Budidaya Udang Galah di Karangasem Terhenti Akibat Kelangkaan Bibit, Pemerintah Diminta Turun Tangan

 Budidaya Udang Galah di Karangasem Terhenti Akibat Kelangkaan Bibit, Pemerintah Diminta Turun Tangan

Kondisi kolam budidaya udang galah di Karangasem, terbengkalai akibat tak ada pasokan bibit. (ist)

AMLAPURA – baliprawara.com

Belasan hektar kolam budidaya udang galah di Kabupaten Karangasem, terbengkalai sejak Pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu. Kondisi ini tentu sangat berdampak terhadap supali udang galah untuk sektor pariwisata. Pasalnya seiring membaiknya sektor pariwisata di Bali, kebutuhan terhadap udang galah, juga cukup tinggi. Untuk itu, pemerintah diharapkan turun tangan menyikapi serius permasalahan tersebut.

Seperti penuturan salah seorang pembudidaya udang galah di Karangasem, Wayan Kertiyasa, keberadaan bibit udang galah menjadi faktor terhentinya pembudidayaan. Menurutnya, sulitnya mendapatkan bibit udang galah, telah terjadi sejak Pandemi Covid-19. Ia mengatakan, hingga saat ini bibit udang galah sangat langka didapat, baik dari pemerintah maupun pihak swasta.

Kelangkaan bibit udang galah ini menurutnya, berdampak pada mangkraknya sekitar 14 hektare kolam milik warga di Karangasem. Akibatnya, para pembudidaya lebih memilih membiarkan kolam kosong tanpa budidaya. Karena bila digunakan untuk membudidaya jenis ikan lain, tentu cukup menyulitkan mereka, baik dari sisi pemeliharaan, ekonomi dan pemasaran.

Beruntung para pembudidaya yang terdampak, memiliki pekerjaan lain yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selama ini lanjut dia, para pembudidaya mendapatkan bibit dari Balai Benih Udang Galah Provinsi Bali di Pesinggahan. Namun sejak pandemi, bibit tersebut sulit diperoleh dengan alasan gagal pembibitan, anggaran yang tidak ada dan perbaikan.

Selama ini pembudidaya diminta menunggu, namun tidak ada kejelasannya hampir 5 tahun lamanya. Pihaknya berharap pemerintah dapat merespon nasib para pembudidaya.  “Sejak Covid kami di Karangasem kesulitan mendapatkan bibit udang galah. Pernah dapat bibit sekali, itupun dari swasta. Harganya tentu lebih mahal sedikit dari pembibitan yang dibeli dari balai benih di Pesinggahan. Kami diminta menunggu, namun tidak ada kejelasannya hampir 5 tahun lamanya. Sampai kapan seperti ini, permintaan banyak tapi kami sulit mendapatkan bibit,” kata dia, Senin 18 Maret 2024.

See also  Angkasa Pura I, Turunkan Biaya Rapid Test di 8 Bandara

Hal senada disampaikan Kadek Sukerta selaku pembudidaya udang galah. Sudah sejak lama kolam yang ia miliki kosong karena bibit yang langka. Ia mengaku sangat prihatin dengan kondisi tersebut, sebab permintaan udang galah masih cukup tinggi namun terkendala bibit yang langka. “Selama ini kami menyalurkan udang galah ke pasar ikan Kedonganan dan supplier. Sejak bibit langka, otomatis penyaluran terhenti,” terangnya. (MBP)

 

redaksi

Related post