Pameran Seni dan Budaya Indonesia International Art Connection Dibuka, 28 Seniman Lintas Negara Berkumpul di Galeri ZEN1

Pameran seni dan budaya, Indonesia International Art Connection, resmi dibuka Sabtu 9 Agustus 2025, di Galeri ZEN1, Kuta.
MANGUPURA – baliprawara.com
Pameran seni dan budaya, Indonesia International Art Connection (IIAC), sebagai buah dari perjalanan panjang kolaborasi artistik dan pertukaran budaya lintas negara, resmi dibuka Sabtu 9 Agustus 2025, di Galeri ZEN1, Kuta, Bali. Pameran ini merupakan edisi perdana, dengan melibatkan seniman dari sejumlah negara diantaranya, Indonesia, Vietnam, Jepang, dan Malawi. Total ada sebanyak 60 lukisan dengan 28 seniman lintas negara yang hadir untuk bersama merayakan seni sebagai bahasa universal yang menyatukan.
Menurut Nicolaus F. Kuswanto, selaku Direktur Galeri ZEN1, grup seniman ini memang sudah terbentuk sejak lama. Event seperti ini kata dia, saat ini sudah sangat jarang digelar. Dulu pameran kolaborasi seperti ini pernah ngetren antara tahun 2013-2016.
Untuk lukisan yang ditampilkan, merupakan lukisan-lukisan terbaru yang sebagian besar merupakan lukisan daily life, yang merupakan Inspirasi terbaru mereka. “Saya justru kangen sekali event koleksi internasional seperti ini. Melalui event ini saya berharap bisa menjadi meng getok tular, untuk menuju event yang lebih besar. Ke depan kegiatan seperti ini bisa digelar reguler secara berkesinambungan,” katanya saat ditemui usai pembukaan.
Anak Anung Anindita Awignamastu atau sering disapa Namastu selaku Manager Indonesia Art Connecting, menyampaikan, Indonesia International Art Connection hadir sebagai buah dari perjalanan panjang kolaborasi artistik dan pertukaran budaya lintas negara. Sejak 2017, sejumlah perupa Indonesia, di antaranya Alex Danny, Ismanto, Erica, Katirin, dan lainnya, telah menapaki panggung seni di Vietnam serta berbagai wilayah Asia. Pertemuan-pertemuan ini menumbuhkan tradisi kunjungan timbal balik, menjadikan Yogyakarta sebagai ruang sambut yang hangat bagi perupa Vietnam untuk berkarya dan bereksperimen, seringkali terwujud berkat dedikasi dan kemurahan hati para pelaku seni itu sendiri.
Memasuki tahun 2024, semangat ini menjangkau Jepang. Undangan dari mitra seni di negeri sakura tersebut melahirkan serangkaian lokakarya dan pameran, membuka cakrawala baru bagi interaksi lintas budaya. Jejak-jejak perjumpaan ini menumbuhkan visi yang lebih besar: merajut jejaring internasional di mana seni berperan sebagai bahasa universal untuk menghubungkan, berdialog, dan menumbuhkan kreativitas bersama.
Pameran kali ini kata dia, menandai sebuah titik penting dalam perjalanan tersebut mempertemukan seniman dari Indonesia, Jepang, Vietnam, dan Malawi dalam sebuah perayaan kesatuan seni lintas budaya. Bali, dengan reputasinya yang mendunia akan tradisi seni yang hidup, warisan budaya yang kaya, serta lanskap alam yang memukau, dipilih sebagai tuan rumah perhelatan perdana ini.
Melalui pameran ini, pihaknya ingin menjadikan Indonesia International Art Connection, sebagai pemersatu untuk bisa menyatukan berbagai macam seni dari berbagai negara lain. Tidak hanya di Indonesia saja, namun juga bisa di negara lain untuk berkarya bersama. “Total ads 60 lukisan dengan 28 seniman. Melalui pameran ini, kami ingin menggabungkan semua hal termasuk persahabatan. Tidak hanya berpameran saja, namun ada juga ada kolaborasi dan kegiatan lain, termasuk kegiatan Art trip,” terangnya.
Sementara itu, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, selaku Officiated, menyampaikan, Indonesia International Art Connection, merupakan bukti nyata rekam jejak keterbukaan Bali terhadap pengaruh pengaruh Asing. Apalagi melihat lokasi pameran yang dipusatkan di Kuta, tentu tidak saya berbicara sebagai destinasi pariwisata, namun Kuta merupakan pusat berinteraksinya kebudayaan di masa lalu. Seperti kehadiran tokoh Mads Johansen Lange, kemudian dengan adanya perluasan akses Bali melalui hadirnya bandara Tuban, kehadiran akademisi, para petualang di tahun 1930 an.
Semua itu kata dia merupakan kelanjutan kemampuan di Bali terhadap ketidak takutan terhadap orang baru, benda baru termasuk ide ide baru.“Kami berharap pameran yang kali pertama digelar ini, selanjutnya bisa menjadi agenda rutin. Karena tidak hanya akan membicarakan bertemunya kisah-kisah yang saling mempengaruhi di masa lalu, tetapi bagaimana kemudian hudaya timur ini bisa memberi kontribusi dalam perkembangan budaya global. Harapannya Bali kemudian tidak hanya menjadi sebuah ruang inspirasi, tapi memang benar bisa menjadi pusat kebudayaan Dunia,” harapnya.
Salah seorang Seniman asal Indonesia Erica Hestu Wahyuni, yang suka dengan budaya Bali mengaku senang melukis dengan tema Budaya Bali. Hal itu kata dia karena budaya Bali itu sangat spesial, dan selalu tidak ada habisnya dieksplore. Melalui karya yang mengangkat budaya Bali, pihaknya ingin seniman dari luar negeri yang hadir bisa tahu Bali dari sisi yang lain. Melalui pameran ini, pihaknya juga ingin menyerukan pesan persahabatan dan bagaimana damai itu sangat membahagiakan. (MBP)