Tiga Ekor Elang Paria Dilepasliarkan di Nusa Penida

Tiga ekor Elang Paria dilepasliarkan di Nusa Penida, Selasa 25 Februari 2025. (ist)
SEMARAPURA – baliprawara.com
Sebanyak 3 ekor elang paria (Milvus migrans), dilepasliarkan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bersama Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan, Selasa 25 Februari 2025, di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pelepasan satwa liar ini, merupakan bagian dari upaya rehabilitasi dan pengembalian satwa liar ke habitat alaminya, setelah melalui proses perawatan intensif.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya konservasi satwa dan pemulihan populasi elang di alam liar, serta dalam rangka upaya perlindungan dan penyelamatan satwa liar yang dilindungi undang-undang. Pelaksanaan kegiatan ini sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal KSDAE No:ND.232/KSDAE/KKHSG/KSA.2 /02/2025, tanggal 18 Februari 2025, perihal persetujuan pelepasliaran satwa elang paria (Milvus migrans).
Tiga ekor elang yang dilepasliarkan, terdiri dari dua ekor elang paria, yang merupakan satwa translokasi dari Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) di Garut, Jawa Barat, dan satu ekor elang paria lainnya, merupakan hasil penyerahan masyarakat kepada Balai KSDA Bali.
Sebelum dilepas liarkan, ketiga elang tersebut telah menjalani proses rehabilitasi di Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan yang berlokasi di Tabanan, Bali. Proses tersebut dilakukan guna mengembalikan insting satwa liar, dan memastikan kondisinya kembali sehat dan siap kembali ke alam. Berdasarkan hasil observasi, ketiga satwa ini telah menunjukkan perilaku berburu yang alami dan kemampuan terbang yang optimal, sehingga dinyatakan layak untuk dilepasliarkan.
Kegiatan pelepasliaran ini dihadiri oleh Balai KSDA Bali, Balai Besar KSDA Jawa Barat, PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) Wilayah Bali, Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan, Pusat Konservasi Elang Kamojang, Camat Nusa Penida, Kapolsek Nusa Penida, Perangkat Desa Sakti, MAUA Hotel Nusa Penida, para mitra konservasi, dan masyarakat sekitar.
Dalam kesempatan ini, Kepala Balai KSDA Bali, Ratna Hendratmoko, menyampaikan bahwa pelepasliaran ini bukan sekadar melepas satwa kembali ke alam, tetapi juga langkah nyata dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan kelangsungan hidup satwa liar di habitatnya.
Balai KSDA Bali menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan pelepasliaran pada hari ini, termasuk kepada PT. Pertamina Geothermal Energy sebagai mitra pendukung Pusat Konservasi Elang Kamojang, dan MAUA Hotel Nusa Penida sebagai mitra pendukung Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan, Pusat Konservasi, khususnya dalam mendukung pelestarian elang di Indonesia.BKSDA Bali juga menegaskan pentingnya menjaga habitat alami elang agar tetap lestari.
Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk tidak menangkap, memperdagangkan, atau memelihara satwa liar yang dilindungi tanpa izin, karena tindakan tersebut melanggar undang-undang dan dapat berdampak negatif terhadap kelestarian spesies. Sebagai bagian dari upaya pemantauan pasca pelepasliaran, Balai KSDA Bali bersama Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan akan terus melakukan observasi terhadap elang yang dilepasliarkan, guna memastikan adaptasi dan perkembangannya di habitat alami. (MBP)