Nyepi Bertepatan dengan Tumpek Wariga, PHDI Bali Keluarkan Pedoman Pelaksanaan

 Nyepi Bertepatan dengan Tumpek Wariga, PHDI Bali Keluarkan Pedoman Pelaksanaan

Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak

DENPASAR -baliprawara.com

Hari Raya Nyepi tahun saka 1947 bertepatan dengan rahinan suci Tumpek Wariga, pada 29 Maret 2025 mendatang. Terkait dengan itu Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Rangkaian Rahina Suci Nyepi Tahun 1947 Saka/2025 Masehi setelah menggelar pasamuhan melibatkan Dharma Upapathi, Pemerintah Provinsi Bali, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali pada 17 Januari 2025 lalu.
Pedoman tersebut dituangkan pada Keputusan Pengurus Harian PHDI Bali Nomor 17/SK/PHDI Bali/I/2025. Keputusan yang ditandatangi Ketua Pengurus Harian PHDI Bali I Nyoman Kenak dan Sekretaris Putu Wirata Dwikora ini ditetapkan 23 Januari 2025 dan disosialisasikan melalui Surat Edaran PHDI Bali Nomor 08/Um.PHDI Bali/I/2025 tertanggal 30 Januari 2025. 
Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak, Rabu (19/2) menyampaikan, Pedoman Nyepi yang dikeluarkan PHDI Bali tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya yang menjelaskan tahapan Melasti, Nyejer di Pura Desa, Tawur Kasanga, Nyepi, dan Ngembak Geni. Namun, ada pedoman yang bersifat mengkhusus menyusul Hari Suci Tumpek Wariga yang tahun ini datang bersamaan pada Saniscara Kliwon Wariga.
Kekhususan hanya berlaku di desa adat atau keluarga yang melaksanakan pujawali/piodalan. Ini berbeda dengan Tumpek Wariga yang dirayakan seluruh umat untuk memohon kesuburan tumbuh-tumbuhan kepada manifestasi Ida Sang Hyang Widhi yakni Sang Hyang Sangkara menjelang Hari Raya Galungan. 
Pelaksanaan upacara rahina Tumpek Wariga dan upacara piodalan/pujawali tetap dilaksanakan, namun dihimbau agar menggunakan upacara tingkat terkecil, dilaksanakan sedini mungkin serta upacara tersebut dilaksanakan pada pukul 05.30 Wita tanggal 29 Maret 2025 sampai 06.30 Wita.
Upacara piodalan/pujawali dipimpin oleh pemangku pura yang bersangkutan dengan meminimalkan penggunaan api/dupa, tidak menggunakan tetangguran/tetabuhan gong dan dharmagita. Upacara piodalan atau pujawali dilaksanakan oleh prajuru dan pemangku pura, sedangkan umat yang lainnya cukup ngayat dari rumah masing-masing.
Namun demikian, PHDI Bali berharap upacara, baik Tumpek Wariga maupun pujawali atau piodalan dapat selesai sebelum 06.30 Wita atau lebih baik lagi selesai pukul 06.00 Wita lebih sedikit. Hal ini untuk menjaga agar upacara tetap berlangsung sesuai harinya dan pada saat bersamaan tidak mengganggu Catur Brata Penyepian. 
PHDI Bali berpesan kepada umat Hindu agar dapat melaksanakan Catur Brata Panyepian, Tumpek Wariga, maupun pujawali/piodalan dengan baik. Pelaksanaan yadnya tersebut memedomani keutamaan Nyepi dengan mengurangi penggunaan dupa, tanpa tetangguran, dharmagita, atau hal-hal yang menciptakan keramaian.
Terkait rangkaian upakara dan upacara nyepi, di mana kegiatan upacara melis/mekiyis/melasti/mekekobok dapat dilaksanakan sampai dengan rahina Sukra (Jumat) tanggal 28 Maret 2025, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan desa adat setempat dan diatur oleh prajuru desa adat masing-masing.
Sekembalinya dari melis/mekiyis/melasti/mekekobok, Ida Bhatara nyejer di Pura Bale Agung/Pura Desa/Pura Puseh sampai dengan rahina Sukra (Jumat) tanggal 28 Maret 2025, dan setelah selesai pelaksaan upacara Tawur Kasanga, Ida Bhatara kembali ke kahyangan masing-masing.
Upacara Tawur Kasanga dilaksanakan pada rahina Sukra  (Jumat)/Rahina Tilem Kasanga, tanggal 28 Maret 2025, dengan acuan beberapa pelaksanaan. Yakni, nunas tirta dan nasi tawur dilaksanakan pada rahina Sukra (hari Jumat) tanggal 28 Maret 2025 perwakilan dari masing-masing kabupaten/kota agar datang ke Pura Besakih pukul 09.00 Wita, dengan membawa sujang untuk tempat tirtha tawur dan daksina/pejati serta perlengkapan persembahyangan, guna mohon tirtha tawur dan nasi tawur untuk disebarkan dan dipercikkan di wilayah masing-masing, sesuai dengan tradisi yang telah dilaksanakan setempat.
Di tingkat kabupaten/kota menggunakan upakara Tawur Kesanga dengan segala kelengkapannya, dilaksanakan pada pukul 11.00 Wita, sesuai dengan tradisi yang telah dilaksanakan setempat. Di tingkat kecamatan, menggunakan upakara Caru Panca Sata dengan 5 ekor ayam atau sesuai dengan kemampuan. Pelaksanaan upacara ini mengambil tempat di catus pata pada pukul 11.00 Wita, sesuai dengan tradisi yang telah dilaksanakan setempat.
Di tingkat desa adat menggunakan upakara Caru Panca Sata beserta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan desa adat masing-masing dengan mengambil tempat di desa adat pada pukul 16.00 wita, sesuai dengan tradisi yang telah dilaksanakan setempat.
Di tingkat banjar menggunakan upakara Caru Eka Sata yaitu ayam brumbun dengan olahan urip 33 (Urip Bhuwana) beserta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan banjar adat masing- masing, dengan mengambil tempat di banjar adat pada waktu sandi kala, sesuai dengan tradisi yang telah dilaksanakan setempat.
Di tingkat rumah tangga, di merajan/sanggah menghaturkan banten pejati sakasidan (semampunya) dan di natar atau depan pelinggih menghaturkan segehan agung atanding atau segehan cacahan 11/33 tanding sambat Sang Bhuta Bhucari. Di halaman/ natah rumah mengaturkan segehan manca warna sejumlah 9 tanding dengan olahan ayam brumbun, disertai tetabuhan tuak, arak, berem dan air (toya anyar) sambat Sang Kala Bhucari.
Di jaba/lebuh (depan pintu masuk halaman rumah) mengaturkan upakara segehan cacahan 108 tanding dengan ulam jejeron matah dilengkapi dengan segehan agung serta tetabuhan tuak, arak, berem, toya anyar ditujukan (sambat) Sang Durga Bhucari. Semua segehan tersebut dihaturkan di bawah (sor) sanggah cucuk pada saat sandi kala. Di sanggah cucuk yang ditempatkan di tengen lebuh (kanan pintu masuk rumah) dipersembahkan peras daksina tipat kelanan.
Semua anggota keluarga meprayascita dan bagi yang sudah meketus (tanggal gigi) melaksanakan mebyakala dan meprayascita di halaman rumah masing-masing. Setelah itu, dilanjutkan dengan Pengrupukan (mabuu-buu) berkeliling (ngider kiwa 3 kali) atau prasawiya di rumah dengan sarana gni seprakpak (meobor obor), bunyi-bunyian atau kekeplugan (kulkul bambu atau yang lain), semburakena (simbuh atau semburkan) bawang putih, mesui dan jangu (triketuka), sirat tirta panyomya bhuta.
Akhir dari pelaksanaan upacara Tawur Kasanga terutama di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dengan melaksanakan Upacara Mabuu-Buu atau lebih dikenal dengan Ngerupuk. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat Ngerupuk, di antaranya  Ngerupuk agar dilaksanakan dengan sraddha bhakti sesuai dengan nilai-nilai kesucian keagamaan serta dipimpin oleh Bandesa/Kelian Adat dan Perbekel setempat, sedangkan untuk di tingkat rumah tangga dipimpin oleh kepala keluarga. Sarana pokok Ngerupuk berupa gni seprapak (meobor obor), semburakena (simbuh atau semburkan) bawang putih, mesui dan jangu (triketuka), sirat tirta panyomya bhuta dan bunyi-bunyian. Ngerupuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat.
Kemudian Nyepi/sipeng dilaksanakan pada rahina Saniscara (Sabtu) Keliwon Wuku Wariga, tanggal 29 Maret 2025 selama sehari penuh (24 jam) pukul sejak pukul 06.30 Wita sampai dengan pukul 06.00 Wita keesokan harinya, dengan melaksanakan catur brata penyepian. Yakni, Amati Gni, yaitu tidak menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan fisik/kerja dan yang terpenting adalah melakukan aktivitas rohani untuk penyucian diri. Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian, akan tetapi senantiasa introspeksi diri/mawas diri dengan memusatkan pikiran astiti bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi /Ista Dewata. Amati Lelanguan, yaitu tidak mengadakan hiburan/rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang, melainkan tekun melatih bathin untuk mencapai produktivitas rohani yang tinggi.
Setelah melaksanakan Nyepi/sipeng, keesokan harinya rahina Redite Umanis Wuku Warigadean, tanggal 30 Maret 2025, mulai pukul 06.00 wita dilaksanakan acara Ngembak Gni yaitu ngelebar brata penyepian, melakukan sima krama atau dharma santih.
PHDI Bali berharap wisatawan dan tamiu yang berada di Bali saat rahina suci Nyepi agar turut serta menjaga kesucian, kedamaian, keharmonisan, kerukunan antar dan intern umat beragama. (MBP2)

See also  Mario Aji Tampil Impresif di Sesi Latihan GP Moto3 Misano

Made Subrata

Related post