Badung Butuh Anggaran Rp 6-10 Miliar Realisasikan Alat GeNose
MANGUPURA – baliprawara.com
Plh Bupati Badung, Wayan Adi Arnawa menyampaikan, antara kehidupan manusia dengan Covid-19 saat ini seolah tidak bisa dipisahkan atau hidup sejalan berbarengan dan berdampingan. Berkaca dari kondisi itu, Pemkab Badung berencana akan mengadakan alat GeNose C19. Alat tersebut merupakan pendeteksi virus Covid-19 melalui hembusan nafas dan memiliki waktu sangat cepat dan akurasi tinggi dalam mengidentifikasi ada tidaknya virus Covid-19 pada orang yang dites. Untuk merealisasikan rencana itu Pemkab Badung membutuhkan anggaran senilai Rp 6-10 miliar.
Dengan adanya alat tersebut, maka upaya pendeteksian awal Covid-19 diharapkan bisa lebih cepat. Terlebih akurasi alat tersebut diketahuinya cukup tinggi dan sangat cepat. “Kita sedang menyiapkan alat yang bisa membantu dalam rangka skrining masyarakat ataupun siapapun yang berada di suatu tempat, yaitu GeNose. Kita sedang merancang dan mendiskusikan ini di dalam tim Satgas Covid-19 kabupaten, semoga dalam waktu dekat ini bisa di follow up,” ujarnya belum lama ini.
Dengan implementasi alat tersebut di suatu lokasi, pihaknya menilai tidak akan perlu lagi diberlakukan pembatasan operasional. Sebab ketika ada orang yang datang dan hendak masuk ke dalam suatu kawasan, mereka bisa langsung tersekrening. Dengan demikian akan diketahui mana yang positif dan tidak diperbolehkan masuk, serta mana yang negatif dan diperbolehkan masuk. Hal itu tentunya lebih efektif, efisien dan fleksibel. Karena tidak perlu lagi memasang thermogun dan tes swab. Ketika mereka sudah melewati pemeriksaan itu, siapapun yang berada di dalam kawasan tentunya mereka yang hasil pemeriksaannya negatif.
Dari perhitungan yang dilakukan pihaknya, untuk merealisasikan rencana itu diperlukan anggaran senilai Rp 6-10 milyar. Rencananya alat itu akan dipasang di kantor desa, lurah, kecamatan, pusat pemerintah, fasilitas publik dan destinasi pariwisata. Namun berkaca dari kondisi keuangan saat ini, minimal rencana itu diharapkan bisa direalisasikan di kantoran pemerintahan dulu sebagai percontohan.
Seiring dengan itu, pihaknya akan mengimbau dan mendorong pelaku wisata untuk memasang alat seperti itu kedepannya. Dengan demikian orang yang masuk ke hotel atau restoran itu bisa melewati skrining, sehingga bisa dipastikan mereka aman ketika berada didalam ruangan. “Kami harap dengan langkah ini, apa yang diharapkan pelaku pariwisata dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan. Seiring dengan itu kita harap pariwisata juga bisa mulai dibuka, dengan tetap menerapkan prokes ketat,” tambahnya. (MBP)