Konferensi Internasional ke-4 ICM dan Marine Biotechnology di Bali, Jadi Ajang Sharing Knowledge
MANGUPURA – baliprawara.com
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University, bersama ATSEA, Archipelagic & Island States Forum, dan DAAD, menggelar konferensi Internasional ke-4 dalam bidang Integrated Coastal Management (ICM) & Marine Biotechnology tahun 2023. Kegiatan yang digelar di Grand Inna Kuta, Bali ini, berlangsung selama dua hari mulai Selasa-Rabu tanggal 12 hingga 13 September 2023.
Kegiatan tahunan yang mengusung tema “good practices and innovations towards blue carbon” ini, dibuka langsung Rektor IPB University, Pr. Dr. Ir. Arif Satria. Sebanyak 200 peserta dari 15 negara, turut serta dalam menyukseskan konferensi ini. Yang mana mereka turut ambil bagian dalam mempresentasikan hasil penelitiannya.
Rektor IPB University, Pr. Dr. Ir. Arif Satria dalam sambutan saat pembukaan Konferensi menyampaikan, salah satu perwujudan visi negara Nusantara 2045 adalah dengan memperkuat connectivity antara pulau dengan jejaring laut. Untuk itu, konsep agromaritim menjadi sangat relevan dalam mendorong kemajuan Indonesia.
“Agromaritim tidak sekedar Simbolik namun menjadi ruang ekonomi yang kompetitif dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” kata Rektor IPB University.
Sementara, Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University, Prof. Dr. Yonvitner, S.Pi., M.Si., serta UNDP Indonesia, Dr. Aretha Aprilia, dan Kantor DAAD Indonesia Jakarta, Ms. La Budza, memberikan sambutan dan berharap agar pertemuan ini menjadi ajang sharing knowledge dan membangun jejaring yang baik bagi semua peserta.
Pembicara kunci pada Hari pertama, Menteri PPN/BAPPENAS, yang diwakili oleh Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumberdaya Alam, Dr. Vivi Yulasti, M.Sc., menekankan tentang tantangan dan peluang dalam ICM & Marine Biotechnology. “Tantangan global akan semakin kompleks seiring dengan perubahan yang cepat di setiap sektor pembangunan,” ucap Vivi.
Assc. Prof. David Francis dari Daekin University sebagai pembicara kunci kedua memaparkan tentang Marine Biotechnology in Aquaculture. David berfokus pada pengembangan solusi nutrisi yang memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan industri akuakultur global.
Konferensi pada hari kedua, diisi Direktur Eksekutif PEMSEA, Ms. Aimee T. Gonzales sebagai pembicara kunci, yang berfokus pada mekanisme koordinasi regional untuk mendorong pesisir dan lautan yang sehat dan tangguh melalui penerapan solusi pengelolaan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan kemitraan strategis di Laut Asia Timur.
“Sistem ICM mendukung pendekatan manajemen yang dinamis yang terus relevan dalam implementasi lokal dari agenda global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB hingga 2030, Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020 Kunming-Montreal, Perjanjian Paris, dan konvensi internasional terkait lainnya serta perjanjian regional,” terang Aimee.
Pembicara kunci berikutnya adalah Pendiri sekaligus Penasehat Utama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS, menekankan tentang lesson learned from the implementation of ICM & marine biotechnology for future blue economy.
“Penerapan bioteknologi kelautan, khususnya rekayasa genetika yang menghasilkan benih berkualitas tinggi (Specific Pathogen Free, Specific Pathogen Resistance, dan Fast Growing) dari biota laut dan bahkan organisme darat, telah mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan dari budidaya pesisir dan laut,” sebut Rokhmin.
Prof. Haruko Takeyama dari AFOB dan Falasifah, S.Si. dari PT. Albitec turut memberikan paparan terkait marine biotechnology dalam sesi pleno. Rangkaian kegiatan ditutup dengan fieldtrip setengah hari di kawasan konservasi penyu laut dan ekowisata di Serangan, Bali, Indonesia. (MBP)