Cuaca Ekstrem, Kawasan Waterblow Sempat Dilakukan Pembatasan

Suasana di kawasan Waterblow, ITDC, Nusa Dua.
MANGUPURA – baliprawara.com
Kondisi gelombang tinggi perairan, ditambah angin kencang yang berhembus, Daerah Tujuan Wisata (DTW) Waterblow yang berada di kawasan Pulau Peninsula, ITDC Nusa Dua, sempat ditutup beberapa jam pada Rabu 27 Juli 2022. Kondisi cuaca ekstrim ini, menyebabkan hempasan air laut menjulang tinggi dan meluber hingga 100 meter dari bibir karang. Hal tersebut tidak sampai menimbulkan adanya kerusakan fasilitas di sekitar. Namun operasional Waterblow masih dilakukan pembatasan pada Kamis 28 Juli 2022, dengan menentukan titik-titik yang aman bagi pengunjung.
Managing Director The Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita menerangkan kejadian tersebut merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi di kawasan Waterblow. Kondisi itu langsung di sikapi pikahnya saat itu, dengan menutup kawasan selama beberapa jam. Dari inventarisir yang dilakukan pihaknya, kejadian itu tidak sampai menimbulkan kerusakan pada bangunan Pura Bias Tugel yang ada di sekitar maupun fasilitas lainnya. “Kondisi ini sebenarnya terjadi pada musim tertentu. Kami selaku pengelola selalu rutin memonitor informasi dari BMKG terkait kondisi gelombang tinggi dan memantau kondisi perkembangan di lapangan,” katanya, Kamis 28 Juli 2022.
Diakuinya, fenomena deburan ombak akibat geombang laut yang bertabrakan dengan karang memang menjadi hal yang menarik bagi pengunjung. Hal itulah yang menjadi daya tarik waterblow selama ini. Ketika deburan ombak yang jauh lebih besar itu terjadi, pihaknya langsung akan melakukan penutupan dan pembatasan ke area tertentu. Para pengunjung hanya diperkenankan menyaksikan fenomena deburan ombak Waterblow dari area tertentu. Hal itu semata demi faktor keamanan dan kenyamanan wisatawan, agar mereka tidak terdampak hal yang tidak diinginkan. “Petugas yang standby berjaga juga juga senantiasa kita ingatkan untuk meng intensifkan pemantauan dan pengawasan perkembangan situasi di lapangan dan mengingatkan pengunjung,” bebernya.
Menurut penuturan Petugas Jaga Waterblow, Wayan Sukarena, kondisi peningkatan ombak tersebut terjadi di Wateeblow mulai pukul 10.00 Wita pada Rabu. Kondisi itu berangsur mereda menjelang sore hari dan kembali normal. Saat kejadian, pihaknya telah mengingatkan pengunjung agar tidak mendekati area deck yang berada di ujung kawasan, termasuk dengan membunyikan peluit untuk memberi tanda agar pengunjung menjauh dari area batu karang.
Sementara, berdasarkan peringatan dini gelombang tinggi perairan Bali-NTB yang dikeluarkan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, sejumlah wilayah perairan Bali memang mengalami kondisi gelombang tinggi dengan kondisi bervariasi dari pada tanggal 27 Juli 2022. Dari pengamatan yang dilakukan, tinggi gelombang di perairan utara Bali berkisar 0,5 – 2 Meter. Sedangkan perairan selatan Bali berkisar 1-5 meter, di selat Bali dan Selat Lombok berkisar 1-5 meter.
Kondisi serupa juga masih terjadi pada tanggal 28-29 Juli 2022. Dimana tinggi gelombang laut sedang yaitu 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di Lait Bali, Laut Sumbawa, dan selat lombok bagian utara. Kemudian tinggi gelombang laut tinggi yaitu 2-4 meter berpeluang terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok Bagian Selatan, Selat Alas bagian selatan, dan Perairan selatan Bali-NTB. Kemudian tinggi gelombang laut sangat tinggi, yaitu 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia Selatan Bali-NTB. “Kondisi gelombang tinggi ini juga disertai dengan angin kencang di sekitar Bali, termasuk di Selatan Bali tersebut,” terang Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wirajaya.
Kondisi tersebut disebabkan oleh suhu muka laut di sekitar Bali berada di kisaran 26 – 29 derajat. Hal itu membuat suhu muka laut cukup hangat, dan dapat meningkatkan potensi penguapan atau biasa disebut penambahan massa uap air di Pulau Bali. Gelombang tinggi juga dipicu oleh massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 1.500 meter. Disisi lain, kondisi itu juga dipicu masuknya musim kemarau di sebagian besar wilayah Bali. Sehingga potensi pembentukan awan hujan di sekitar wilayah Timur juga cukup signifikan.
Masyarakat dan kapal-kapal yang beraktivitas di daerah tersebut kami himbau untuk mempertimbangkan kondisi tersebut sebelum melaut. Pihaknya berharap mereka selalu memperhatikan update informasi cuaca dan gelombang dari BMKG. Kondisi pasang maksimum air laut juga dapat berdampak pada terganggunya transportasi di sekitaran pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan, serta kegiatan bongkar muat di Pelabuhan. “Kami juga menghimbau kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap waspada,” tambahnya. (MBP)