BPBD Badung Bersama UNDP Gelar Simulasi Kesiapsiagaan Bencana Tsunami
Mangupura (Bali Prawara)-
Untuk memperingati hari kesadaran Tsunami Internasional, sebanyak 300 siswa SMP Taman Sastra, Jimbaran, mengikuti simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami, Selasa (5/11/2019). Simulasi yang digelar United Nations Development Programme (UNDP) bersama BPBD Badung, merupakan bagian dari proyek regional UNDP di 18 negara Asia Pasifik, yang didanai secara penuh oleh Pemerintah Jepang.
Kegiatan seperti ini, sangat efektif untuk mengedukasi siswa sekolah mengenai tsunami sehingga mereka dapat mengenali tanda-tandanya serta tau apa yang harus dilakukan saat terjadi tsunami. Hadir pada simulasi ini, perwakilan dari UNDP, Kepala BPBD Bali, Sekda Kabupaten Badung, Plt. Kepala BPBD Badung, dan sejumlah undangan lainnya.
Sekda Badung, Adi Arnawa pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa, simulasi ini sangat penting bagi masyarakat terutama siswa untuk dipahami. Sehingga Ketika ada bencana mereka akan bisa bersiap-siap, mereka akan tahu kemana harus melangkah. “Ini saya kira sangat bagus sekali dan harus terus dilakukan, tidak hanya untuk SMP taman sastra, namun kepada semua warga kita yang berpotensi terkena bencana,” katanya.
Untuk itu pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPBD Badung untuk segera menyikapi hal ini. Pihaknya berterimakasih kepada UNDP bekerjasama dengan BPBD Badung yang telah melaksanakan kegiatan serangkaian momentum memperingati hari Tsunami se Dunia. “Ini penting dilakukan terus, dalam rangka menyiapkan generasi yang tangguh. Karena bagaimanapun juga, secara geografis, kita di Badung rentan sekali terhadap bencana,” akunya.
Untuk itu, pihaknya berharap, meski rentan terhadap bencana, masyarakat tidak boleh menjadikan hal itu sebagai kelemahan buat kita. Dengan demikian, bagaimana kita memaintance dengan cara menyiapkan kapasitas SDM melalui simulais seperti ini. Di Badung kata dia ada sebanyak 29 sekolah yang sudah melakukan simulasi. “Saya kira ini akan terus berlanjut. Kalau paradigma sepeti ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin masyarakat di pesisir akan lari dari mata pencahariannya. Padahal basic nya sebagai nelayan, yang mana objeknya ada di pantai, justru ini sangat berpotensi terdampak tsunami,” ucapnya.
Hal seperti inilah menurutnya perlu diberikan pembelajaran edukasi untuk masyarakat kita. Dan yang paling penting apalah artinya kita menyiapkan infrastruktur dalam rangka penanganan bencana di pantai, tapi ketika kita memanfaatkan tidak bisa, inilah pentingnya simulasi. “Saya kira langkah seperti ini sangat tepat,” jarnya.
Sementara perwakilan dari UNDP, Sophie Kemkha mengatakan,
pendidikan bencana akan mengajari, memberi tahu memahami tanda-tanda suatu bencana tsunami dan memahami jalur evakuasi ke jalur aman menuju tempat penyelamatan dan hal-hal lainnya untuk mengurangi risiko. UNDP dengan pemerintah Jepang telah melakukan program penguatn kesiapsiagaan sekolah terhadap Tsunami di asia pasifik sejak tahun 2017. Bahkan pada tahun 2018 lalu Sebanyak 9 sekolah di Banda Aceh, 9 sekolah di tanjung benoa sudah diedukasi. Sedangkan Tahun ini melakukan training dan melatih 28 guru dari 14 sekolah untuk menyusun dan melakukan simulasi. Diantaranya melakukan pelatihan dan evakuasi.
Untuk tahun ini, termausk program kampanye dengan melibatkan 90 sekolah di Asia Pasifik. Melibatkan 285 sekolah tahun ini dengan total jumlah pelahar 107.000 di 18 negara di Asia Pasifik.
“Pendidikan bencana penting bukan hanya untuk pelajar tapi juga guru ortu dan masyarakat sekeliling sekolah bagaimana bisa meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan, serta bagaimana bisa menghadapi bencana seperti tsunami,” ucapnya. (praw1)