Desa Pupuan Tegallalang, Kembangkan Desa Wisata Tanpa Merusak Alam
GIANYAR – baliprawara.com
Desa Pupuan, kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, pernah dicap sebagai desa miskin di Bali. Karena kesan kurang bagus ini, Perbekel Desa Pupuan, I Wayan Sumatra, merasa “jengah”, dan bertekad untuk bisa menghapus kesan negatif yang disandang desa ini selama bertahun-tahun.
Berkat ide dan gagasan yang dibuat Sumatra, desa yang dulu memiliki sebanyak 2072 Kepala Keluarga (KK) miskin pada tahun 2013, terus berbenah. Hingga akhirnya, saat ini jumlah KK miskin terus menurun hingga mencapai sebanyak 141 KK. Meski kini jumlahnya sudah jauh berkurang, namun pihaknya memiliki tekad untuk kembali bisa menurunkan angka kemiskinan di desanya tersebut.
Dikatakannya, pada tahun 2013-2014, desa ini menyandang predikat sebagai desa tertinggal. Kemudian, tahun 2015-2016, sudah mulai ada kemajuan, sehingga desa ini menyandang predikat desa berkembang. Kemajuan kembali terlihat sejak tahun 2017 – 2018, sehingga menyandang predikat desa maju hingga sekarang. Kedepan, pihaknya berkeinginan untuk terus berbenah demi mengejar predikat menuju desa Mandiri.
“Tahun 2013, Desa Pupuan, Tegalalang, merupakan desa tertinggal. Dengan jumlah KK miskin sebanyak 2072 KK. Dengan kondisi ini, kami bertekad agar A miskin ini bisa diturunkan. Benar saja, saat ini jumlah KK miskin bisa ditekan menjadi 141 KK. Jumlah ini akan terus kami tekan lagi,” kata Sumatra, Minggu 8 Januari 2023.
Lebih lanjut dikatakan, karena sempat menjadi desa tertinggal, dari segi ekonomi, masyarakat setempat lebih memilih untuk bekerja di luar desa bahkan ke kota. Padahal desa ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa, terutama potensi alam. Apalagi, desa Pupuan Tegalalang ini, diapit oleh dua Desa yang sangat maju dalam hal ekonomi, termasuk juga berdekatan dengan Istana Tampak Siring, Gianyar.
Berkaca dari permasalahan inilah, Desa ini terus berbenah, salah satunya dengan mengembangkan Desa Wisata. Tentu selain menarik kunjungan wisatawan, Perbekel Desa Setempat, memiliki mimpi untuk menjadikan masyarakatnya tuan di rumah sendiri, dan bisa mengais rejeki di tanah sendiri.
Dijelaskan Sumatra, dalam pengembagan Desa Wisata yang digagasnya ini, dirinya memiliki konsep, pengembangan Desa wisata tanpa merusak alam. Yang mana, desa wisata ini akhirnya mendapat pengakuan dari pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai Desa Wisata, pada 18 September 2021.
Adapun potensi yang menjadi unggulan di Desa Wisata ini yakni, untuk potensi alami, selain pemandangan persawahan dengan konsep terasering, desa ini juga memiliki Cagar Budaya, Waterfall (air terjun), serta pohon kayu tua. Tak hanya itu, untuk wisata spiritual, juga memiliki lokasi air suci spiritual yang dinamakan Tirta Sangku, dan Tirta Areng (tirta Ireng /hitam). Bahkan, sebagai bentuk pelestarian alam, desa ini memiliki hutan kecil dengan luas 7 hektar milik desa adat.
Sementara untuk wisata buatan, yang sudah ditata saat ini, ada yang namanya Wana Ayu, dengan pemandangan yang indah, tempat rekreasi, restaurant, serta pengembangan tempat camping, yang dinamakan Ubud Camp. Sejak dikembangkan menjadi desa wisata alam tanpa merusak lingkungan, setiap investor yang akan membangun villa, akan diminta agar konsep bangunan menggunakan bahan ramah lingkungan.
Untuk air suci yang menjadi potensi disana, seperti tirta Sangku dan tirta Areng, selama ini akses menuju lokasi sangat sulit. Selama ini kata dia, orang malas ke lokasi ini, karena jarak jauh ke bawa dan akses yang sangat kurang. Oleh karena itu tahun 2017, pihaknya membuat akses jalan ke lokasi ini. Sehingga, sekarang akses mobil dan parkir mobil sudah bisa hingga di lingkungan menuju lokasi tirat ini.
“Sekarang turun 2 meter dari tempat parkir sudah mencapai lokasi. Dari sebelumnya orang harus berjalan hingga 200 meter ke bawah. Di Atas lokasi itu, ada hutan milik desa, seluas 7 hektar yang akan dikembangkan menjadi mini forest. Namun, pengembangan-pengembangan ini, masih terkendala dengan pendanaan,” ucapnya.
Ke depan, pihaknya berkeinginan untuk mengemas potensi Desa Pupuan ini, dengan ciri khas wisata spiritual Tirta Areng. Dijelaskan, dinamakan Tirta Areng, karena konon menurut cerita rakyat, air suci yang ada di sana akan berwarna hitam, disaat ada upacara di Pura Dalem. Air suci ini, kemudian ditunas untuk prosesi upacara di Pura Dalem.
Tak hanya pada saat upacara di Pura Dalem, terkadang, pada hari baik, airnya juga akan berwarna hitam. Memang diakui air suci ini memiliki kekuatan magis, yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. “Banyak yang melukat kesini, yang gata-gatal, langsung sembuh, dan ada yang sakit tertentu, bisa sembuh,” akunya.
Sejak diresmikan sebagai Desa Wisata, desa Pupuan ini menjadi imbas kunjungan dari Ubud. Sebagian besar wisatawan yang bersepeda, melintas di sana sambil menikmati keindahan alam. Meski sudah resmi menyandang sebagai Desa Wisata, namun selama ini masih ada kendala yang dihadapi, yakni akses yang masih kurang dan pendanaan untuk pengembangan ke depan. “Kedepan kami berharap kepada pemerintah, agar bisa dibantu dalam hal pengembangan. Sehingga, masyarakat lokal kami, menjadi tuan di rumah sendiri, dan semua mengandalkan bekerja di luar desa,” harapnya. (MBP1)