Tradisi Mabuug-buugan Desa Adat Kedonganan, Simbol Pembersihan Diri Dari Sifat Kotor

 Tradisi Mabuug-buugan Desa Adat Kedonganan, Simbol Pembersihan Diri Dari Sifat Kotor

Tradisi Mabuug-buugan di Desa Adat Kedonganan.

MANGUPURA – baliprawara.com
Ratusan warga Desa Adat Kedonganan, berkumpul di kawasan mangrove, untuk mengikuti tradisi Mabuug-buugan yang digelar saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari raya Nyepi, Minggu 30 Maret 2025. Tradisi unik yang hanya ada di Kedonganan ini, kembali digelar yang dirangkaikan dengan event Segara Lango, dengan mengangkat tema Satkala Bawa Santhikara “Hidup Berkesenian Untuk Mencapai Kedamaian”.

Menurut Bendesa Adat Kedonganan, Wayan Sutarja, seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi Mabuug-buugan ini diawali dengan berkumpul di Bale Agung. Kemudian peserta berjalan ke arah timur menuju kawasan hutan mangrove yang memiliki area berlumpur (buug). Setelah melumuri tubuh dengan lumpur, peserta bergerak menuju pantai untuk melakukan pembersihan diri.

Yang menarik pada kegiatan Mabuug-buugan tahun ini, diisi dengan pemberian hadiah bagi peserta, baik anak-anak, siswa, maupun masyarakat umum, sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka.

“Kita akan usahakan itu dari yang ikut serta mabuug-buugan ada diberikan suatu hadiah baik dari anak-anak, siswa, dan masyarakat. Jadi itu yang bisa kami lakukan, agar ke depan mabuug-buugan tetap ada dan tidak mengurangi makna,” kata Sutarja.

Setelah prosesi Mabuug-buugan, acara dilanjutkan dengan event Segara Lango. Acara ini merupakan wadah bagi UMKM lokal dan masyarakat Kedonganan, terutama sekaa teruna, untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi kreatif.

Tahun ini, kata Sutarja, panitia menyediakan 12 hingga 24 stand bagi para pelaku usaha kecil yang ingin memasarkan produknya. Namun, jumlah stand masih akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Tradisi yang sarat dengan makna filosofi ini, berasal dari kata Buug yang artinya tanah atau lumpur. Mabuug-buugan ini, berarti interaksi dengan menggunakan tanah atau lumpur, yang memiliki makna u­ntuk menetralisir dari hal-hal atau sifat buruk.

See also  Desa Adat Lakukan Audit AUP Terhadap LPD Desa Adat Kedonganan untuk Penguatan Lembaga Kedepannya

Pada tradisi Mabuug-buugan ini, sifat manusia divisualisasikan sebagai tanah atau lumpur sebagai wujud Bhutakala (roh-roh jahat). Kekotoran yang melekat pada manusia itulah kemudian disimbolkan pada tradisi ini, yang harus dibersihkan. (MBP)

 

redaksi

Related post