Uji Kemampuan Warnai Gambar, Anak-anak Tampil Ceria di PKB 2025
DENPASAR – baliprawara.com
Sejumlah anak setingkat SD tampil ceria dan penuh semangat ketika mengikuti wimbakara (lomba) mewarnai dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 di depan Gedung MMBG Taman Budaya Provinsi Bali, Minggu 22 Juni 2025.
Mereka tinggal mewarnai, karena sudah mendapatkan gambar dengan motif yang sama. Tinggal memilih warna yang tepat sesuai dengan kreatifitas.
Mereka tampak tak beban dalam mewarnai gambar. Goresannya tegas dan lugas, membuktikan kalau mereka memang sudah biasa menggambar. Dalam pemilihan warna, mereka tak tanggung, tinggal ambil krayon lalu menggores kemudian jadi. Walau ini lomba mewarnai gambar, namun masing-masing peserta juga menyiapkan diri dengan pensil, penghapus dan alat melukis lainnya.
“Semua peserta memiliki teknik mewarnai yang sangat bagus. Mereka tampak sudah biasa melakukan kegatan menggambar ataupun mewarnai gambar. Hal itu bisa dilihat dari cara menggores. Namun, dewan juri memiliki kriteria untuk memilih yang terbaik dari semua yang baik-baik itu. Kreativitas, teknik dan pewarnaan yang menjadi penilaian nantinya,” kata Dewan Juri Dr. Drs. I Made Ruta, M. Si. bersama juri Dewa Putu Gede Budiarta, S.Sn.,M.Sn. dan Dra. Ni Made Purnama Utami.
Melihat kreatifitas anak-anak ini, bisa diambil dari cara mereka dalam memberi variasi dalam mewarnai. Kalau kreativitas gambar, mereka tampak menonjol, walau umur mereka masih belia. Kalau dari segi umur, anak-anak ini rata-rata memiliki kreativitas yang bagus dan boleh dikatakan tinggi. Mereka mungkin sudah mendapatkan pendidikan melukis seni rupa di sanggar-sanggar atau komunitas. “Kalau tanpa melalui pelatihan, mereka mungkin biasa-biasa saja. Tetapi, anak-anak yang tampil ini luar biasa,” tegasnya.
Anak-anak yang tampil sebagai peserta lomba mewarnai ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Ada yang sudah memakai teknik cukil, dan teknik dusel. Dengan teknik dusel, mewarnai dengan cara menggosok atau mengusap goresan pensil, krayon, atau bahan pewarna lain untuk menciptakan efek gradasi warna yang halus dan kesan gelap terang pada objek gambar. Teknik dusel ini diberikan agar merata dan terkesan empuk. Lalu, teknik cukil setelah warna dikerik lalu biasa muncul warna yang di bawahnya, sehingga tampak bervariasi.
Melihat aktivitas dalam mewarnai gambar, lanjut Made Ruta, ini menunjukkan para peserta kebanyakan sudah mendapatkan dasar-dasar teknik seni rupa. Kalau tidak, mereka tidak akan bisa sampai di sana. Warna yang mereka pilih cukup berani. Goresan mereka sangat berani memilih warna-warna yang beda, namun menarik. “Warna mereka ada yang mengarah realis dan ada pula naif. Artinya dunia anak-anak muncul apa adanya atau apa yang dipikirkan di benaknya itu yang dituangkan, sehingga polos dan bebas berekspresi.
Salah satu peserta asal Kota Denpasar, Putu Baskara Raynatta mengaku serius mengikuti lomba mewarnai ini. Sebelum turun dalam ajang lomba, dirinya melakukan latihan secara rutun, sehingga tidak gagap dalam memberi warna. Siswa kelas IV SD Tulang Ampiang ini membawa pensil, penghapus dan krayon untuk memberi warna. “Saya juga membawa kuas untuk membersihkan bekas krayon, saputangan agar gambar tidak kotor serta tisu untuk menjaga alat krayon tidak terkena warna lain,” ucapnya. (MBP2)