Tumpah Ruah Warga Ikuti Ritual Tolak Bala Sehari Jelang Tahun Baru Imlek

 Tumpah Ruah Warga Ikuti Ritual Tolak Bala Sehari Jelang Tahun Baru Imlek

Prosesi tolak bala, menyambut tahun baru Imlek, Sabtu (21/1/2023) di Kuta.

MANGUPURA – baliprawara.com

Vihara Dharmayana, di Jalan Blambangan, Kuta, kembali menggelar ritual tolak bala, sehari menjelang Tahun Baru Imlek 2574, Sabtu 22 Januari 2023. Ritual ini, kembali digelar secara normal, setelah dua tahun tidak digelar akibat pandemi Covid-19.

Warga terlihat tumpah ruah untuk ikut prosesi tolak bala, dengan berkeliling jalan Kuta. Bahkan, banyak warga dan wisatawan sengaja datang ke Kuta, untuk menyaksikan prosesi ini.

Penanggung Jawab Vihara Dharmayana Kuta, Adi Dharmaja Kusuma, menyampaikan, pascadicabutnya kebijakan PPKM oleh Pemerintah, pihaknya kembali melangsungkan ritual tolak bala, dengan mengelilingi Jalan di kawasan Kuta.

Menurutnya, ritual tolak bala ini merupakan persembahyangan berbagi kebahagian kepada makhluk yang tidak beruntung. Yang mana, dalam kepercayaan Hindu di Bali, serupa dengan upacara Mecaru. Melalui tolak bala ini, pihaknya meyakini, pada Tahun Baru Imlek 2574, bisa dilalui dengan penuh suka cita. Prosesi ini juga diiringi 5 Barongsai dan 2 Liong atau Naga.

Penampilan Liong, saat prosesi tolak bala, di Kuta, Sabtu 21 Januari 2023.

Lebih lanjut dikatakan, prosesi diawali dari depan pintu Vihara dengan persembahyangan. Kemudian, dilanjutkan dengan persembahyangan di masing-masing persimpangan jalan yang dilewati. “Dari depan pintu masuk Vihara, persembahyangan tolak bala dilanjutkan ke perempatan di Jalan Kalianget Blambangan Kuta, lanjut ke perempatan Kalianget-Bakung Sari, bergeser kearah Pura Desa Adat Kuta kemudian ke perempatan Banjar Temacun dan kembali ke Vihara,” bebernya.

Dalam persembahyangan yang dilakukan di Vihara Dharmayana ini, akulturasi budaya, antara budaya Tiongkok dan Bali, sangat kental terlihat. Dinilai Akulturasi budaya yang ada di Vihara Dharmayana, Leeng Gwan Bio, Kuta, telah terjadi lama, sejak berdirinya Vihara pada tahun 1750. Terbukti dengan persembahyangan menggunakan canang, dan pakaian adat yang digunakan menyerap budaya Hindu Bali. 

See also  Gaya Kepemimpinan Puan Tuai Pujian di Forum Parlemen Dunia

“Akulturasinya sangat kental apalagi warga tionghoa disini mengambil saudara-saudara Hindu Bali, sangat banyak sekali hampir 80 persen daripada 150 KK. Kita tetap melaksanakan persembahyangan pada intinya yang dibawa adalah canang, apalagi kita berada di Bali,” bebernya. (MBP)

 

redaksi

Related post