Jadi Tempat Penitipan, Sampah di Lahan Alternatif Mulai Menggunung
Mangupura (Bali Prawara)-
Lahan kosong di dekat Pura Desa Adat Seni, Tuban, yang menjadi lokasi alternatif penitipan sampah dari kabupaten Badung, mulai terlihat menggunung. Pasalnya, di lahan ini, tidak hanya sampah dari kawasan Kuta dan Kuta Selatan yang ditampung, namun juga sampah dari kawasan Mengwi juga ditampung disana.
Hal ini diakibatkan, dibatasinya pembuangan sampah menuju TPA Suwung pasca kejadian kebakaran disana. Tumpukan sampah pada lahan negara seluas 14 are di belakang Ruko Tuban Plaza, terlihat mulai menggunung, Rabu (30/10).
Menurut penuturan salah seorang warga, yang memulung disana, Siti asal Situbondo, sejak pagi, truk dari beberapa tempat di Badung berdatangan membawa sampah kesana. Tidak saja dari wilayah, Kuta dan Kuta Selatan, namun truk sampah dari Mengwi juga ada yang nenitipkan sampah disana. Kondisi ini kata dia, sudah terlihat sejak empat hari lalu. “Sejak pagi banyak truk sampah yang datang, dari Kuta, Legian, Seminyak, Kuta Selatan. Bahkan yang dari Mengwi juga ada yang datang,” tuturnya.
Kepala DLHK Badung Putu Eka Merthawan mengatakan, lahan yang dipergunakan untuk penitipan sampah adalah lahan seluas 14 are milik dinas kehutanan. Yaitu lahan yang berada di belakang Kuburan Cina Kuta. Dimana penampungan sementara itu diperuntukan untuk menampung sampah yang berasal dari wilayah Kuta dan Kutsel yang belum memiliki opsi lain selain hal itu. Pihaknya juga mengimbau masyarakat yang mempunyai tempat sampah di rumahnya agar jangan dikeluarkan dulu mengeluarkan sampahnya sementara waktu.
Opsi tersebut diakuinya merupakan opsi urgen, demi mengatasi kebuntuan tempat pembuangan sampah akibat TPA Suwung ditutup. Hal itu dilakukan sembari menunggu kembali dibukanya TPA Suwung. Pihaknya mengaku telah melayangkan surat permakluman kepada Bendesa adat Tuban, Camat Kuta, Lurah Tuban dan Kuta, demi mencegah adanya mis komunikasi. “Kami nanti akan jaga lahan ini 24 jam, agar tidak ada orang lain yang membuang sampah disana. Jika sudah TPA Suwung sudah dibuka, maka kita akan angkut sampah tersebut dan dibersihkan semua,” ucapnya.
Bendesa Adat Tuban, Wayan Mendra, membenarkan bahwa lahan negara itu memanglah sedang dipergunakan sebagai lokasi alternatif pasca kebakaran dan penutupan TPA Suwung. Itupun sesuai dengan isi dari surat tembusan Nomor 001/2817/DLHK/2019 perihal Opsi Penitipan Sampah, yang dilayangkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung. “Surat tertanggal 28 Oktober 2019 itu kami terima tanggal 30 Oktober 2019 lalu,” ucapnya.
Sebagai bendesa adat yang mewilayahi lokasi tersebut, Mendra mengaku sangat memahami kondisi emergency yang terjadi. Sehingga dirinya juga memandang penting lahirnya solusi cepat dalam menangani permasalahan tersebut. “Sesungguhnya ada banyak warga yang mempertanyakan itu kepada saya. Karena lokasinya itu berjarak hanya beberapa meter dari Pura Padang Seni Tuban. Mereka protes, karena kini Tuban sesungguhnya sudah memiliki sebuah perarem yang menegaskan soal penyingkiran aktivitas semacam itu dari area sekitar Pura Padang Seni,” sebutnya.
Sebagai daerah berpendapatan tinggi, Badung diyakini mampu untuk melakukan hal semacam itu. Apalagi Bupati Badung Nyoman Giri Prasta diketahui memiliki slogan SSCGT yang merupakan singkatan dari Sangat Cenik Gae To (itu adalah pekerjaan yang sangat kecil). “Kami harap pemerintah bisa membedakan mana hal yang harus disegerakan, dan mana yang masih bisa ditunda,” saran pria yang sejak tahun 2009 hingga 2019 pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Badung itu. (praw1)