“We Love Bali”, Upaya Mempromosikan Pariwisata Bali Era Baru Kepada Masyarakat Luar 

 “We Love Bali”, Upaya Mempromosikan Pariwisata Bali Era Baru Kepada Masyarakat Luar 

DENPASAR – baliprawara.com

Selain untuk pemulihan sektor kepariwisataan, ‘We Love Bali’ menjadi salah satu program kampanye Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE). Program We Love Bali ini, diikuti peserta berasal dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahaan swasta, karyawan usaha wisata, Pokdarwis, komunitas hobi, fotografer, dan lainnya. 

Panitia We Love Bali Manik Wiranata dari  PT Yasa Mertha Buana berharap langkah ini dapat mewujudkan kesadaran akan keselamatan dan keamanan di kalangan pelaku pariwisata di Pulau Dewata, dalam berkegiatan di tengah pandemi Covid-19. “Di masa pandemi ini, kesadaran akan kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan tentunya juga memerlukan dukungan dari masyarakat (komunitas), akademisi, pengusaha, dan media,” kata Manik Wiranata dalam siaran persnya.

Manik Wiranata yang juga selaku pelaku pariwisata ini mengungkapkan kalau We Love Bali yang telah diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menjadi salah satu program pemulihan pariwisata, sekaligus edukasi mengenai CHSE di tempat wisata. Ia menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan memberikan edukasi terhadap penerapan protokol CHSE di daya tarik wisata dan desa wisata, termasuk melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di hotel tempat menginap dan daerah tujuan wisata yang dikunjungi dengan mengisi form cek list CHSE.

“Implementasi penerapan CHSE sangat penting untuk menunjukkan bahwa Bali sebagai destinasi wisata internasional sungguh-sungguh berkomitmen dan mampu menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya. 

“Program We Love Bali adalah untuk mempromosikan kepariwisataan Pulau Seribu Pura yang kini terpuruk. Promosi itu dibarengi dengan kunjungan ke daya tarik wisata dan desa wisata,”papar Manik Wiranata.

Manik Wiranata memaparkan, We Love Bali yang berlangsung selama Oktober hingga November 2020 ini, tak sekadar program berkunjung ke destinasi wisata. Namun kata dia, lebih penting dari itu, program ini menjadi implementasi dari komitmen penerapan protokol kesehatan bidang pariwisata. Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan fasilitas berupa akomodasi selama dua malam di hotel atau home stay yang ditetapkan panitia, konsumsi, transportasi, tiket masuk daerah tujuan wisata, biaya tes cepat, dan perlengkapan lainnya.

See also  50 Mahasiswa Berprestasi Unwar Terima Beasiswa BI

Diungkapkannya, untuk program 17 trip Klungkung – Tirta Empul – Kuta – Uluwatu – Benoa – Klungkung sudah berlangsung pada tanggal  25 November 2020 hingga 27 November 2020. Pada hari pertama, peserta melalui  Klungkung – Goa Gajah – Tampak Siring – Tegenungan – Mengunjungi  Tampak Siring. Aktivitas yang dilakukan yakni mengunjungi Pura serta permandian saat jaman kerajaan. Diceritakannya  Nama Tampak Siring berasal dari kata Tampak yang berarti telapak dan Siring berarti miring yang tercatat dalam usana Bali, yakni salah satu lontar yang menceritakan tentang sejarah Tampak Siring Bali. “Telapak yang ada dalam nama tempat wisata ini, diceritakan sebagai telapak dari raja yang bernama Mayadenawa,” ungkapnya.

Setelah di lokasi Tampak Siring, peserta kemudian mengunjungi Goa Gajah. Di lokasi tersebut, peserta diajak melihat Pura dan candi peninggalan kerajaan. Dikatakan, Goa Gajah ini merupakan sebuah situs candi kuno yang didirikan lebih dari 1000 tahun lalu dan berfungsi sebagai tempat suci umat Hindu dan Budha. Selain masih aktif, ada hal unik dari lokasi ini yang tidak dimiliki situs candi lain. Jika candi umumnya dibuat menjulang tinggi ke angkasa, disini situs candi dibuat masuk ke dalam tebing. Situs ini berbentuk Goa Buatan. 

“Karena keunikan tersebut, UNESCO pun memasukkan Goa Gajah sebagai salah satu daftar tentatif situs warisan dunia yang harus dilindungi. UNESCO mencatat goa ini sebagai warisan dunia dalam daftar tentatif (menunggu kepastian) pada tanggal 19 Oktober 1995 dalam bidang kebudayaan,” bebernya.

See also  Gencar Lakukan Transformasi Digital dan Inovasi Berkelanjutan, AXA Mandiri Kembali Mencetak Kinerja Positif di Tahun 2021

Pada hari kedua program 17, peserta diajak menuju Seminyak – Tanah Lot – Uluwatu, yang sebelumnya mengunjungi Pantai Melasti, Dreamland. Pantai Dreamland yang terletak di sebelah Selatan pulau Bali, tepatnya di daerah Pecatu, Kuta Selatan, berada di kawasan New Kuta Golf. 

Di hari ketiga dalam program tersebut peserta juga diajak berkunjung ke wisata  Taman Goa Jepang (Food Festival)Goa Jepang di Banjarangkan, Klungkung merupakan salah satu peninggalan jaman penjajahan Jepang di Bali. Jaman penjajahan Jepang di Indonesia memang meninggalkan jejak-jejak sejarah berupa goa ataupun bunker yang dibuat oleh tentara jepang sebagai tempat perlindungan melawan musuh. Di setiap destinasi, peserta dibekali kantong sampah dan mereka diwajibkan untuk memungut sampah plastik di lokasi. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dan pelestarian alam. 

Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali Ketut Jaman yang mendampingi panitia mengatakan, trip sudah berlangsung sejak awal Oktober dan masih berjalan hingga November 2020. Di setiap daya tarik wisata juga dilibatkan UMKM sebagai penyedia suvenir yang dijual kepada para peserta. Ia menyebut, program ini sebagai upaya masif  pemerintah dalam mempromosikan pariwisata Bali Era Baru kepada masyarakat luar melalui media sosial peserta.

“Kita juga menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisman sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020, dan meningkatkan ekonomi,” tutupnya. (MBP)

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *