berharap tari kecak perempuan ini bisa dikembangkan untuk promosi pariwisata di pantai Jerman. Apalagi saat ini di pantai tersebut, telah memiliki stage untuk pementasan. “Nanti kita akan kumpulkan lagi para ibu PKK ini, kita akan buat kesepakatan untuk kita kembangkan untuk mempromosikan pantai Jerman ini,” harapnya.

Salah seorang penari kecak, AA Ratih Indu India Putri (37) mengaku kalau sebenarnya dirinya sama sekali tidak memiliki basic seorang penari Bali. Namun karena semangat dan tekad yang kuat, ia mampu menyelesaikan pementasan kecak dari awal sampai akhir. “Ada kesulitan karena dasarnya kita ini bukan penari, kita sudah Ibu-ibu yang badannya sudah tidak selincah anak muda. Demi membawa nama banjar, kita semangat,” bebernya saat ditemui di sela-sela persiapan pementasan. 

Hal senada disampaikan penari lainnya yakni Susilowati (52). Wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur yang sudah merantau ke Bali sejak tahun 1991 ini, juga mengaku tidak bisa menari Bali. Namun, dengan bermodalkan semangat, akhirnya ia berusaha tampil secara maksimal. “Tidak punya basic tari Bali karena saya berasal dari Banyuwangi dan suami saya asalnya Bali. walaupun begitu saya rasa tidak ada kesulitan karena ini tari kecak yang gerakan tarinya simpel dan tidak susah. Pokoknya kita layaknya seperti anak TK saja harus semangat,” ujarnya.

See also  Mario Aji Tampil Impresif di Sesi Latihan GP Moto3 Misano

Kecak Perempuan Inovatif ini, mengusung tema “Maha Wira Angawa Santhi’ yang digarap oleh I Gusti Made Dharma Putra. Ditunjuk selaku Konseptor dan Art Direction pertunjukkan ini, ia mengaku bangga dan merasa sangat tertantang, karena secara sajian pertunjukan ini merupakan kecak perempuan yang biasanya itu ditarikan laki-laki. “Mulai dari power dan dari segalanya memang beda dari perempuan. Nah ini saya formulasikan dengan kondisi dari ibu-ibu yang ada di Banjar Segara Kuta,” bebernya.

Penari kecak perempuan ini berjumlah 75 orang dan juga berkolaborasi dengan Komunitas Sanggar Seni Kuta Kumara Agung sebagai penari tambahan pada Kecak Perempuan Inovatif. Tidak hanya itu, ia juga dibantu oleh rekan lainnya yakni I Nyoman Tri Sugiantara, I Kadek Juniantara Tisna, dan I Wayan Adi Wiguna. 

Karena dianggap unik, Tari Kecak Perempuan Innovative ini mendapat penghargaan dari Muri. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh budayawan Soegeng Rahardjo Djarot yang lebih dikenal dengan Eros Djarot. Menurutnya  penghargaan ini diberikan karena adanya keberanian oleh ibu-ibu PKK Banjar Segara Kuta untuk melakukan terobosan, sehingga lahirlah bentuk kesenian baru yang secara fundamental sudah ada sejak lama.

“Akan tetapi tarian kecak ini kemudian dikembangkan secara inovatif ada tarinya, ada nyanyinya dan ada geraknya. Jadi kami tidak ada alasan lagi kecuali memberikan penghargaan dengan harapan para perempuan di Bali bangkit untuk mewarnai kesenian di bumi Bali ini. Itu harapannya,” ujarnya. (MBP1)

 

redaksi

Related post