Jadi Pilot Project DTW di Badung, Tiket Elektronik di Uluwatu Diujicoba

Mangupura – baliprawara.com
Menjelang diluncurkan pada awal bulan Februari 2020, pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu bersama Desa Adat Pecatu dan Pemkab Badung terus mematangkan penerapan Tiket Elektronik (E-Ticketing) di Objek tersebut. Ujicoba selama seminggu, sudah dilakukan sejak Senin (27/1/2020) lalu.
Sekretaris Dinas Pariwisata Badung, AA Yuyun Hanura Eny yang sempat memantau ujicoba tersebut mengatakan, ujicoba penerapan Tiket Elektronik di Uluwatu ini memang yang pertama untuk daerah tujuan wisata (DTW) di Badung. Uluwatu ini kata dia, rencananya sebagai pilot project untuk DTW lainnya di Badung. Secara umum, dari pemantauan yang dilakukan, persiapan sudah bagus. “Secara umum semuanya sudah bagus, tinggal memang konektivitasnya perlu dimatangkan,” katanya.
Manager Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, Wayan Wijana saat dikonfirmasi, Kamis (30/1/2020) mengatakan, ujicoba pemanfaatan sistem teknologi ini didukung Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali. Pihaknya menargetkan, Sistem ini dilaunching pada awal Februari ini. Sehingga semuanya yang berhubungan dengan sistem ini siap dan betul-betul matang.
Dijelaskannya, tujuan diterapkannya Tiket Elektronik ini supaya bagaimana pihaknya mempunyai suatu hasil yang tercatat secara transparan dan akuntabel. Selain itu, langkah ini juga mengikuti perkembangan jaman digital dengan sistem 4.0.
“Kita tidak boleh tertinggal dan harus ikuti teknologi,” katanya.
Pihaknya berharap, dengan diterapkannya sistem Tiket Elektronik ini, akan menjadikan sistem yang sudah baik akan menjadi lebih baik lagi. Dengan harapan akan mendapatkan multidimensi keuntungan baik menyangkut service maupun pendapatan. “Memang sebelumnya sistem sudah bagus namun masih konvensional, karenanya kini kami tingkatkan ke e-Ticketing dengan Suport BPD Bali ini dan Februari ini kami akan lounching seusai ujicoba,” ujarnya.
Hal ini juga nantinya seiring dengan rencana pembangunan gate sistem dan barcode oleh prajuru desa adat bersama pemerintah. Tujuannya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik ke pengunjung.
Hal senada disampaikan Bendesa Adat Pecatu, Made Sumertha. Pihaknya ingin mematangkan semua persiapan sistem baru ini sebelum dilakukan peluncuran. Dengan harapan memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan atau error setelah sistem berjalan. “Kami kira seminggu untuk ujicoba sudah cukup agar lebih matang lagi,” ujarnya.
Ini juga sekaligus selama ujicoba akan diketahui seberapa lajur atau gate sistem yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi ini. Dengan begitu pihaknya bersama pemerintah bisa menyiapkan gate yang representatif menunjang model ini. “Dengan ujicoba ini tentu kami akan tahu berapa gate yang diperlukan, apakah nantinya ada penambahan seperti yang kami lihat dilakukan di Tanah Lot,” beber Bendesa yang juga Anggota DPRD Badung ini.
Termasuk sharing anggaran yang dibutuhkan dan pendapatan dengan pemerintah untuk persiapan gate tersebut. “Dari kunjungan kami ke Waterblow dibutuhkan anggaran sekitar Rp 800 jt untuk itu. Walaupun nantinya kalau pemerintah Badung tidak menyiapkan anggarannya kami di desa adat akan berupaya untuk itu,” pungkasnya. (praw)