Lomba Layang-layang Virtual Pertama di Dunia Jadi Tonggak Rebranding Pariwisata Bali
DENPASAR – baliprawara.com
Pandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk tetap di rumah, tidak berkumpul dan menjaga jarak. Hal ini tentu saja membuat penggemar layang-layang tidak bisa mengekspresikan kreativitasnya. Karena untuk bisa menerbangkan layang-layang terutama yang berukuran besar, dibutuhkan minimal sebanyak 5-8 orang. Berbeda halnya dengan layang-layang dengan ukuran kecil yang cukup dinaikkan oleh 2 orang saja.
Oleh karena itu, seorang penggemar layang-layang Bali, Made Suprapta Meranggi atau yang akrab disapa Dek Soto, menginisiasi lomba layangan virtual untuk mengakomodasi penggemar layang-layang di Bali. Menurut Dek Soto, lomba mengambil tema “Rare Angon Vs Covid-19”. Jenis layang-layang yang dilombakan adalah layangan berbentuk celepuk (burung hantu). Lomba ini akan diadakan pada Minggu (31/5), melalui media online yakni video conference. “Lomba ini dibuat demi memenuhi protokol kesehatan tanpa menghilangkan tradisi,” kata Dek Soto saat dihubungi, Sabtu (30/5).
Dek Soto menambahkan, para penggemar layangan atau yang sering disebut rare angon, selain sangat kreatif, memang harus mengikuti perkembangan zaman. “Dengan adanya lomba celepuk virtual ini, saya berharap ini bisa menjadi lingkar ekonomi kreatif untuk masyarakat. Karena ini menjadi multiplier effect. Tidak hanya undagi layangan mendapat banyak orderan, penjual bambu, penjual kain bahkan perlengkapan layangan juga terimbas,” ujarnya.
Melalui lomba ini, pihaknya ingin menunjukkan ke dunia bahwa warga Bali meski dalam masa pandemi dan paceklik ekonomi, masih bisa kreatif tanpa harus melanggar protokol kesehatan. Momen ini menurutnya juga bisa menjadi tonggak rebranding pariwisata Bali. (MBP5)