Pangurip ISI BALI, Sah Menjadi Institut Seni Indonesia Bali

Institut Seni Indonesia Denpasar sejak 12 Februari 2025 sah dan resmi telah bertransformasi menjadi Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI).
DENPASAR – baliprawara.com
Institut Seni Indonesia Denpasar sejak 12 Februari 2025 sah dan resmi telah bertransformasi menjadi Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI). Perubahan ini dimaknai melalui acara Pangurip ISI BALI pada Jumat (28/2) oleh Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon dan Menteri Diktisaintek, Prof. Brian Yuliarto dengan menandatangani piagam Pangurip ISI BALI di kampus setempat.
Transformasi kelembagaan ISI BALI ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2025 tentang Perubahan Institut Seni Indonesia Denpasar menjadi Institut Seni Indonesia Bali (diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2025 Nomor 21). Perpres ISI BALI ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada Hari Suci Pagerwesi, Rabu (12/2).
Menteri Diktisaintek, Prof. Brian dalam sambutannya, mengapresiasi langkah besar yang sedang ditempuh ISI BALI dalam mewujudkan transformasi kelembagaan yang visioner dan strategis. “Bali dan tentunya ISI BALI telah membuktikan bahwa kekayaan seni, desain, dan budaya dapat dikembangkan menjadi industri yang berdaya saing tinggi, bahkan di tingkat global. ISI BALI memegang peran strategis tidak hanya mencetak talenta unggul, tetapi juga dalam membangun ekosistem riset yang kokoh”.
Hal sama juga dinyatakan Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, bahwa transformasi ISI Denpasar menjadi ISI BALI merupakan sebuah langkah monumental guna mempertegas peran ISI BALI sebagai garda depan pemajuan kebudayaan. Lebih dari sekadar penyesuaian nomenklatur, ini adalah sebuah penegasan peran strategis ISI BALI sebagai pusat unggulan seni dan budaya. Sebuah lembaga yang secara konsisten melestarikan, mencipta, memantik dialog, dan turut menempatkan seni dalam dinamika pembangunan.
“ISI BALI memiliki potensi besar memperkuat soft power (baca: kebudayaan) di tengah peradaban dunia dan menjadi laboratorium yang menghubungakan tradisi dan inovasi, seni dan teknologi, lokalitas dengan globalisasi. Karya-karya yang lahir dari ISI BALI harus menjadi narasi kebangsaan yang menggema di forum-forum global. Saya percaya, dengan fondasi akademik yang kuat dan peran besarnya dalam ekosistem kebudayaan, ISI BALI akan terus berkembang menjadi perguruan tinggi seni terkemuka di dunia,” tegas Wakil Ketua DPR RI Periode 2015-2019.
Rektor ISI BALI, Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana mewakili segenap sivitas akademika ISI BALI menyampaikan syukur karena cita dan doa untuk mewujudkan ISI BALI akhirnya tercapai. “Seiring dengan itu, kami mengucapkan terima kasih yang tinggi kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, Menteri Diktisaintek, Brian Yuliarto, Gubernur Bali, Wayan Koster, serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses transformasi ISI BALI ini, ” ujar Prof. “Kun” Adnyana yang mantan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali.
Pangurip ISI BALI yang diselenggarakan pada Sidang Senat Terbuka dihadiri pula Wakil Menteri Diktisaintek, Prof. Fauzan, dan banyak tokoh seni, desain, dan budaya, serta maestro, di antaranya Konjen Australia di Bali, Jo Stevens, Konsul Kehormatan RI di Gdansk, Polandia, Miroslaw Wawrowski, Prof. I Made Bandem, Prof. I Wayan Wita, dan Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana.
Penghargaan dan Pergelaran Baru
Pada acara Pangurip ISI BALI yang dirangkai dengan pembukaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara V, juga diserahkan Penghargaan Nasional Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha Tahun 2025, kepada: Bapak Nyoman Rudana (budayawan dan founder Rudana Art Museum), I Nyoman Marsa (Pelukis Modern Bali), Sang Ketut Pesan Sandiyasa (Seniman Seni Pertunjukan Bali), I Gusti Ayu Laksmiyani (Musisi Ternama), dan I Gusti Lanang Oka Ardhika (Seniman Seni Pertunjukan Bali).
Acara bersejarah ini menjadi megah karena secara khusus dicipta karya seni pertunjukan intermedium baru, yaitu Pertunjukan Paras-Bumi-Pamor dan Pergelaran Gempita-Jagat-Gelatik. Pergelaran intermedium tersebut meramu-harmoni gerak tari, melodi orkestra-gamelan, artistika busana, intuisi animasi, dan pendar tata cahaya. Pergelaran disajikan kolaboratif dosen dan mahasiswa ISI BALI terpilih. (MBP/r)