Usai Cuaca Ekstrem, Muara Sungai Pantai Dreamland Seperti “Lautan Sampah”
MANGUPURA – baliprawara.com
Suasana tumpukan sampah organik dan anorganik, kembali “menyerbu” kawasan Loloan atau muara sungai Pantai Dreamland, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung. Serbuan sampah pantai ini, ternyata sudah mulai muncul sejak beberapa hari terakhir, saat kondisi cuaca ekstrem melanda.
Dari pantauan di lokasi, Senin 18 Maret 2024, muara sungai ini terlihat seperti “lautan sampah”, yang sebagian besar berupa ranting kayu, plastik, dan bekas styrofoam. Dari perkiraan, genangan sampah ini terlihat sepanjang kurang lebih 200 meter.
Menurut penuturan seorang petugas di Pantai Dreamland, Wayan Muntra, fenomena sampah pantai ini sudah mulai terlihat sejak tiga hari terakhir saat air laut pasang. Namun demikian, dikatakan untuk jumlah sampah yang terbawa air laut pasang, jumlahnya agak sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Pihaknya menduga, hal itu karena musim hujan yang terlambat datang tahun ini. “Sampah kali ini tidak terlalu banyak. Kondisi tahun ini tidak separah tahun lalu,” kata Wayan Muntra, Senin 18 Maret 2024, ditemui di pos jaga Pantai Dreamland.
Dengan adanya sampah pantai ini, pihaknya bersama petugas setempat, secara mandiri melakukan pembersihan setiap hari. Karena sulitnya akses ke atas, biasanya sampah kayu yang dikumpulkan, langsung dibakar oleh petugas. Sedangkan, untuk sampah yang memenuhi area loloan, akan dilakukan pembersihan secara gotong royong dengan dibantu pihak desa adat untuk pengangkutan.
Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan bagi pengunjung, pihaknya bersama pengelola setempat, terus bersama-sama melakukan pembersihan. Tentunya dengan adanya inisiatif bersih-bersih yang terjadwal serta adanya kerja sama dari berbagai pihak, diharapkan Pantai Dreamland bisa kembali menjadi destinasi wisata yang bersih dan nyaman. “Petugas pantai biasanya melakukan pembersihan setiap hari. Sampah yang terkumpul, dijadikan satu di pagi hari, dan sorenya diangkut,” ucapnya.
Selain masalah sampah, kondisi air laut pasang, sempat menerjang kawasan pantai, dan menghentikan operasional pantai. Namun, dia menilai kondisi itu bersifat situasional, mengingat hanya terjadi saat air pasang saja dan setelah surut, wisatawan dapat turun lagi ke pantai. (MBP1)