Banyu Pinaruh Bertepatan dengan Purnama, Baik Lakukan “Parayascita”
Prof. IGN Sudiana
DENPASAR – baliprawara
Seusai merayakan hari suci Saraswati pada Sabtu Umanis Wuku Watugunung, keesokan harinya, Minggu Paing Wuku Sinta, umat Hindu melakukan ritual Banyu Pinaruh. Dalam prosesi penyucian diri setelah menerima anugerah ilmu pengetahuan, umat mendatangi sumber-sumber mata air seperti sungai dan laut untuk bersyukur, mandi dan keramas.
Lalu, apa sesungguhnya makna filosofis Banyu Pinaruh?
Rektor UHN IGB Sugriwa Denpasar, Prof. I Gusti Ngurah Sudiana menyampaikan, dalam Lontar Sundarigama disebutkan “banyupinaweruh”, yang berasal dari kata “banyu” dan “pinaweruh”. Banyu artinya air, sedangkan pineweruh artinya pengetahuan.
Ketika sudah mendapatkan anugerah ilmu pengetahuan dari Dewi Saraswati –manifestasi Ida Sanghyang Widi Wasa sebagai sakti Dewa Brahma, keesokan harinya umat melaksanakan ritual Banyu Pinaruh.
Bagi kebanyakan orang, saat merayakan Banyu Pinaruh, umat melakukan penyucian badaniah dengan keramas menggunakan air suci. Atau mendatangi sumber air seperti laut, dengan melakukan penyucian diri dengan mandi-keramas, memanjatkan puji pengastuti kepada Hyang Widi, kemudian berkomitmen memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan baik, agar berdaya guna bagi diri sendiri dan kemaslakatan umat manusia.
Jadi, makna penting yang juga dapat dipetik dari Banyu Pinaruh adalah barangsiapa yang sudah memiliki ilmu pengetahuan, mereka itulah yang sesungguhnya berhasil melaksanakan banyupinaweruh. Jika merasa belum cukup menguasai ilmu pengetahuan, maka belajarlah yang rajin. Pun, sesungguhnya ilmu pengetahuan itu mahaluas seperti samudera tak bertepi. Maka, menimba ilmu pengetahuan tak pernah berhenti semasih ayat di kandung badan.
Bertepatan dengan Purnama
Lanjut Prof. Ngurah Sudiana,
Banyu Pinaruh pada Minggu 7 September 2025 ini sungguh istimewa karena bertepatan dengan Purnama. Hal ini jarang terjadi. Siklusnya bisa lima tahun sekali. Banyu Pinaruh bertepatan Purnama amat langka dan sangat baik untuk melakukan penyucian diri dan prayascita.
Melalui ritual Banyu Pinaruh, ilmu pengetahuan yang telah dikuasai diharapkan berfungsi positif untuk menjalani kehidupan yang bermakna, damai dan sejahtera. Kemudian makin mempertebal rasa bakti dan sradha kepada Sang Pencipta, menguatkan rasa empati dan memperkuat rasa persaudaraan terhadap sesama, dan menguatkan komitmen merawat alam semesta. (MBP2)