Delapan Perupa Maha Rupa Batukaru Bawa “Pesan dari Barat” di Biji World Art Space
GIANYAR – baliprawara.com
Pelukis yang tergabung dalam Komunitas Maha Rupa Batukaru (MRB) Tabanan aktif melakukan pameran senirupa. Kali ini delapan perupa dari komunitas ini menggelar pameran di Biji World Art Space, Mas, Gianyar, 11 Mei – 31 Mei 2025.
“Pesan dari Barat, Warna Rupa Jatiluwih” merupakan tema yang diusung dalam pameran kali ini.
Kedelan perupa yang ambil bagian dalam pameran itu adalah Nyoman Wijaya, Nyoman Aptika, Wayan Sunadi Doel, Made Kenak Dwi A., Wahyu Cupak Senayadi, Putu Sweca alias Cyx Daeng, Wayan Susana dan Wayan Naya. Mereka memamerkan 27 karya seni lukis. Pameran tersebut dibuka Dr. Drs. Nyoman Lodra, M.Si., seorang akademisi dari Universitas Negeri Surabaya yang saat ini juga menjabat Direktur Politeknik Bali Maha Werdhi Silakarang, Gianyar.

Sementara itu Maha Rupa Batukaru merupakan komunitas yang berasal dari Tabanan, secara keanggotaan terdiri atas perupa-perupa lintas generasi dari seniman senior yang eksis dalam percaturan seni rupa nasional bahkan internasional, hingga seniman-seniman muda potensial. Secara kolektif MRB sering menyelenggarakan kegiatan kesenian seperti pameran, workshop, hingga kegiatan sosial budaya.
Selain kegiatan secara kolektif, secara individu para perupa yang berada di bawah naungan MRB aktif mengadakan pameran serta kegiatan lainnya, dengan membuat kelompok-kelompok kecil sebagai langkah untuk menjaga eksistensi komunitas secara berkesinambungan.
“Seperti pameran kali ini, sebanyak delapan perupa Maha Rupa Batukaru berkolaborasi dengan Biji World Art Space di Jalan Raya Mas, Desa Mas, Gianyar untuk membangun ekosistem dan jejaring berkesenian yang kolaboratif, sehingga harapannya mencapai target apresiasi dan juga pasar seni rupa yang baik,” ujar Ketua MRB Nyoman Wijaya didamping Pengurus Made Kenak Dwi A.
Kata Kenak, tema
“Pesan dari Barat, Warna Rupa Batukaru” yang diusung pada pameran ini mengungkapkan sebuah frasa yang berkonotasi arah atau daerah, di mana komunitas ini bermarkas di Tabanan yang secara geografis berada di sisi barat Pulau Bali. Pesan yang dimaksud adalah ungkapan metaforik dalam menyampaikan sesuatu melalui karya-karya yang ditampilkan, tentunya memiliki pesan yang beragam dari masing-masing seniman.
Sedangkan Warna Rupa Jatiluwih merupakan ungkapan yang disematkan sebagai penguatan dari hal yang ingin disampaikan. Kalau membaca secara harfiah warna dan rupa adalah bagian/prinsip yang terkandung dalam sebuah karya rupa, namun dalam hal ini diartikan sebagai warna yang mewarnai kehidupan. Sedangkan Jatiluwih adalah sebuah simbol agraris dan kemakmuran yang dimiliki oleh Kabupaten Tabanan, di mana konsep Subak menjadi penandanya. Selain sebagai area, Jatiluwih juga diartikan sebagai nilai estetika, kekuatan dan keharmonisan terkandung dalam sebuah karya yang merujuk pada maknanya secara harfiah. (MBP2)