The 2025 Asia Grassroots Forum, Menjaring Investor Global Tanamkan Modal ke UMKM

Suasana The 2025 Asia Grassroots Forum (AGF), di Nusa Dua, Kamis 22 Mei 2025.
MANGUPURA – baliprawara.com
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencakup sebesar 97 persen dari sektor swasta di Asia Tenggara, yang menyerap hingga 85 persen tenaga kerja. Bahkan, sektor ini menyumbang sebesar 45 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan, dan berkontribusi 10–30 persen terhadap ekspor.
Namun, sektor UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan mulai dari akses pembiayaan, pasar dan rantai pasok, hingga rendahnya literasi keuangan, khususnya di daerah pedesaan. Untuk menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang tersebut, perlu dukungan kolaborasi lintas pemangku kepentingan, sebagaimana disuarakan Amartha melalui The 2025 Asia Grassroots Forum (AGF).
Ketua AGF 2025, Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan, grassroots ekonomi adalah yang paling tangguh hingga saat ini. Bahkan mampu menciptakan 97 persen lapangan kerja, menggerakkan 68 persen PDB, dan 21 persen ekspor. Namun masih ada yang kesulitan mengakses keuangan. “Jadi forum ini diselenggarakan untuk menjadi fasilitator finansial yang dibutuhkan,” kata Sandiaga Uno, ditemui di sela forum, Kamis 22 Mei 2025.
Pihaknya juga menyebutkan, forum ini juga memfasilitasi pemikiran inovatif, adaptif dan kolaboratif agar ekonomi akar rumput terus bertumbuh. Sehingga kedepannya diharapkan sektor UMKM ini dapat terus berkermbang dan tidak lagi bergerak sebagai grassroots. “Tidak selamanya menjadi akar rumput. Kami juga ingin mereka berkembang menjadi pohon yang besar, dan memiliki manfaat yang lebih besar dalam menciptakan lapangan kerja,” harapnya.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga meyakini jiwa kewirausahaan di Indonesia sangat tinggi. Bahkan 54-64 persen dari mereka adalah kaum ibu-ibu. Hanya saja, Sandi menilai, hal ini bukan karena pilihannya namun lebih kepada keterpaksaan. “Mereka harus menghidupi keluarga, namun mereka harus terus kita sentuh dengan pelatihan, dengan pemasaran dan juga dengan pembiayaan-pembiayaan,” paparnya.
Sementara Founder dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra menyatakan, AGF 2025 merupakan pionir yang memberi perspektif baru bagi investor global untuk percaya akan potensi besar yang ada di segmen akar rumput. Amartha pun telah berhasil menggaet puluhan institusi berskala global untuk menyalurkan permodalan bagi UMKM serta membangun infrastruktur keuangan digital yang inklusif.
“Ini merupakan bukti bahwa Amartha memiliki transparansi dan kredibilitas tata kelola yang diakui secara internasional. Beberapa di antaranya bahkan turut mendukung forum ini, seperti Accion, Women’s World Banking, dan Maj Invest,” jelasnya.
Donny Donosepoetro OBE, CEO Indonesia, Standard Chartered, mendorong pertumbuhan inklusif di sektor akar rumput dapat dimulai dengan memperluas pemberdayaan para pelaku UMKM. Salah satu tantangan utama bagi bank internasional adalah menyalurkan pembiayaan secara langsung ke sektor mikro karena keterbatasan jangkauan dan infrastruktur.
Di Standard Chartered, kolaborasi kami dengan perusahaan seperti Amartha dan PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) merupakan bukti nyata bahwa kami mampu berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan UMKM. Kami bangga dapat menghadirkan solusi pembiayaan inovatif yang membuka akses yang lebih luas dan berdampak.”
The 2025 Asia Grassroots Forum yang berlangsung pada 21 – 23 Mei 2025 di Nusa Dua, Bali, menghadirkan lebih dari 700 peserta dari 15 negara yang mencakup investor, institusi pemerintahan dan regulator, sektor swasta, akademisi, hingga komunitas wirausaha ultra-mikro.
Forum internasional ini menjadi wadah bagi investor global termasuk sovereign wealth fund untuk berinvestasi dan berkolaborasi guna mendukung dan meningkatkan ekonomi akar rumput.
Selain forum diskusi global, The 2025 Asia Grassroots Forum juga memfasilitasi kunjungan ke desa, agar peserta dari berbagai negara dapat merasakan langsung pengalaman bercengkrama dengan ibu mitra UMKM.
“Dampak dari The 2025 Asia Grassroots Forum tidak akanberhenti pada penyelenggaraan ini saja. Akan ada banyak investasi, kolaborasi, rekomendasi kebijakan, serta inovasi di bidang teknologi yang semuanya punya satu tujuan sama, yakni memajukan ekonomi akar rumput untuk pembangunan yang berkelanjutan” tutup Taufan. (MBP)