Kukuhkan Lima Guru Besar, Cita-cita ISI Denpasar Jadi ISI Bali Terwujud

DENPASAR – baliprawara.com
Cita-cita menjadikan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai ISI Bali, terwujud. Setaut dengan capaian tersebut, guru besar ISI Bali terus bertumbuh. Melalui Sidang Senat Terbuka Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar “Karma Citta Waskita”, ISI Bali mengukuhkan lima guru besar anyar di kampus setempat, Kamis (20/2).
Lima guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Hendra Santosa, Prof. Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana, Prof. Dr. Ni Ketut Dewi Yulianti, Prof. Dr. I Wayan Karja, dan Prof. Dr. I Ketut Muka Pendet.
Rektor ISI Bali, Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana dalam sambutannya menyampaikan, cita-cita untuk menjadikan ISI Denpasar sebagai ISI Bali akhirnya mewujud. ISI Bali ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2025 tentang Perubahan Institut Seni Indonesia Denpasar menjadi Institut Seni Indonesia Bali (Diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2025 Nomor 21). Penetapan ini menjadi momentum untuk semakin menguatkan komitmen dan dedikasi dalam memajukan ISI Bali.
Dikatakan, upaya penguatan komitmen dan kinerja penuh dedikasi, sesungguhnya telah ditapaki bersama sedari lembaga ini bernama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar. Telah pula dilakukan pewujudan profil lulusan ISI Bali yang tangguh, berjiwa Pancasila, dinamis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam bidang reka-cipta, kaji, pendidikan, penyajian, dan kewirausahaan seni-budaya-desain, setaut upaya aktualisasi slogan Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BACCH), yang telah digema-rayakan dalam empat tahun terakhir. Telah pula dibangun beragam program strategis terkait pembenahan tata kelola akademik, pengembangan kelembagaan, penguatan nomenklatur keilmuan seni dan desain, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem kerja sama dan kemitraan, aktualisasi stratejik, serta strategi kebijakan pembangunan prasarana laboratorium dan studio dengan perangkat teknologi digital mutakhir.
Pembenahan bidang akademik, dilakukan inovasi pembelajaran berorientasi pada kreativitas dan inovasi seni-desain berbasis teknologi informasi. Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) ISI Bali ditopang pelibatan maestro, seniman, desainer, dunia usaha, dan pakar pendidikan tinggi dalam proses pembelajaran.
Penguatan layanan akademik ditopang upaya pengembangan kualitas dosen dan tenaga kependidikan. Upaya terobosan yang telah dilakukan ISI Bali di antaranya, pelayanan kenaikan jabatan setiap bulan. Penyelenggaraan skema kompetisi penelitian disertasi doktor bagi dosen tugas belajar biaya mandiri. Penyelenggaraan kompetisi dosen dalam Penelitian, Penciptaan, dan Diseminsi Seni-Desain (P2DSD). Kompetisi keluaran penelitian jurnal bereputasi dan buku elektronik nasional. Pendirian sentra KI Kerthi Widya Mahardika dan fasilitasi keluaran hak cipta. Membangun platform baru bernama Kompetisi Guru Besar Mentor Doktor (GBMD), serta mendorong dosen Doktor Lektor Kepala untuk berpacu mengajukan kenaikan jabatan ke guru besar atau profesor.
Seiring penguatan reputasi layanan akademik dan pengembangan kualitas sumber daya dosen dan tenaga kependidikan tersebut, animo mahasiswa baru ISI Bali baik sarjana, sarjana terapan, magister, dan doktor sejak 2021 hingga kini semakin meningkat. Pada Program Studi Seni Program Doktor, tahun 2020 baru menerima 10 mahasiswa, sejak 2021 menjadi 25 mahasiswa, tahun 2022 hingga kini rerata sebanyak 35 mahasiswa baru per-tahun. Program Studi Desain Program Doktor, yang baru berdiri pada Semester Gasal 2024/2025 bahkan telah menerima 27 mahasiswa baru dalam satu tahun pertama.
“Angayubagia, peningkatan jumlah mahasiswa Program Doktor Seni dan Doktor Desain juga dibarengi pertumbuhan jumlah guru besar. Kamis (Wrespati Pon-Landep), 20 Februari 2025, lima profesor anyar kebanggaan ISI Bali ini diinagurasi atau dikukuhkan, sekaligus dikenalkan kepada publik,” ujar Prof.
Adnyana, mantan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali tersebut. Ditegaskan, Inagurasi bermahkota Karma-Citta-Waskita ini, dimaksudkan sebagai mimbar pengakuan sekaligus penghormatan atas kerja intelektual dan dedikasi keilmuan yang panjang, hingga mewujud pada pencapaian cita-cita tertinggi seorang dosen yakni memeroleh jabatan profesor. Inagurasi juga berarti altar sekaligus ruang pembuktian lelaku kebijaksanaan oleh mereka yang namanya telah didandani negara dengan jubah guru besar. Bhakti kebijaksanaan atau kewaskitaan, menunjuk tanggung jawab sosial untuk pemajuan dan pemuliaan ilmu pengetahuan, seni dan desain, serta pendidikan seni.
Perjuangan lima profesor anyar dalam meraih guru besar, patut dijadikan inspirasi bagi seluruh dosen lektor kepala ISI Bali. Semua profesor ini, secara gigih berjuang memenuhi karya jurnal bereputasi, serta dokumen pendukung berikut meyakinkan tim penilai akhir atas relevansi keilmuan masing-masing bagi pemajuan ISI Bali.
“Atas restu dan asung kerta waranugraha Hyang Widhi serta sinergi yang kokoh Senat dan seluruh Pimpinan ISI Bali bersama Kementerian Diktisaintek, akhirnya penetapan jabatan guru besar bagi lima dosen tetap ISI Bali ini tiba pada momentum yang tepat. Ini semesta jenama yang disematkan kepada lima guru besar mengiringi penetapan kelembagaan ISI Bali, ” ujarnya.
Pada Sidang Senat Terbuka Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar ini, lima profesor itu menyajikan orasi ilmiah.
Prof. Dr. Hendra Santosa, mendedahkan judul: Melacak Jejak Sejarah melalui Peristiwa Seni Pertunjukan.
Prof. Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana, mempresentasikan judul: Transformasi Digital dalam Mengembangkan Ekonomi Kreatif Desain Komunikasi Visual di Era Teknologi 5.0 di Bali. Prof. Dr. Ni Ketut Dewi Yulianti, memaparkan judul: Daya Bahasa Dalam Praktik Budaya dari Pragmatis Hingga Magis. Prof. Dr. I Wayan Karja, menyuguhkan judul: Nama Rupa Nyakalayang Niskala Transfigurasi Kemurnian Seni Murni di Era Globalisasi dan
Prof. Dr. I Ketut Muka Pendet, menyajikan judul: Inovasi Kerajinan Batu Padas Masa Kini: Tantangan Kreatif dan Tegangan Pasar.(MBP2)