Prof. Suda: Perlu Rancang Strategi Pembelajaran Mengintegrasikan Etnosains dengan Nilai Kearifan Lokal

 Prof. Suda: Perlu Rancang Strategi Pembelajaran Mengintegrasikan Etnosains dengan Nilai Kearifan Lokal

Prof. Ketut Suda

DENPASAR – baliprawara.com

Ada pendapat ahli pendidikan yang menarik sekaligus menggelitik, bahwa sekolah-sekolah di Indonesia dinilai kurang peka terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar dan kebutuhan real para peserta didik.
Hal itu terjadi karena guru atau calon guru dinilai kurang berani dan mampu merancang strategi dan inovasi pembelajaran dengan cara mengintegrasikan etnosains dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di mana sekolah itu berada.
Lalu, pertanyaannya mampu dan beranikah guru atau calon guru melakukan strategi dan berinovasi dalam proses pembelajaran di sekolah? Sebab berbicara soal pembelajaran, bukan sekadar berbicara kemampuan, tetapi juga menyangkut strategi dan keberanian untuk melakukan inovasi dalam konteks pembelajaran.
Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si. sepakat bahwa guru atau calon guru harus berani melakukan strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan etnosains dan kearifan lokal.
“Strategi pembelajaran model itu penting dirancang agar pendidikan yang diperoleh para siswa betul-betul dirasakan manfaatnya dan bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, ” ujar Prof. Suda, alumni S1 Pendidikan PPKn FKIP Unud kepada baliprawara.com Sabtu (8/3).
Lanjut Prof. Suda, masyarakat Indonesia sebagian besar memiliki berbagai pengetahuan tradisional dan nilai kearifan lokal yang telah terbukti bermanfaat untuk memecahkan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya. Oleh karena itu untuk melestarikan dan mengembangkan pengetahuan masyarakat lokal yang sering juga disebut sebagai kecerdasan masyarakat lokal (local genius), maka nilai-nilai tersebut penting diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di ruang kelas. 
Lanjut penulis aktif di berbagai media massa ini, beberapa strategi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk mengintegrasikan etnosains dan nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di sekolah antara lain:
Pertama, strategi pembelajaran CTL yang menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi sendiri.
Kedua, guru atau calon guru dalam mengintegrasikan etnosains dan nilai kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran di ruang kelas juga bisa memilih strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM). Strategi ini mengandung makna sebuah rangkaian aktivitas yang menekankan proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Strategi ini dijadikan pilihan, sebab aktivitas pembelajaran lebih diarahkan untuk menyelesaikan masalah, bukan sekadar mendengar atau mencatat, dan menghafal. “Terkait hal tersebut perlu ada keberanian dan kemampuan guru atau calon guru untuk mengembangkan strategi dan inovasi baru dalam proses pembelajaran, ” ujar lulusan Prodi S2 dan S3 Kajian Budaya Unud tersebut.
Menurutnya, ada sejumlah kendala yang dialami baik oleh guru maupun siswa dalam mengintegrasikan etnosasins dan nilai kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Kendala yang dihadapi guru cenderung berkutat pada persoalan metode pembelajaran, dan mengaitkan materi pelajaran yang digariskan oleh kurikulum dengan etnosains dan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat lokal. Sedangkan kendala yang dihadapi siswa lebih pada terbatasnya pemahaman siswa terhadap pengetahuan tradisional masyarakat dan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat lokal. (MBP2)

See also  Membandel, PKL Berjualan di Atas Trotoar di Denbar Ditertibkan Satpol PP

Made Subrata

Related post