Museum Pasifika Dikunjungi Delegasi G20 Trade, Industry, and Investment Ministerial Meeting
MANGUPURA – baliprawara.com
Museum Pasifika yang terletak di Nusa Dua Bali, mendapat kehormatan kunjungan dari delegasi kegiatan G20 Trade, Industry, and Investment Ministerial Meeting. Di sela-sela kegiatan G20 Trade, Industry, and Investment Ministerial Meeting di Bali ini, Executive Vice-President/Trade Commissioner – European Commission, Valdis Dombrovskis, bersama Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Daya Saing Ekonomi Prancis, Olivier Becht dan Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket, menyempatkan diri untuk melakukan kunjungan sosial ke museum ini, Jumat 23 september 2022.
Kunjungan ini juga sekaligus untuk menghadiri exhibition 20 artist dari G20 member. “Terima kasih banyak atas kerja luar biasa dalam mempromosikan seni Pasifik dan hubungannya dengan Eropa. Ini benar-benar mengesankan,“ kata Wakil Presiden Eksekutif/Komisaris Perdagangan – Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis, disela kunjungannya.
Kunjungan ke Museum Pasifika bersama para pendirinya, Philippe Augier, dirinya mengatakan bahwa ini merupakan garis sejati persatuan antara Tahiti dan Bali. Yang mana ini merupakan titik pertemuan budaya Asia dan Pasifik, merupakan karya seumur hidup yang menyinari Prancis di Asia. “Penemuan yang sangat bagus!,” katanya didampingi Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Daya Saing Ekonomi Prancis, Olivier Becht.
Untuk diketahui, Museum Pasifika menyambut lebih dari 300 menteri VIP, diplomat dan duta besar dari Indonesia dan negara lainnya. Museum ini disebut sebagai The Largest Asia Pacific Art Museum karena 600 lebih koleksinya yang terdiri atas lukisan dan patung seni dari berbagai wilayah di Asia Pasifik, terbilang memiliki kualitas terbaik, sehingga menjadi tujuan wisata budaya yang bertaraf internasional.
Museum Pasifika mengusung koleksi yang unik perpaduan beragam genre seni yang terdiri dari Master Indonesia mulai dari Raden Saleh hingga ke Lempad, dari Affandi dan Hendra Gunawan hingga ke Kobot Seniman Indo-Eropa (Perupa Eropa yang tinggal dan berkarya di Indonesia) baik itu Italia, Jerman, Austria, Swiss, Belgia, Prancis, Australia, Meksiko, dan Belanda, semuanya terinspirasi dari benua Asia, khususnya Indonesia dan Bali.
Museum Pasifika memiliki koleksi unik para seniman tersebut. Lebih dari 100 karya seni yang dipamerkan di 4 ruangan: Italia, Prancis, Belanda, dan Indo-Eropa. Sebut saja Walter Spies, Miguel Covarrubias, Jean Le Mayeur, Willem Hoffker, Rudolf Bonnet, Arie Smit, Charles Sayers, dan Theo Meier di antara yang paling terkenal.
Peserta Indochina dari Sekolah “Beaux-Arts” Hanoi. Dengan siswa dan pengikut mereka merupakan koleksi lengkap dari 30 seniman dan lebih dari 50 karya seni, yang telah diakui dalam pameran dan publikasi internasional. Mereka telah menjadi karya seni yang paling banyak dirawat hari ini dari kawasan Asia.
Koleksi Seni Utama Oseania Michoutouchkine & Pilioko, dari sekitar 200 patung dan Tapas dari 10 Negara Pasifik yang berbeda (Vanuatu, Fiji, Tonga, PNG, Selandia Baru, Australia, Kaledonia Baru, Wallis, Futuna, dan Polinesia). Dikumpulkan lebih dari 50 tahun oleh dua seniman yang didokumentasikan oleh beberapa buku dan katalog yang dipamerkan di Prancis, Rusia, Australia, Tahiti, dan Kaledonia Baru.
Koleksi ini adalah salah satu yang terlengkap di dunia dari sudut pandang etimologis dan antropologis, Seniman Barat Legendaris: dimulai dengan Paul Gauguin, selama periode Tahiti-nya, Museum menampilkan 7 Perunggu setelah beberapa pahatannya, dilengkapi dengan ukiran kayu dan cat air sang seniman, headliner lainnya seperti Henri Rousseau, Henri Matisse, Auguste Rodin, Jean- Baptiste Carpeaux, Marvina Hoffmann, Bernard Buffet juga merupakan bagian dari koleksi dengan beberapa karya seni Asia mereka di Jepang, Cina, India, dan Polinesia.
Misi Museum Pasifika adalah untuk menciptakan pusat seni internasional, menawarkan program pendidikan seni kepada anak-anak dan siswa sekolah Indonesia dan Bali, serta untuk mengusulkan objek wisata “kelas atas” di kompleks BTDC.Museum Pasifika menawarkan tema berdasarkan karya seniman Asia Pasifik, dan telah mengusulkan menciptakan sekolah seni formal atau informal yang dalam proses belajar berpadu dengan seniman daerah. (MBP)