Pentingnya Peningkatan Kompetensi Guru Hadapi Era Digital 

 Pentingnya Peningkatan Kompetensi Guru Hadapi Era Digital 

OLEH : NI MADE SRI HANDAYANI, S.Pd.H

(GURU AGAMA HINDU) SMP PGRI 3 DENPASAR

 

Pendidikan merupakan bekal utama untuk menjalani kehidupan. Tanpa adanya pendidikan kita tidak akan pernah tahu apa – apa. Pendidikan yang memberikan kita jalan untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan. Tujuan dari Pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak manusia. Pada jaman modern ini kita bertemu dengan hal yang serba instan, apapun yang diinginkan bisa didapatkan melalui satu genggaman yang menyebabkan manusia itu lebih malas untuk bekerja. Karena semua hal sudah dibantu oleh Teknologi. 

Generasi yang menerima semua serba instan inilah yang disebut dengan generasi milenial. Beberapa alat yang meringankan beban manusia dalam mengerjakan pekerjaannya dengan sangat cepat yaitu Handphone, laptop, Sepeda Motor, mesin cuci, blender, dan sebagainya yang diciptakan untuk meringankan pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Sungguh berbeda dengan keadaan sebelum mengenal canggihnya teknologi. 

Sebelumnya para pendidik di seluruh Indonesia memang telah merencanakan mengajar menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan menggunakan media pembelajaran pada era digital. Media pembelajaran yang dimaksud yaitu Radio, Televisi, Youtube, Google, Laptop, Handphone dengan bertujuan agar semua komponen sekolah tidak jauh tertinggal oleh kemajuan teknologi. 

Pandemi Covid-19 yang menyebabkan seluruh dunia serentak melaksanakan pembelajaran online atau dalam jaringan (Daring) karena keterbatasan waktu untuk bertatap muka secara langsung demi keselamatan bersama. Disinilah orang Tua siswa baru sadar akan sulitnya menjadi seorang Guru. Mendidik satu anak saja sangat susah, apalagi yang jumlah siswanya sampai Ribuan setiap tahunya. 

Jadi peran Orang Tua dan Guru sangatlah penting dalam mendidik anaknya. Orang tua tidak bisa menyerahkan anaknya sepenuhnya untuk dididik di sekolah. Namun harus adanya kerjasama antara orang tua, guru dan siswa didalam mendidik atau membimbing anak tersebut agar bisa memiliki karakter yang baik. 

See also  Agama Baru Bernama Maradona dan Tragedi Sepak Bola

Era digital menyebabkan segalanya berubah drastis, terutama perubahan bisa dilihat dari karakter peserta didik yang kini sering disebut generasi milenial. Ada 3 faktor penyebab yang menyebabkan perubahan sikap seseorang. Diantaranya dikarenakan oleh pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pengaruh Lingkungan keluarga yang sering terjadi adalah perceraian orang tua, pertikaian orang tua, ekspresi sebagai anak tiri atau dianak tirikan, ekspresi ketidakpedulian orang tua kepada anak, terlalu dimanjakan orang tua, selalu dilindungi atau dibela oleh orang tua apapun tindakan si anak, selalu mendapat dukungan dari keluarga apapun tindakannya. 

Masyarakat tidak peduli terhadap tingkah laku anak-anak contoh : anak bertingkah tidak hormat kepada orang lain dibiarkan, budaya masyarakat yang tidak mendidik contoh : pada saat ada pertunjukan di masyarakat (dalam acara hajatan) dengan tidak segan-segannya masyarakat (para orang tua), minum-minuman keras, bermain judi dan sebagainya di depan anak-anak, aparat penegak hukum tidak menindak setiap kejahatan, apalagi di desa atau daerahnya sendiri,  aparat penegak hukum bertindak jika mendapat laporan saja, perkembangan teknologi  seperti HP, Media televisi, Internet, media massa dan sebagainya, contoh tingkah laku pejabat (anggota DPR, DPRD atau pemimpin) yang arogan dan perkelahian-perkelahian di antara mereka di tempat sidang maupun di luar sidang, tuntutan aktualisasi diri yang menyimpang. 

Sedangkan di lingkungan Sekolah tidak adanya aturan yang jelas di sekolah, tidak dilaksanakannya aturan sekolah dengan konsisten, tidak ada kepedulian guru untuk mendidik mental anak, pengelola (kepala sekolah, guru, karyawan, komite sekolah) tidak memberikan tauladan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Akhirnya   meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, Kaburnya batasan moral baik-buruk,  menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga Negara, Membudayanya ketidak jujuran, Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama, Salah satu contoh perubahan sikap yang sering terjadi yaitu Perilakunya, gaya Bahasa, pergaulan dan  cara berbicara ke orang yang lebih tua kurang sopan. 

See also  Program Istimewa Persembahan Astra Motor Bali Khusus Pelajar dan Guru

Kepekaan Guru terhadap Psikologis juga merupakan tantangan berat untuk menghadapi generasi milenial pada Era Digital di abad 21 ini. Maka dari itu Guru perlu meningkatkan Kompetensi melalui perkumpulan MGMP dengan cara berdiskusi, mengikuti pelatihan, Webinar, workshop dan meningkatkan kompetensi dalam penggunaan teknologi yang berkembang, salah satu contohnya alat bantu yang digunakan ketika melangsungkan proses belajar mengajar agar tidak jauh tertinggal. 

Perubahan dalam sistem pendidikan tentunya akan berdampak pula pada peran guru sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut memiliki kompetensi tinggi untuk menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab tantangan Generasi Milenial di Era Digital di abad ke -21. Ada lima kompetensi yang harus disiapkan Guru yaitu, pertama, educational competence ( kompetensi pembelajaran berbasis internet sebagai basic skill), kedua competence for technological commercialization (seorang guru harus mempunyai kompetensi yang akan membawa peserta didik memiliki sikap entrepreneurship dengan teknologi atas hasil karya inovasi peserta didik), ketiga competence in globalization (guru tidak gagap terhadap berbagai budaya dan mampu menyelesaikan persoalan pendidikan), Keempat competence in future strategies (kompetensi untuk memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility, dan rotasi), Kelima, conselor competence (kompetensi guru untuk memahami bahwa ke depan masalah peserta didik bukan hanya kesulitan memahami materi ajar, tetapi juga terkait masalah psikologis akibat perkembangan zaman). 

Upaya untuk mencapai kompetensi tersebut bisa dimulai dengan memperbaiki sistem rekrutmen guru. Rekrutmen guru dilakukan dengan pola yang selektif dan berstandar sesuai kebutuhan perkembangan teknologi. Pola rekrutmen tidak hanya menguji  kemampuan intelektual para calon guru, tetapi juga menguji psikologis dan kepribadian calon guru dalam menghadapi segala tantangan memasuki era Digital. Karena jika guru berkualitas, akan menjadikan sekolah dan siswa menjadi maju. Untuk menghadapi tantangan kedepan, guru harus memiliki kwalifikasi pendidikan minimal S1, memiliki banyak pengalaman, mengerti tentang psikologis untuk mengetahui sikap anak, memiliki kepribadian yang baik, penyabar, mampu memberikan motivasi dan bisa menjadi panutan untuk siswa. Sehingga siswa bisa belajar dengan nyaman, bisa bertukar pikiran, memahami/mengerti teknologi dan meningkatkan minat belajar siswa. Sehingga bisa mencetak generasi milenial di abad 21 yang berkualitas jika diawali dengan pencetak generasi emas(Guru) yang berkualitas/ berkompeten dibidangnya. 

See also  Trend Bisnis “Thirfting”

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *