Diguyur Hujan, Upacara Nangluk Merana dan Pecaruan Sasih Desa Adat Kuta tetap Khusuk

 Diguyur Hujan, Upacara Nangluk Merana dan Pecaruan Sasih Desa Adat Kuta tetap Khusuk

Upacara Nangluk Merana lan Pecaruan Sasih Desa Adat Kuta, Minggu 14 Desember 2025.

MANGUPURA – baliprawara.com
Krama Desa Adat Kuta kembali melaksanakan rangkaian Upacara Nangluk Merana lan Pecaruan Sasih yang digelar bertepatan dengan rahinan Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kenem, Minggu 14 Desember 2025. Meski sejak pagi kawasan Kuta diguyur hujan dengan intensitas cukup tinggi, pelaksanaan upacara tetap berjalan dengan penuh kekhidmatan.

Upacara yang bertujuan untuk menetralisir unsur negatif serta memohon keselamatan dan kerahayuan bagi seluruh wewidangan Desa Adat Kuta ini dipusatkan di kawasan Pantai Kuta. Lokasi utama prosesi berada di depan Pura Segara Kuta, tepat di area dekat tsunami shelter yang selama ini menjadi titik sentral pelaksanaan upacara segara.

Sejak pagi hari, krama dari berbagai banjar tampak hadir dan terlibat aktif dalam ayahan swadharma. Hujan yang turun tidak menyurutkan semangat para pengayah desa, termasuk banjar penyangra yang sejak dini hari telah bersiap menjalankan tugas sesuai dengan pembagian ayahan yang telah ditetapkan oleh Desa Adat.

Bendesa Adat Kuta I Komang Alit Ardana menjelaskan bahwa seluruh rangkaian upacara tetap dilaksanakan sesuai dengan tatanan yang telah dirancang sebelumnya. Menurutnya, kondisi cuaca yang kurang bersahabat tidak menjadi penghalang selama semangat kebersamaan dan sradha bhakti krama tetap terjaga.

Alit Ardana menerangkan, rangkaian upacara dimulai dengan pelaksanaan Caru Tawur Agung yang dipusatkan di Catus Pata Desa Adat Kuta. Prosesi ini menjadi bagian penting sebagai bentuk nyomia bhuta kala sebelum upacara dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Setelah Caru Tawur Agung selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pamelepeh atau Pecaruan Sasih yang dilaksanakan di masing-masing persimpangan wilayah Desa Adat Kuta. Prosesi ini dilakukan oleh Ida Ratu Pelawatan yang berasal dari setiap banjar adat, dengan sarana upakara yang telah disiapkan secara khusus.

See also  Terkait Tapal Batas, Desa Adat Kuta dan Pemogan Sepakat Turun Lakukan Pemetaan Bersama

“Sekitar pukul 06.30 Wita, pecaruan pamelepeh sasih tetap berjalan sebagaimana mestinya walaupun sempat diguyur hujan. Antusiasme krama desa, khususnya banjar penyangra dan para pengayah, sangat tinggi. Seluruh ayahan swadharma yang ditugaskan dapat diselesaikan dengan baik,” ujar Alit Ardana.

Usai seluruh rangkaian Pecaruan Sasih di persimpangan rampung dilaksanakan, prosesi dilanjutkan dengan Upacara Nangluk Merana yang dipusatkan di penepi segara Pantai Kuta. Upacara ini awalnya dijadwalkan berlangsung sekitar pukul 10.00 Wita.

Namun, hujan lebat yang kembali turun di kawasan Pantai Kuta menyebabkan jadwal prosesi sedikit mengalami penyesuaian. Pelaksanaan Nangluk Merana akhirnya diundur sekitar satu jam hingga kondisi cuaca memungkinkan. “Ida Pedanda baru munggah untuk muput upacara setelah hujan mulai sedikit mereda,” jelas Alit Ardana.

Pelaksanaan Upacara Nangluk Merana lan Pecaruan Sasih yang dipusatkan di Pantai Kuta merupakan bagian dari penyesuaian tatanan upacara yang mulai diterapkan sejak tahun sebelumnya. Sebelumnya, rangkaian ini dikenal dengan sebutan Nangluk Merana lan Pemahayu Jagat.

Namun dalam perkembangannya, Pemahayu Jagat tidak lagi dilaksanakan secara terpisah karena memiliki tujuan dan makna yang dinilai sejalan dengan Nangluk Merana. Secara sastra, Nangluk Merana semestinya dipusatkan di penepi segara dengan menghaturkan upakara ke telenging segara.

Upacara ini dimaknai sebagai permohonan panugrahan kepada Ida Bhatara Baruna untuk peleburan mala marana, sekaligus sebagai upaya pembersihan serta permohonan tirta amertha demi keselamatan, kesejahteraan, dan kerahayuan krama desa.

Sementara itu, Pamelepeh Sasih dimaknai sebagai permohonan keselamatan dalam menghadapi pergantian bulan, khususnya Sasih Kenem. Sasih ini dikenal di kalangan masyarakat Bali sebagai sasih sakit atau masa pancaroba, di mana potensi gangguan kesehatan cenderung meningkat.

Pada tatanan sebelumnya, Pemahayu Jagat memiliki konsep memohon kesehatan dan umur panjang kepada Ida Bhatari Durga yang berstana di Pura Dalem Kahyangan. Dengan pertimbangan tersebut, kini konsep Nangluk Merana lan Pecaruan Sasih dinilai lebih tepat dipusatkan di pantai untuk memohon anugerah Ida Bhatara Baruna, serta tetap berkaitan dengan Pura Dalem dalam konteks permohonan keselamatan.

See also  Prosesi Melasti Desa Adat Kuta Digelar Seperti Biasa, Diikuti 14 Prasanak

Dalam pelaksanaan Pecaruan Sasih di persimpangan, sejumlah Ida Ratu Pelawatan turut muput upacara. Di antaranya Barong Banjar Pelasa, Barong Bang Banjar Pemamoran dan Banjar Temacun, Barong Selem Banjar Tegal, Barong Banjar Pande Mas, Barong Singa Puri Satria Dalem Kaleran, serta Barong Landung Pura Tanjung Pikatan Banjar Segara.
Persimpangan dipandang sebagai titik pertemuan energi, sehingga perlu dinetralisir melalui upacara tawur agar unsur-unsur negatif dapat dikembalikan ke tempatnya dan keseimbangan alam tetap terjaga.

Setelah Pecaruan Sasih selesai, Ida Ratu Pelawatan kembali mewali ke peyogan di masing-masing banjar. Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya yang menuju Pura Dalem, kali ini prosesi difokuskan ke Pantai Kuta untuk Upacara Nangluk Merana.

Upacara tersebut dipuput oleh Ida Pedanda saking Griya Telabah. Setelah prosesi mapakelem ke tengah laut dilaksanakan, tirta segara kemudian dibagikan kepada seluruh krama Desa Adat Kuta. Tirta tersebut selanjutnya dipercikkan ke wewidangan dan pawongan masing-masing sebagai simbol penyucian dan permohonan keselamatan.

Upacara Nangluk Merana ini juga dimaknai sebagai upaya penanggulangan wabah serta permohonan kerahayuan, mengingat Sasih Kenem dikenal sebagai masa di mana masyarakat lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Dengan terlaksananya upacara ini, krama Desa Adat Kuta berharap keseimbangan alam dan keharmonisan kehidupan tetap terjaga. (MBP)

 

redaksi

Related post