Permudah Akses Nelayan, Kawasan Mangrove Ulam Sari Kedonganan Mulai Dibangun Akses Pantau
MANGUPURA – baliprawara.com
Kawasan Mangrove Ulam Sari, yang berlokasi di pantai Timur, Desa Adat Kedonganan, selama ini sering menjadi kawasan edukasi bagi masyarakat. Tak hanya itu, lokasi ini juga biasanya menjadi tempat pelaksanaan tradisi yang sudah turun-temurun digelar, yakni tradisi Mabuug-buugan yang biasanya digelar sehari setelah hari raya Nyepi.
Meski menjadi lokasi edukasi, namun kondisi pasang surut air yang tidak menentu, mengakibatkan nelayan maupun masyarakat yang akan beraktivitas, menjadi kesulitan. Pasalnya, saat kondisi air surut, perahu nelayan tidak bisa menepi ke pinggir daratan. Sementara, saat air laut pasang, sampah yang ada di tengah laut, terbawa sampai ke pinggir dan memenuhi mangrove.
Oleh karena itu, menurut Pengelola mangrove Ulam Sari atau Pengurus Kelompok Nelayan Ulam Sari, I Ketut Rai Sentana ST., melihat kondisi seperti itu, pihaknya selama ini bersama dengan masyarakat dan siswa, telah rutin turun melakukan pembersihan sampah. Terutama kata dia, sampah plastik yang terbawa air laut hingga memenuhi kawasan mangrove.
Namun demikian, selain melakukan pembersihan lingkungan, nelayan setempat juga mengharapkan adanya pembangunan jalan inspeksi dan akses pantau. Menindaklanjuti harapan tersebut, pihaknya sebagai pengelola kemudian membuat sampel jalur inspeksi yang sebelumnya dibuat pada akhir 2022 lalu.
Dari sampel yang dibuat, kemudian diajukan untuk dicarikan sponsor. Saat ini kata dia, sudah ada sponsor pihak swasta yakni dari Orang Tua Group dan juga dari pemerintah, untuk pembangunan jalur inspeksi dan akses pantau. Menurutnya, pembangunan jalur inspeksi ini sudah dikerjakan sejak awal 2023. Yang mana, nantinya jalur inspeksi yang terbuat dari bambu dengan panjang 450 meter ini, diharapkan dapat mempermudah akses nelayan saat beraktivitas.
“Untuk pembangunan kami banyak dibantu oleh Orang Tua group sebagai sponsor, dan juga dari pemerintah Provinsi dan Pemkab Badung. Sebelumnya kami merancang sampel pada akhir tahun 2022, kemudian dari sampel itu kami ajukan untuk sponsor,” bebernya saat ditemui, Senin 29 Mei 2023.
Lebih lanjut dikatakan, untuk pembuatan sarana dan prasarana ini, diperkirakan menghabiskan anggaran Rp 500 juta. Dijelaskan, rencana pengembangan yang dilakukan yakni, pembangunan akses pantau dari balai kelompok sampai lolan di tengah. Setelah itu, pihaknya akan mencoba meminta izin kepada pihak Tahura sebagai pengelola teknis untuk pembuatan dermaga, sebagai penunjang kebutuhan nelayan. “Rencana penataan yang dilakukan ada beberapa. Pertama akses pantau, pos pantau, dermaga kalau diizinkan. Yang mana darmaga nantinya akan bisa membantu aktivitas nelayan,” terangnya.
Sementara itu untuk akses pantau dan pos pantau, akan dimanfaatkan untuk kepentingan nelayan dalam mempermudah akses dan kegiatan nelayan, supaya tidak terpengaruh pasang surut air laut. Pembangunan akses pantau ini ditargetkan bisa selesai pada bulan September 2023. Sehingga nantinya bisa dimanfaatkan selain oleh nelayan, namun juga untuk kebutuhan penelitian maupun kunjungan baik dari pemerintah maupun pihak lain.
Untuk diketahui, di pantai timur Kedonganan, ada sebanyak tiga kelompok nelayan. Yakni Segara Ayu, Wana Segara Kertih, dan Ulam Sari. Ketiga kelompok nelayan ini kata dia, nantinya diharapkan bisa berkolaborasi dalam memaksimalkan potensi yang ada di kawasan pantai timur, selain untuk edukasi bagi masyarakat.
“Ke depan, kami berharap dari pemerintah terutama lihak Tahura untuk bisa memberikan izin kerjasama dalam pengelolaan kawasan mangrove. Yang mana nantinya bisa dimanfaatkan sebagai lokasi untuk menikmati kawasan mangrove melalui akses pantau. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya dan kuliner. Sehingga kawasan timur Kedonganan Ini bisa menjadi lokasi wisata edukasi,” harapnya. (MBP1)