Wujud Ungkapan Syukur, Persembahan Gebogan Buah di DTW Uluwatu Jadi Atraksi Tambahan Bagi Wisatawan
MANGUPURA – baliprawara.com
Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu atau DTW Uluwatu, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali, secara rutin menggelar upacara ngaturan gebogan buah, persembahan untuk kawasan monyet di sana. Upacara ini digelar Sabtu 14 Desember 2024, serangkaian hari Tumpek Kandang, yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Uye berdasarkan Kalender Bali.
Ada sebanyak dua gebogan dengan berbagai jenis buah yang dihaturkan untuk kawanan monyet yang menjadi ikon di Uluwatu. Tentu upacara ini juga menjadi atraksi tambahan bagi wisatawan yang berkunjung ke DTW Uluwatu.
Menurut Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta, prosesi ini sebagai ucapan syukur atas anugerah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana selama ini antara manusia dan kawanan Monyet ini telah hidup berdampingan. “Seperti kata orang bijak, Sarwa Prani Hitangkara, sehingga kita hidup berdampingan dalam rangka untuk saling harmoni. Hal itu diwujudkan dengan kita menghaturkan sesajen kepada hewan-hewan atau binatang berupa Monyet di DTW Uluwatu,” kata Sumerta, ditemui di lokasi.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya menghargai terkait Tri Hita Karana yang merupakan harmonisasi hubungan baik antara manusia dengan lingkungan yang merupakan ciptaan tuhan. “Semua ciptaan tuhan kita hargai, salah satunya melalui prosesi berupa persembahan dua gebogan buah. Prosesi ini juga merupakan sebuah event setiap 6 bulan sekali di DTW kawasan luar Pura Uluwatu. Sehingga wisatawan juga bisa melihat langsung bagaimana kita menghargai sesama ciptaan tuhan,” ucap Sumerta yang juga anggota DPRD Badung ini menambahkan.
Pihaknya berharap ke depan agar bisa terus melaksanakan kegiatan seperti ini. Karena ini sebagai wujud untuk mengembalikan sebagian terkecil dari apa yang telah diterima dari keberadaan monyet-monyet tersebut di DTW Uluwatu.
Pada kesempatan sama, Manager Pengelola DTW Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu I Wayan Wijana, menambahkan, upacara tumpek kandang ini merupakan suatu kewajiban yang rutin digelar. Karena seperti apa yang disampaikan Bendesa Pecatu bahwa, ini sebagai harmonisasi hubungan manusia dengan alam dan satwa yang ada di sini. Upacara tetap dilakukan setiap 6 bulan sekali. Karena inilah salah satu bentuk ungkapan terima kasih kepada para satwa yang ada terutama monyet yang sebagai salah satu daya tarik wisata di DTW Uluwatu, yang memberikan kontribusi juga pada masyarakat.
“Yang jelas saat ini hubungan pengunjung dengan Satwa yang ada, sangat bagus sekali. karena setiap hari Minggu jam 4 sore, kita lakukan Feeding monkey, wisatawan bebas memberikan makanan pada satwa monyet yang ada disini, tapi didampingi oleh tenaga pawang,” kata Wijana yang juga Sekretaris DPD Putri Bali.
Untuk populasi monyet di DTW Uluwatu kata Wijana, berdasarkan penelitian profesor dari inggris, amerika, juga pernah meneliti di Uluwatu, itu populasi sudah mencapai 650 ekor. Nah itu pun kita terus lakukan langkah-langkah perawatan baik pemeriksaan kesehatannya setiap 3-6 sekali secara periodik termasuk juga taringnya kita cek kemudian perkembangbiakannya juga kita cek, nutrisinya juga kita sebagainya.
“Jadi ini kita lakukan terus-menerus kerjasama dengan fakultas kedokteran hewan Universitas Udayana, hal ini untuk menangkis berikan jawaban pada publik bahwa minyel Kita terbebas dari rabies maupun penyakit lainnya,” tegas wijana.
Keberadaan monyet ini betul-betul diperhatikan. Selain pengaturan makanan sebanyak tiga kali sehari, kemudian dari kesehatannya juga diberikan perawatan secara periodik. “seperti saya katakan tadi, semoga hal ini dapat memberikan impack yang positif terhadap wisatawan maupun pemedek, maupun masyarakat semua,” harapnya.
Sementara itu, pengunjung DTW Uluwatu, Yunike asal kota Medan, mengaku sebelumnya belum tahu ada upacara ini. Namun ia bersama rekannya asal Balikpapan, merasa sangat antusias menyaksikan upacara persembahan gebogan buah ini. Yang mana budayanya terlihat begitu kental dan kuat. “Apalagi banyak monyetnya yang kumpul mengambil makanan, itu seru. Yang paling lucunya disini monyet sama manusia benar-benar sahabatan, keren pokoknya,” ucapnya.
Usai menyaksikan prosesi ini, ia berharap ke depan, Bali bisa terus mempertahankan budayanya. Untuk masyarakat, ia juga membagikan informasi menarik untuk orang-orang di Medan, karena saat ini sudah ada penerbangan langsung dari Medan ke Bali dan Bali ke Medan. “Jadi, inilah saatnya untuk mengisi liburan, ke Bali, begitu juga jangan lupa untuk berkunjung ke kota Medan,” ucapnya. (MBP)